Pertemuan ke-3 PPA Institute (13 Juni 2020)
Pembahasan Kajian Pertemuan sebelumnya (klik disini)
Dalam buku Model Kebangkitan Umat Islam, dengan tema Upaya 50 Tahun Gerakan Pendidikan melahirkan Generasi Shalaudin untuk merebut Palestina.
Dalam dua pertemuan sebelumnya telah membahas pengantar (dua bab pendahuluan) membahas isu yang diangkat dalam buku ini. Buku ini dari judulnya sudah jelas menunjukan tema besarnya adalah mengulas bagaimana sebuah proses kebangkitan umat berjalan dari titik awal hingga mendapatkan hasil yang ingin dicapainya. Tentu saja hasilnya juga disebut dalam buku itu " ketika umat islam berhasil merebut kembali palestina dari pasukan salib (setelah 90 tahun lebih berada ditangan pasukan salib)
Tentu saja keberhasilan merebut kembali palestina secara gemilang ini bukan hanya salah satu keberhasilah yang berhasil dipetik dari kebangkitan, tetapi bisa dikatakan sebagai mercusuar. Kebangkitan Merebut Kembali Palestina secara Gemilang tentu tidak dapat dilakukan serta merta dan tidak dapat dipisahkan dari keberhasilan dari berbagai sektor / faktor lainnya yang terakumulasi (dimana kebangkitan dilakukan disemua aspek kehidupan)
Buku ini bukan menceritakan perjalanan sejarah merebut kembali palestina, tetapi lebih kepada bagaimana umat mempersiapkan diri untuk bangkit dan bagaimana prosesnya. Buku ini mengulas tentang isu tersebut, sehingga sepanjang penjelasannya yang didapatkan adalah analisis yang didapat selama peristiwa sejarah selama kurang lebih 150 tahun (dari awal peristiwa keterpurukan umat sampai ke gemilangan (diakhir abad ke-6 H / akhir dari 580 tahun)
Buku ini diterjemahkan dari buku bahasa arab ke bahasa indonesia, untuk mendapatkan gambaran/model yang dapat kita tiru (meskipun kita tidak dapat mengcopy paste sejarah) tetapi minimal dengan roll model pemikiran ini kita dapat melakukan hal yang sama yang telah dilakukan generasi terdahulu. Buku ini sangat penting dimiliki. Buku ini memaparkan setelah umat berjalan lebih kurang 400 tahun, mengalami pasang surut persoalan umat (mengalami degradasi / kemunduran / kemerosotan kualitas) sehingga pasukan salib dapat menguasai syam sebagai jantung kaum muslimin saat itu, sampai dengan ujung peristiwa yakni palestina direbut oleh pasukan salib dan menjadi kekuasaan mereka (Pasukan salib lebih kurang 90 tahun berkuasa mengusai al quds). Dari keterpurukan itulah generasi umat saat itu, mempelajari dengan baik dan dari situlah mereka berupaya untuk bangkit dan berhasil.
Bab 1 dan Bab 2
Pada pertemuan ke dua, Kita sudah membahas tentang latar belakang proses kebangkitan dari keterpurukan (bab 1 dan bab 2 membahas tentang keterpurukan umat saat itu). Sehingga kita memiliki gambaran awal mengenai keterpurukan abad ke-5. Ketika kita berbicara tentang peradapan, didalamnya didalamnya ada prilaku manusia, tabiat masyarakat, budaya, dll semua berjalan tidak cepat. Ketika umat islam terbukti rapuh dimana pasukan salib masuk ke syam, dengan mudah mengusai al quds dan umat islam banyak dibantai. Dari abad ke-3 umat islam mengalami proses kemerosotannya, dari akhir abad ke-4 (sekitar tahun 300 an) dan kemerosotannya terasa di akhir abad ke-5. Bahkan sebelumnya umat islam mengalami tantangan yang bertubi tubi, berupa tantangan syiah dengan fatimiahnya dan sayap pemikirannya/sayap militernya. Pada saat itu umat islam berupaya untuk bertahan dan kemudian serangan pasukan salib menunjukan kerapuhan umat saat itu (umat menjadi tidak berdaya)
Dalam dua bab (Bab 1 dan Bab 2), keterpurukan dibingkai dalam satu alur pembahasan sejarah yang baik, bahwa esensinya bukan masalah politik, ekonomi, militer, (permasalahan permukaan) tetapi sebenarnya hal yang paling mendasar adalah adanya masalah pemikiran (adanya kerancuan pemikiran, kekacauan pemikiran baik itu keagamaan dan pemikiran disegala aspek kehidupan) Semua itu sebagai penyumbang terbesar dari kekacauan umat, sehingga disaat umat tidak lagi memiliki kontruksi yang kokoh dan tidak lagi menjadi umat yang kuat. Ketika mendapat serangan dari pasukan salib, membuat umat ambruk dan tidak berdaya.
Proses selanjutnya yakni, "Bagaimana umat saat itu menemukan kembali jati diri umat (ruhnya) untuk dapat bangkit atau merekontruksi kembali kekuatan umat dan kita tahu semua itu menuai keberhasilan"
Bab 3 Bab 4 dan Bab 5
Membahas adalah bagaimana proses merekontruksi kekuatan umat atau proses kebangkitan kembali umat setelah masa keterpurukan.
Tentu semua itu setelah menemukan esensi umat, dari esensi itulah dibangun kerangka (itulah yang dilakukan generasi saat itu) dan semua itu memiliki tahapan proses. Fakta sejarahnya terjadi lebih kurang 50 tahun.
Merekontruksi kekuatan umat tidak semudah membalikan telapak tangan butuh waktu yang lama (dalam hal ini 50 tahun merupakan durasi waktu yang dibutuhkan untuk kasus ini, ini bukan angka yang absilute untuk diterapkan dalam semua aspek permasalahan karena bisa jadi lebih cepat / lebih lama dari kurun waktu 50 tahun)
Kebangkitan umat saa itu terlihat di semua aspek kehidupan (Bab ke-5)
2. Gerakan Pembaharuan /Gerakan Islah Ulama
Pada pembahasan kali ini akan membahas fase pertama dari geliat perbaikan / islah
Dalam wacana sejarah Islah dapat dipahami sebagai perdamaian (dari percecokan setelahnya melakukan perdamaian) Islah disini yang dimaksudkan adalah lawan dari membuat kerusakan (islad) / merusak tatanan yang baik.
Orang munafik kerjaan mereka merusak tatanan (islad), maka jika diingatkan jangan membuat kerusakan mereka cenderung mengeles dengan mengatakan "kami tidak merusak tapi justru memperbaiki"
Tetapi islah dalam buku ini dipahami sebagai lawan dari merusak yakni melakukan perbaikan. "Permulaan dari upaya memperbaiki kerusakan umat yang telah terjadi selama kurang lebih 150 tahun sebelumnya"
Setelah adanya perubahan tatanan itu akan ada beberapa fase, yakni :
- Fase Awal, setidaknya ada dua fase besar di fase awal/ pertama (membangun fondasi), jika dapat dilampaui dengan baik maka dapat dilanjutkan ketahapan berikutnya
- Fase kedua, penyebaran gerakan islah / pembaharuan setelah berhasil membangun fondasi.
- Fase ketiga, melahirkan kekuatan padu umat ketika mendapat dukungan dari beberapa kalangan
Awalnya perubahan ini hanya kalangan kecil (scopenya kecil, dari pemikiran yang membentuk gerakan pendidikan, bibitnya adalah sebuah lembaga pendidikan (ribat/madrasah), kemudian menyebar hingga menjadi kekuatan padu dan merambah keberbagai wilayah) sampai akhirnya hingga melebar mencangkup mesir, hijaz dan syam, dll (enam/tujuh negara saat itu) Ini adalah hal yang luar biasa. Prosesnya berjalan kurang lebih 50 tahun, sampai akhirnya mereka berhasil merebut palestina.
Ada beberapa nama yang akan kita singgung, sebagai orang orang yang begitu berjasa Abdul Hamed Al Gozali, Syeh Abdul Khadir Al jelani, Abnu Najah, Al khodir al Fadhil, Imanudin, Shalahudin dll. Ada beberapa nama kelompok yang paling dominan, mahzab safii ashari, mahzab hanafi, mahzab maliki.
Ketidak berdayaan Umat
Ketika pasukan salib menaklukan syam dan merebut al quds dari tangan kaum muslimin, serta melakukan tindak kekejaman terhadap kaum muslimin (perlakuan biadab). Bahdad sebagai pusat agama islam yang jaraknya tidak jauh dari syam pun menjadi tidak berdaya. Khalifah (daulah abasiyah) tidak sanggup melakukan tindakan yang pantas untuk memberikan perlawanan dan pertolongan terhadap serangan pasukan salib. Bukan berarti saat itu tidak ada gerakan sama sekali (ada tetapi belum efektif). Ini dikarenakan kaum muslim tidak utuh sebagai sebuah umat, sehingga disitu potensi kekuatan umat saat itu tidak bisa dioptimalkan untuk menghadapi tantangan yang jelas nyata didepan mata. (faktor yang begitu nyata menunjukan kelemahan umat saat itu)
Reaksi Umat sekitar Syam (Bahdad) Terhadap serangan Pasukan Salib
Ada sebuah pergerakan hanya belum efektif. Waktu itu di bahdad (sebagai pusat khilafah islam) Sultan di Bahdad berdiri sendiri dimana keberadaannya ada dan eksis, cuman sultan sebagai bukan pusat pengendali semua kekuatan islam (sultan hanyalah sebuah simbol kepemimpinan). Semua urusan pemerintahan Abasiyah semua ditangan mentri dan sultannya saat itu. Khalifah hanyalah simbol kepemimpinan, dibawah khalifah secara administrasi (yang berkuasa secara defacto) adalah para mentrinya.
Sultannya saat itu (Mahlik Syah) dan mentrinya (Mizamul Mulk) mereka adalah orang orang turki saljuk, khalifah pernah kosong di bahdad karena dikudeta oleh milisisiyah (bangsa syiri), yang bisa mengembalikan ke khalifahan abasiyah adalah orang orang turki saljuk yang datang dari asia minor (saljuk romawi yang berbatasan dengan romawi dan bizantium) mereka yang berhasil menghabisi kekuatan syiah saat itu dan mereka berhasil. Maka oleh karena itulah mengapa turki saljuk di bahdad menjadi sangat eksis. Ketika mereka eksis selain mereka mendapat tantangan dari syiah mereka harus mengadapi tantangan lainnya (serangan pasukan salib di syam). Tantangan syiah saat itu bukan hanya tantangan militer saja tetapi juga sudah merangsak ke pemikiran umat. Maka dari situ saljuk membuat benteng pemikiran umat (yang akan mengembalikan pemikiran umat) selain benteng militer. Maka setelahnya akan lahirlah madrasah mizomiah yang setara dengan universitas (maka jangan sampai universitas ini mandul karena sumber kekuatan pemikiran dari sini)
Awalnya madrasah mizomiah ini didirikan untuk meredam gerakan syiah, begitu syiah bisa diredam. Mereka justru mulai kehilangan orentasi dan mulai ada penyimpangan walaupun pendirinya (mizamul mulk / mentrinya) masih ada.
Pada halaman 77 - Usaha Mizamul Mulk melawan Pasukan Salib
Mizamul Mulk selama 30 tahun menjabat sebagai mentri (menjabat sebelum sultan malik syah) Beliau adalah orang yang sangat visioner. Selama menjamat sebagai mentri mencurahkan seluruh kemampuan dan komitmennya kepada prinsip yang diyakininya. Beliau memiliki pemikiran yang lurus, pandangan yang jauh kedepan, kemampuan manajemen yang handal, tidak fanatik terhadap mahzab tertentu, bersikap terbuka terhadap semua mahzab ahlul sunah yang ada, berusaha semampunya mengoptimalisasi seluruh kemampuan kelompok masyarakat/mahzab. Perbedaan dikalangan mahzab dijadikan sebagai faktor kekuatan bukan kelemahan. Majelis yang diadakan Mizamul Mulk dihadiri oleh Ulama dan Fukoha (ilmuan).
Ketika orang didekatkan mengingatnya dirinya bahwa sosoknya adalah seorang pejabat yang punya beragam urusan kenegaraan malah banyak sibuk kumpul dengan ulama. Tapi Mizamul Mulk mengatakan " sesungguhnya para ulama dan fukoha adalah perhiasan dunia dan akhirat " .
Riwayat hidupnya menunjukan pribadi yang taat beragama dan iklas. Punya kebiasaan tidak terlepas dari berwudhu sekalipun berada dalam sebuah pertemuan. Setelah wudhu biasanya melakukan solat sunah sebelum bermajelis, dan selalu membaca quran (membawa al quran kemanapun) Saat adzan berkumandang ia menghentikan seluruh aktifitasnya, berpuasa senin dan kamis, dan membuka pintu lebar lebar bagi orang terzolimi (menerima pengaduan) walaupun dalam kondisi sedang makan
Mizamul Mulk sebagai orang penting pemerintahan, dirinya pun berekasi ketika ia melihat serangan pasukan salib kepada kaum muslimin. Dimana dirinya merasa memiliki benteng kekuatan umat (madrasah mizomiah yang isinya ulama besar) Sehingga ssahanya melakukan perlawanan kepada pasukan salib, didukung oleh para ulama besar (kalangan mahzab ashari) Imam al Gozali, Abdul izhak al ziroji, dll. Mizamul Mulk menjadikan madrasah mizomiah (sebagai kekuatan yang sudah dibangunnya) untuk menghadapi tantangan baru (serangan pasukan salib) Dimana sebelumnya madrasah mizomiah mampu menghadapi syiah dengan segala kekuatannya.
Tapi rupanya kondisi telah berubah, upaya yang diberikan Mizamul Mulk gagal (tidak ada efeknya) karena :
- Dikalangan pemerintahan saat itu dengan Mizamul Mulk tidak satu fisi (dapat dikatakan mizamul mulk berjuang sendirian karena mereka sudah tidak satu orentasi/satu visi)
- Sebagian ulama yang tidak disebutkan tadi pun tidak satu fisi, bahkan ada disorentasi (ada penyimpangan orentasi) karena ada kepentingan individu/kelompok yang lebih penting
Geliat perubahan yang dimotori oleh kekuatan politik dan pendidikan mengalami kegagalan (Disaat ada dis-orentasi dan tidak ada perpaduan visi dapat mengalami kegagalan) Dari adanya perbedaan inilah berujung sebuah tragedi pembunuhan Mizamul Mulk.
Pada Halaman 80 - Golongan Ulama Terbagi Tiga Golongan
Ada beberapa golongan ulama mengasingkan diri secara pasif, karena kegagalan dari geliat perubahan yang dimotori kekuatan politik dan pendidikan.
Para Tokoh/Ulama setelahnya terbagi menjadi tiga golongan
- Golongan pertama - Orang yang menyerupai orang yang sedang frustasi, ini cenderung mengasingkan diri / menarik diri dari lingkungannya (dalam arti mereka adalah yang pasif dan tidak mau terlibat dengan sesuatu yang kacau), mereka merasa bener secara pribadi, fokus terhadap dirinya sendiri dengan melakukan ibadah dan cenderung menunggu takdir Allah apapun yang terjadi tidak terlalu memperdulikan. Mereka hidup benar dan tidak melakukan kesalahan
- Golongan kedua - Orang yang menarik diri tapi bukan berarti frustasi/pasif tetapi untuk mengevaluasi diri (Orang digolongan ini melakukan Proses insihaq terhadap dirinya), ia menarik dirinya dari arus yang negatif untuk mengevaluasi diri / berbenah diri (mencari formula baru) mundurnya bukan pasif menyerah. Mereka menarik diri bukan berarti individulis, tetapi mereka cenderung mencari orang yang memiliki visi yang sama untuk tidak berada diarus itu. Mereka membentuk lingkungan baru/komunitas formula baru (memperbaharui pemikiran/konsep pemikiran sebelumnya), setelahnya jika sudah mendapatkan semuanya mereka cenderung kembali ke masyarakat untuk menyelaraskan pemikiran yang lama dengan yang baru.
- Golongan ketiga - orang yang
Khuntum khairun Umatin - generasi awal (kuntum) yang lahir dari tangan Rasulullah adalah sebaik baiknya generasi umat yang dimunculkan ke tengah manusia, Lalu mengapa kita seistimewa itu ?? karena yang baik digalakan (munculkan) yang mungkar yang redam (musnahkan) inilah ruh umat.
Gerakan Islah - Imam Al Gozali Vs Mizamul Mulk
Yang diusung oleh para golongan islah itu yakni yang mungkar diredam/dimusnahkan yang baik dimunculkan/dipaparkan. Imam al gozali dan temen temannya. Dimana yang dilakukan golongan ini adalah sangat berbeda dengan apa yang dilakukan mizamul mulk, dimana yang dilakukan mizamul mulk adalah sebuah gerakan pembaharuan/islah yang dilakukan dijalur politik (lokomotifnya) dan pendidikan (gerbong). Politik tidak menghasilkan apa apa malah semakin kisruh.
Berbeda dengan apa yang dilakukan imam al gozali dan kawan kawan, adalah justru mengubah lokomotifnya adalah gerakan pendidikan. Mereka belum menentukan gerbongnya karena mereka mengavaluasi/mendiaknosa/membentuk formula. Dimana setelahnya gerakan pemikiran pendidikan ini yang akan melahirkan/menarik gerbong politik
"tidak benar bahwa politik tidak penting dan tidak benar bahwa politik penentu segalanya" (ketika tidak konduktif dimana politik akan menjadi sumber kacauan)
Inilah yang sesuai dengan sunatullahnya dimana gerakan islah (perbaikan) dimulai dari gerakan pemikiran pendidikan ( Al Ar-Rad) "kami akan ubah kondisi kalian dari ketakutan menjadi keamanan dan ketenangan, kelemahan menjadi kekuatan"
Kebangkitan adalah perubahan posisi dimana dimulai dari kesadaran kaum (pemikiran/nilai/budaya/keyakinan) maka dampaknya akan ada perubahan terhadap kekuasaan, politik, ekonomi
Kajian berikutnya bagaimana imam al galazi membangun kondisi gerakan pemikiran.
Pertanyaan
1. Apakah Hal yang perlu digaris bawahi dalam buku tersebut ?
Islam diturunkan Allah sebagai peradaban, islam ketika diterapkan dalam kehidupan sehari hari, seharusnya bisa menjadi model ideal dari kehidupan itu dibangun dalam segala aspek kehidupan. Dengan Al quran yang Alllah turunkan sebagai sumber petunjuk, pedoman umat islam sepanjang masa.
Sunatullahnya semakin kita dekat dengan al quran/ semakin singkron dengan al quran /berkomitmen dengan al quran. Maka wajah islam yang ditampilkan generasinya akan semakin gemilang.
Generasi Rasulullah / generasi para sahabat / generasi tabiin, adalah generasi yang menampilkan kegemilangan umat yang merambah tiga benua dalam satu naungan al quran, (100 tahun)
Kegemilangan peradaban umat ini selalu dalam kondisi tidak setabil (ada kondisi pasang dan surutnya) tergantung kualitas manusianya yang berinteraksi dengan sumber petunjuk (al quran) yang telah Allah turunkan.
Disaat ada degradasi kemunduran lalu bangkit kembali (inilah hal yang menarik untuk dibahas/dikaji) kita perlu cerminan itu "bagaimana sebuah proses kebangkitan itu terjadi" sosok shalahudin dan generasinya disini tidak semata-mata muncul tetapi dipersiapkan untuk dimunculkan.
2. Apakah saat itu Banyaknya lembaga Tafidz, apakah ini sebagai faktor pendorong islah dijamannya ?
Lembaga tafidz yang saat ini ada sangat menjamur beda saat tahun 1990, dijaman abad ke-5 dan ke-6 dst, lembaga tafidz itu adalah sebuah lembaga yang wajar ada dari sebuah lembaga pendidikan islam. Pastilah akan ada yang sebelumnya dimulai dari jenjang kutab, kurikulum utamanya/dasarnya adalah tafidz dari ujung magrib (barat) dan masrik (timur). Tetapi pendidikan tafidz saat itu tidak mewajibkan mereka hafal quran 30 juz, tetapi pembelajaran al quran (membaca dan menghafal alquran) dilakukan. Itulah lumrahnya pendidikan islam saat itu, artinya saat keterpurukan / kebangkitan lembaga tafidz pun tetap jalan.
Maraknya sebuah lembaga tafidz saat ini bisa dikatakan sebagai modal / sebuah harapan untuk memunculkan peradaban dimasa depan. Ketika kita merancangkan sebuah kebangkitan umat, maka lembaga tafidz ini harus menjadi modal untuk dikembangkan lebih jauh. Tetapi jangan beranggapan dengan semakin memperbanyak lembaga tafidz maka otomatis kebangkitan akan muncul (tidak menjadi jaminan)
Yang perlu dicatat harus ada materi pendidikan lain sebagai materi pendamping tafidz (karena hapal quran belum tentu tahu paham isi al quran)
Kajian Pembahasan selanjutnya (klik disini)