Pertemuan ke-2 Kajian PPA Institute ( 4 Juni 2020 )
![WEBINAR TERAS PPA | MODEL KEBANGKITAN UMAT [Chapter 1] - Ust Asep Sobari - YouTube](https://i.ytimg.com/vi/dX1ShHO0P2M/maxresdefault.jpg)
Kajian sebelumnya (klik disini)

Tema besarnya "Model Kebangkitan Umat Islam", merupakan upaya 50 tahun gerakan pendidikan untuk melahirkan Generasi Shalahudin untuk dapat merebut kembali Palestina oleh kaum muslimin.
Isu besarnya yang dibahas dalam buku ini adalah "merebut Al Quds" yang merupakan object pembahasan dalam buku ini.
Maka dalam hal ini penulis berkeinginan untuk :
- Penulis menarik peristiwa sejarah "bagaimana Al Quds direbut kembali secara gemilang/elegan oleh bukan sekedar shalahudin tetapi oleh generasi shalahudin".
- Penulis mengungkapkan bagaimana generasi shalahudin ini lahir, karena keberhasilan merebut palestina bukan semata mata dilakukan oleh seseorang/individu shalahudin, tetapi karena adanya kelahiran sebuah generasi baru (generasi shalahudin) yang merupakah hasil dari sebuah upaya/proses yang dilakukan generasi sebelumnya. Ada keberhasilan dalam tubuh umat untuk melahirkan generasi shalahudin.
Buku ini sama sekali tidak membahas mengenai biografi Shalahudin Al Ayyubi atau buku yang bercerita tentang perang salib. Tetapi buku ini menjelaskan :
- Bagaimana sebuah proses berjalan ditengah umat islam selama lebih kurang 50 tahun, dari kondisi umat islam yang terpuruk sehingga pasukan salib dengan mudah mengusai wilayah islam (termasuk mencoreng kehormatan umat islam dengan merebut al quds), peristiwa perebutna al quds inilah yang menunjukan bahwa saat itu umat begitu rapuh dan terpuruk (dimana palestina sebagai simbol kehormatan umat islam/sebagai jantung kesucian umat islam bisa dinodai tanpa ada perlawanan yang pantas yang diberikan umat islam kepada pasukan salib). Jika kalah dengan kesatria masih dapat dibanggakan.
Sosok Shalahudin Al Ayyubi dapat merebut kembali al Quds dengan sangat gemilang, tanpa harus dengan kekerasan. Ini menunjukan wajah umat islam sebenarnya, sehingga barat tidak mampu mencoreng hal yang dilakukan shalahudin dalam merebut al quds. Dalam menaklukan al quds, shalahudin memberikan maaf dan kepastian jaminan kemanan saat meninggalkan al quds. Fenomena Keajaiban Perebutan Al Quds ini adalah sesuatu yang diciptakan, dan bukanlah anugrah dari langit. Selama 50 tahun sebelumnya umat islam memprosesnya untuk menciptakan generasi Shalahudin Al Ayyubi.
Ada dua masa yang diceritakan dalam buku ini adalah :
- Masa terpuruk umat islam,
- Masa kegemilangannya

BAB PENDAHULUAN
Pesan yang ditulis oleh penulis terdapat didalam bab pendahuluan, oleh karena itu jangan sampai melewatkan bab pendahuluan dalam buku ini.
Pendahuluan dalam buku ini berisikan :
- Bab pendahuluan Ini adalah suatu hal yang sangat penting untuk memahami hasilnya. Kebangkitan yang dilakukan Generasi Shalahudin Al Ayyubi menuai hasil yang gemilang dengan merebut Al Quds secara elegant (lalu mencoba menggali mengapa hal ini bisa terjadi padahal sebelumnya umat islam berada dalam kondisi terpuruk luar biasa).
- Mengkaji gerakan lain selain gerakan shalahudin, karena adanya gerakan shalahudin dikarenakan adanya gerakan lain yang akan melakukan pembaharuan (sebagai penghantar adanya gerakan shalahudin)
Fokus bab pendahuluannya adalah upaya dari generasi sebelumnya yang menghantarkan proses kelahiran generasi Shalahudin Al Ayyubi (Adanya proses menciptakan generasi shalahudin selama 50 tahun)
Kita saat ini sebagai generasi yang menikmati hasil / menanam Hasil ??
Kita saat ini sebagai generasi yang menikmati hasil / memanam hasil (atau dengan kata lain generasi yang menuai kebangkitan atau sedang menghantarkan suatu proses menuju kebangkitan) Jika kita berbicara harapan, kita semua ingin menikmati hasil. Sebaiknya kita menjadi pribadi yang tahu diri. Jika kita ingin menikmati hasil apa yang telah kita tanam sebelumnya ? Jika kita belum menanam ya sebaiknya menanam dulu. Perkara hasilnya kita nikmati atau hasilnya dinikmati oleh generasi setelah kita (itu hanya menjadi persoalan waktu).
Ingatlah bahwa Generasi shalahudin ini proses terbentuknya 50 tahun.
Apabila kita menengok dengan kondisi saat ini, apakah kita dapat mengetahui kondisi kita saat ini apakah berada pada masa memetik hasil ataukan sedang menikmati hasil. Kalau kita sedang berada pada masa sedang menikmati hasil, maka menyadari hal apa yang telah kita lakukan/kita sudah melakukan proses apa ?
Dalam buku ini terdiri dari 6 Bab dan 400 halaman lebih, memiliki Pembahasan, yakni :
- Bab 1, Pola Pemikiran Masyarakat Muslim menjelang perang salib
- Bab 2, Dampak dari pola pemikiran tersebut dalam semua aspek kehidupan (yang mempengaruhi kondisi umat islam saat itu)
- Bab 3 -
- Bab 4 -
- Bab 5 -
- Bab 6 -
Ruang lingkup yang dijelaskan dibuku ini sangatlah panjang, yang terdiri dari enam bab, sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya.
Enam bab ini secara umum dapat disederhanakan menjadi tiga yakni :
1. Latar Belakang
Latar belakang, apa yang menjadi latar belakang untuk mendorng generasi pengantar/generasi sebelumnya untuk menjadi generasi shalahudin. Hal yang mendorong lahirnya kesadaran itu adalah adanya krisis yang melanda umat islam. Krisis yang menjadi permasalahan ini dibahas dalam bab 1 dan bab 2.
- Bab 1 membicarakan tentang Pola Pemikiran Masyarakat Muslim yang menjelang perang salib,
- Bab 2 membahas dampak dari pola pemikiran itu yang berpengaruh dalam semua aspek kehidupan (sosial, ekonomi, politik dan kondisi umum umat islam). Masalah kemerosotan ekonomi, kebobrokan politik, masalah moral, dan kelemahan umat islam.
Al quds pernah berada ditangan umat islam selama 4 abad dan kemudian direbut oleh pasukan salib dan bertahan ditangan mereka hampir 100 tahun. Lalu oleh shalahudin al ayyubi dapat direbut kembali (peristiwa sejarah ini yang sering kita dengar oleh kita semua). Apa yang sebenarnya terjadi selama proses itu dari masa terpuruknya umat islam (ketika al qud berada ditangan pasukan salib) hingga masa kegemilangan (direbut kembali shalahudin)
Sebelum lahirnya generasi shalahudin, adanya generasi yang ikut merasakan pahit getirnya permasalahan umat saat itu (yang dibahas dalam bab 1 dan 2) Mereka adalah yang merasakan langsung dan mereka kemudian membangun kesadaran yang sangat luar biasa pentingnya kebangkitan umat. Mereka melakukan usaha/evort yang sangat luar biasa (evaluasi yang sangat mendasar untuk menyelesaikan permasalahan umat, apa yang membuat umat terpuruk saat ini)
Dari hasil evaluasi dan diaknosa yang sudah dilakukan maka mereka mencoba mencari formula / resep kebangkitan dan mereka bersegara untuk memulainya (memulai dari nol, tidak mengandalkan kekuatan fisik yang dimiliki umat saat itu. Ada modal lain yang mereka gunakan) Hal inilah yang harusnya kita sadari bersama karena hal tersebut sangat relevan dengan kondisi saat ini. Mereka (generasi sebelum shalahudin) mulai dengan menanamkan benih dalam bidang pendidikan. Dari mulai benih ditanam hingga tumbuh
2. Proses Kebangkitan dan Hasil Pembaharuan
2a. Fase Pembaharuan dan Islah
Bab ke-03 (geliat fase pembaharuan dan islah) dan setelahnya dilanjutkan secara estafet. Disini ada dua generasi yang menjadi panutan yang menjadi trend pembaharuan dan perubahan di bahas di bab ke-04
2b. Lahirnya Generasi Shalahudin
Hal yang mendorong lahirnya Generasi Shalahudin Adanya sebuah krisis (inilah yang menjadi latar belakang masalah). Dimana latar belakangnya "Mengapa Palestina setelah berada ditangan kaum muslimin selama 4 abad dapat direbut oleh pasukan salib"
Bab ke-05 menuai hasil yakni lahirnya generasi shalahudin. Lahirnya generasi shalahudin ini bisa dikatakan sebagai generasi ke-3 dari proses kelahiran generasi pembaharuan (Bab 5 pengaruh umum dari fase pembaharuan/islah dan hasilnya seperti apa yang dipetik)
Benihnya adalah pendidikan tapi hasilnya politik, ekonomi, sosial, militer, (aspek disegala bidang) Memahami fenomena sejarah dalam perebutan kembali Al quds ini bukanlah perkara dari kalah perang menjadi menang perang, atau menilai dari kelemahan militer menjadi kekuatan militer.
Dalam bab ke-5 kita diajak untuk memahami bahagaimana sunatullah berjalan saat itu
3. Pelajaran apa yang dapat kita ambil dari Lahirnya Generasi Shalahudin
Pelajaran apa yang dapat kita ambil dari Lahirnya Generasi Shalahudin dan bisa menginspirasi kita (menjadi pijakan kita) untuk memulai sesuatu dimasa kini. Maka dalam bab ke-6 - Pola pola sejarah dan relefansinya untuk menjadi acuan berbuat dimasa kini. Pembahasan yang sangat panjang yang berisi 11 pola-pola sejarah.
Dalam pertemuan kali ini akan membahas bab 1 dan bab 2
1. Pola Pemikiran Umat Islam yg berkembang menjelang Perang Salib
Dapat kita ambil pembelajaran " Hal yang dapat mendorong proses kebangkitan umat adalah Pola Pemikiran umat Islam yg berkembang dimasa Perang Salib "
Sejarah adalah pengalaman manusia dalam kurun waktu yang sangat panjang. Buku ini memiliki ruang lingkupnya kurang lebih dalam kurun waktu setengah abad dimulai dari abad ke-4 atau ke-5 (pertengahan 400 sampai akhir 500an) hampir 150 tahunan.
Yang perlu kita garis bahwahi bahwa, " Sejarah yang panjang ini (selama 150 tahun) oleh Allah disajikan dalam satu bentuk pola sejarah yang disebut dengan sunatullah "
Dimana 150 tahun itu waktu yang sangat panjang dan akan banyak peristiwa yang terjadi, dan tidak mungkin ada satu buku/penulis yang akan mampu menceritakan secara detail peristiwa yang terjadi selama 150 tahun. Inilah oleh karena itu kita harus menyadari bahwa ilmu manusia itu sangatlah terbatas. tapi Allah memberikan suatu pelajaran penting sebagai manivestasi penting. Dalam sejarah yang panjang itu Allah menyajikan dalam satu bentuk pola sejarah yang disebut sunatullah. Sunatullah adalah bentuk kasih sayang Allah kepada kita. Supaya menjadi pelajaran/pijakan kepada kita bahwa kehidupan akan berjalan sesuai dengan pola itu.
Dengan adanya SUNATULLAH kita dapat belajar banyak dari masa lalu agar kita tidak terjebak dengan kesalahan yang sama.
Dimana dalam akhir kisah Allah selalu menceritakan ending dari kesalahan itu yakni kehancuran / keterpurukan / kebinasaan yang sering digambarkan dalam Al quran.
1/3 dari al quran adalah kisah dan banyak dari kisah yang diceritakan adalah kisah hancurnya/binasanya umat terdahulu.
1. Sunatullah dalam keruntuhan
Umat terdahulu memiliki modal yang cukup baik dalam menjalani kehidupan (kemampuan yang Allah berikan), hanya saja mereka tidak bersyukur. Adapun beberapa kisahnya :
Umat terdahulu memiliki modal yang cukup baik dalam menjalani kehidupan (kemampuan yang Allah berikan), hanya saja mereka tidak bersyukur. Adapun beberapa kisahnya :
- Kisah kekuasaan Fir'aun yang saat itu dzolim kepada masyarakatnya dan saat itu pemerintahannya sangat sulit digulingkan (tetapi pada akhirnya fir'aun dan pengikutnya dapat digulingkan oleh Allah tanpa tersisa). Dalam kisah disini Allah mengingatkan bahwa ada sunatullah yang sedang berjalan disitu. Sekuat apapun suatu pemerintahan fir'aun dan sehebat apapun karya yang dihasilkan,
- Kisah Bangsa Saba, digambarkan dalam surah saba, karena tidak mau bersyukur.
Urgensinya dalam kedua peristiwa ini, apabila mereka berjalan dengan pola kerutuhan pasti mereka akan runtuh dan binasa. Pola keruntuhan (1) Mereka tidak mensyukuri apa yang telah mereka miliki. (2) Mereka keluar dari ajaran Allah.
2. Sunatullah dalam Kebangkitan
Pola Sunatullah kebangkitan bisa dilihat dari kisah Dzulkarnaen (dalam surah al khafi). Kekuatan politik negara yang dimiliki nabi daud dan sulaiman (kekuasaan Nabi Sulaiman adalah kekuasaan yang tidak pernah diberikan oleh Allah kepada siapapun)
Memahami Sunatullah
Memahami Sunatullah dalam Pola Sejarah menjadi bagian yang sangat penting, modal utama yang harus kita miliki saat membaca rangkaian dari peristiwa sejarah. Tanpa itu kita hanya membaca tumpukan data data atau kita hanya bisa membaca peristiwa sejarah hanya sebagai data pendukung tanpa mengambil pelajaran/pembelajaran didalamnya.
Allah mengangkat sejarah dalam al quran bukan hanya untuk kita dapat memahami data (meskipun data yang ada didalam al quran diungkap secara detail tapi sangat jarang diungkap semua peristiwa sejarah didalamnya diungkap secara detail, seperti kisah nabi yusuf terlihat detail tapi ada beberapa yang tidak diungkap)
Dalam memahami sejarah bukanlah banyaknya data yang dimiliki tetapi yang paling penting adalah dari data yang dimiliki mampu membentuk ibrah dan dapat memahami sunatullah. Maka dalam hal ini yang terpenting hanyalah bagaimana kita mengubungkan data dan akhirnya membentuk ibrah.
Hal yang ingin Penulis Paparkan
Maka dari situlah kita disuguhi oleh penulis dibab 1 mengenai "Pola Pemikiran Umat Islam yang Berkembang saat menjelang Perang Salib"
Lalu mengapa Pola Pemikiran yang dibahas dalam hal ini ?
Ini adalah pemaparan yang sangat menarik sekali, karena ketika endingnya adalah kebangkitan umat islam yang berhasil ditorehkan oleh generasi shalahudin al ayyubi, Akar masalahnya di pemikiran, karena apabila berfikr bahwa masalahnya berada dikekuatan militer atau kekuasaan politik saat itu (sangat keliru), bukan juga dikrisis ekonomi.
Lalu mengapa kaum muslimin berada dikondisi terpuruk ditahun akhir 5H ?
Karena ketika pasukan salib begitu luar biasa menghabisi pesisir mediterania/wilayah syam (Mereka mencoba masuk dari berbagai arah baik darat dan laut, mereka masuk dari romawi, bizantium, mesir) Pasukan salib mengabisi wilayah syam dan mereka berhasil merasuki wilayah syam (padahal wilayah syam adalah wilayah yang sangat terjaga setelah pemerintahan abu bakar)
Penulis menyatakan pahamilah Akar Permasalahannya
"apabila kalian ingin memahami mengapa pasukan muslim lebih mudah ditaklukan oleh pasukan salib (sebelum kebangkitan) sampai akhirnya bisa merebut kembali al quds oleh generasi shalahudin, maka kalian terlebih dahulu memahami akar permasalahannya yang semuanya berasal dari pola pemikiran".
Peristiwa Al quds dapat dikuasai pasukan salib,
1. Peristiwa diawali dengan Perubahan Kekuasan diwilayah Syam
saat itu diawali dengan terjadi perubahan kekuatan diwilayah syam yang semula menjadi titik kekuatan menjadi titik kelemahan umat (akar masalahnya adalah tetap pada pola pemikiran), disini ada perubahan. Akar masalah tersebut dapat menjadi titik kelemahan umat (pola pemikiran).
- Awalnya islam menyebar sebagai pelopor kekuatan umat sejak jaman bani umayah yang dimulai dari damaskus (merupakan titi kekuatan).
- Setelahnya mengalami perubahan sehingga menjadi titik kelemahan umat, dikarenakan pasukan perang salib dapat menguasai wilayah syam.
- Dari syam mereka menyebarkan teror yang mengecam umat islam dari beberapa aspek (perubahan ini adalah bagian dari kuasa Allah)
2. Adanya Pergeseran / Kemerosotan Umat Islam di Abad ke-4 atau ke-5
Dalam surah Ar Ra'ad, Allah tidak akan merubah suatu kaum, sampai kaum itu terlebih dahulu melakukan perubahan yang ada didalam diri mereka. (apa yang ada didalam diri mereka adalah akar permasalahannya)
Ketahuilah bahwa saat umat islam kuat apa yang menjadi landasannya adalah mereka adalah orang yang beriman (generasi tabiin).
Umat islam diwilayah syam dan sekitarnya pada abad ke-4 atau ke-5 , Apakah mereka memiliki prilaku yang sama dengen generasi tabiin ? ternyata ada pergeseran dan ada degradasi umat islam. Ternyata faktanya, ada pergeseran/kemerosotan atau degradasi pemikiran umat. Maka ditengah kemerosotan generasi inilah syam jatuh ketangan pasukan salib (karena apa yang ada didalam diri umat islam saat itu sudah mengalami perubahan).
Inilah yang harus dipahami bahwa mereka tidak sama dengan generasi sebelumnya.
Adanya perbedaan dengan generasi sebelumnya dalam hal muatan pemikiran. Muatan pemikiran itu dapat berupa " keyakinan/aqidah ".
Adanya aqidah bukan berkaitan dengan dalilnya saja tetapi bagaimana aqidah itu menjelma didalam diri seorang mukmin/muslim menjadi pribadi yang lebih baik. Iman seseorang terdiri dari 60-70% cabang, dimana Cabang yang paling tinggi adalah "mengakui tiada Tuhan selain Allah" Sedangkan Cabang paling rendah " menyingkirkan gangguan (yang menjadi bagian dalam menginvestasi iman)
Yang terpenting disini bagaimana sebuah generasi dapat menunjukan tingkat iman yang paling rendah (menyingkirkan ganguan) sehingga seseorang merasa nyaman dan lapang. Bagaimna umat islam dapat mengimplementasikan iman.
Oleh karena itu yang ingin dibahas oleh penulis adalah ?
Apasih pemikiran itu dan bagaimana sih corak dari pemikiran/pola pemikiran yang berkembang ditengah umat islam menjelang jatuhnya al quds atau palestina. Kelemahan umat islam dalam mempertahankan al quds didasari oleh permasalahan ini. Ada masalah didalam pribadi mereka. Maka digalilah dan faktanya sangat luar biasa.
Masalah utamanya pada pemikiran maka ketika akan mengevaluasi pada pemikirannya
Apabila kita sadari bahwa saat ini, kita merupakan generasi yang bermasalah dan sangat tidak berdaya. Sebaiknya berkaca dengan kondisi umat terdahulu disaat mereka mengalami pergeseran bobot dari generasi masa perang salib dengan generasi sebelumnya yang menyebabkan umat tidak berdaya/mengalami keterpurukan.
Buku ini ditulis dengan alur sunatullah dengan pemikiran sebagai akar masalahnya, dimana yang mempengaruhi pemikiran adalah pendidikan. Maka mengapa buku tema besarnya adalah gerakan pendidikan.
Filosofi Sejarah yang menjadi Acuan Penulisan
Filosofi sejarah yang menjadi acuan menulis buku ini, yakni :
1. Elemen Utama Masyarakat
Apabilah kita membahas tentang masyarakat maka akan terdiri dari tiga unsur utama (tiga elemen utama) yakni Pemikiran, Individu, Materi, Elemen inilah yang membentuk suatu masyarakat.
Ketika Rasulullah berdakwah, Rasulullah tidak langsung membentuk struktur masyarakat muslim. Karena struktur masyarakat akan berfungsi dengan baik ketika masyarakat memiliki suatu kesamaan visi besar yang dibentuk oleh pemikiran, gagasan, Selama dimekah sebelum Rasulullah membentuk sebuah masyarakat, lalu apa yang dilakukan Rasulullah selama 13 tahun ? yakni memperkaya gagasan (pengkayaan pemikiran).
Masyarakat baru dibentuk di Madinah. Lalu apa yang sudah Rasulullah miliki saat akan membentuk masyarakat di Madinah ? Adalah modal pemikiran dan modal individu (individu yang sudah pemikiran tentang risalah islam) Selama 13 tahun di Mekah ada 86 surah Al Quran dari 114 surah, secara jumlah 28 surah al quran yang turun di madinah, sementara 2/3 nya turunnya di mekah (disini terdapat pengkayaan gagasan yang luar biasa) dengan gagasan inilah terbentuklah individu individu. Dari individu yang memiliki gagasan maka lahirlah masyarakat madinah (masyarakat madinah terbentuk tidak dilandasi oleh kekayaan materi) Gagasan yang dimiliki setiap individu inilah yang menjadi modal dasar untuk memanfaatkan materi yang terbatas untuk bisa berkembang besar. Rasulullah berjalan sesuai dengan sunatullah. Jika kita berpenturan dengan sunatullah maka tidak akan pernah berhasil. Allah tidak pernah mengganti / merubah sunatullahNya. Sunatullah itu sifatnya permanen. Berbeda dengan kondisi saat ini, kita berfikir ada uang maka semua akan dapat berjalan dengan lancar (ini keliru).
2. Prilaku Manusia terdiri dari dua hal penting (Niat dan Gerak)
Niat akan menjelma dalam bentuk pikiran dan kemauan (hadist Innamal Amalu Binniyat) , yang menentukan bobot amalan seseorang adalah niatnya, Niat itu sangat penting sekali, Niat terdiri dari Fikrah dan Iradah (iradah terkait dengan orentasi, pemikiran nantinya akan mengolah wujudnya seperti apa, bentuknya seperti apa) Jika sudah terpikirkan wujudnya maka selanjutnya adalah gerak, gerak inilah yang menentukan tindakannya berhasil atau tidak. Tapi sebelumnya ada dalam kemauan ataupun pemikiran.
Masyarakat berjalan dan bergerak lalu kemudian bangkit, maka mau tidak mau harus dilandasi dengan niat. Manusia melakukan sesuatu apa yang telah dipikirkannya, Dimulai dengan kita memiliki kemauan, lalu kita kirim ke pemikiran kita, bagaimana kita akan melaksanakannya, lalu kemudian di eksekusi dengan gerakan kita. Akan menjadi kesalahan besar jika kita tidak memahami sunatullah kebangkitan umat, terlebih ketika kita berhadapan dengan kekuatan supperior (beradaban barat / timur (komunisme/kapitalis))
Bagian Pengantar (halaman XVIII)
1. Bekal Umat Muslim ketika Berhadapan dengan Barat
Penulis menyatakan, "untuk berhadapan dengan barat maka pendekatan yang sebenarnya dibutuhkan untuk masyarakat muslim (secara keseluruhan) harus melalui proses dua tahab"
- Tahap pertama yakni pendekatan internal terhadap diri sendiri. Sebelum kita memilih untuk berhadap hadapan dengan musuh dari luar maka kita harus berani berhadapan dengan diri sendiri. Pendekatan internal ini dilakukan oleh para ulama, tokoh dan seluruh umat (masing masing punya porsi punya tanggung jawab, tapi yang terpenting adalah ulama karena yang mengerti permasalahan umat yang punya ilmu dan toolsnya adalah ulama) Tujuannya / targetnya adalah membebaskan diri dari subkordinasi budaya dari pemikiran kepada pihak asing (permasalah kita sebenarnya disini) karena kita terlalu sering meminjam pemikiran barat ketika membahas masalah islam itu sendiri. Kita cenderung tidak percaya diri tentang islam itu apa/seperti apa, sampai kita mengambil kesimpulannya setelah mengadopsi pemikiran barat. Kita tidak memiliki independensi pemikiran sendiri. Kita harus memiliki kemampuan dan kemauan untuk membebaskan dir dari subkoordinasi budanya pihak asing dan ketergantungan pemikiran terhadap pihak asing. Disaat yang sama kita mampun menemukan jati diri (bukan sekedar memutus hubungan dari barat), Jalan atau cara menemukan jati diri dengan cara membangun aviliasi kepada masa lalu yang gemilang dan kuat (kita harus mau membaca sejarah) Sejarah merupakan implementasi generasi islam dari masa ke masa terhadap ajaran islam. tentu kegemilangan/kesuksesan/kebangkitan yang diperoleh akan terkait erat dengan ajaran islam yang telah ditegakkan, dan kemerosotan mereka dikarenakan penyimpangan dari ajaran islam. Kajian sejarah akan menjadi mutlak untuk dipelajari dan dikaji lebih dalam. Dengan sejarah akan menemukan jati diri umat, dengan begitu kita dapat menjawab tantangan dimasa kini dan menjawab tantangan dimasa yang akan datang (kita punya modal besar) Apabila umat berhasil melalui tahapan ini maka umat telah memiliki kompetensi yang cukup untuk melakukan tahapan kedua
- Tahap kedua yakni berhadapan dengan Kekuatan Asing yang dzolim, dengan penuh percaya diri karena memiliki kemampuan yang mumpuni. Umat akan keluar sebagai pemenang dengan mengibarka panji kemenangan islam.
Kedua tahapan ini mutlak tidak dapat dipisahkan.
Penulisan Buku ini dimulai dari POLA PEMIKIRAN
Dalam buku ini, penulis tidak memulai menulis dengan adanya gerakan propaganda romawi atau propaganda pihak lain yang mempengaruhi barat/pasukan salib untuk merebut palestina. Tetapi buku ini dimulai dari "POLA PEMIKIRAN", oleh karena itu pola pemikiran yang berkembang ditengah umat islam
Ada 4 Bentuk Perkembangan PEMIKIRAN NEGATIF ditengah UMAT ISLAM
- Perselisihan antar mahzab (bukan perkara masalah khilafiah antar mahzab)
- Perpecahan dan Penyimpangan Tasawuf
- Pemikiran Kebatinan
- Sisi Negatif dari Filsafat
1. Perselisihan antar Mahzab
Perselisihan antar mahzab disini bukan perkara Kajian Fiqih perbandingan Mahzab, Mahzab bukan suatu problem dalam islam. Adanya keaneka ragaman mahzab itu sebuah anugrah dalam islam.. Dimana perbedaan mahzab adalah salah satu wujud dari penjagaan Allah terhadap syariat. Mahzab ini bermula dari sebuah tantangan yang sangat besar dalam sejarah umat. Al quran dan Hadist terbatas (Al quran terhenti setelah sempurna diturunkan dan tidak diturunkan setelah Rasulullah wafat, begitu juga dengan hadist terbatas hanya sampai Rasulullah Wafat) Berkembangan ajaran islam tersebar semakin luas dan banyak masalah terbarukan yang tidak secara langsung mendapatkan jawaban dari teks al quran dan hadist, karena keterbatasan yang dimiliki al quran dan hadist. Setiap perkembangan masalah baru tidak bisa secara langsung ditemukan jawabannya dari al quran dan hadist. Ini menjadi problem "bagaimana menyelasaikan masalah terbarukan agar penyelesaiannya masih dalam koridor syariat islam" , oleh karena itu para ulama melahirkan metode untuk menjadikan ayat al quran dan hadist sebagai pijakan dasar untuk bisa menyelesaikan masalah terbarukan. Maka disitulah terjadinya ijtihad (produk pemikiran para ulama/mujtahid untuk menyelesaikan masalah terbarukan, inilah mahzab) Pada saat mahzab satu dengan yang lain memiliki metode yang berbeda dengan mahzab lainnya, selama tidak keluar dari metode kerangka syariat islam (tidak akan menjadi masalah).
Akan tetapi apabila mahzab ini sudah keluar dari fungsi mahzab itu sendiri (mahzabnisme) maka dari situlah timbullah masalah yang melandasi perselisihan antar mahzab. Mahzabnisme cenderung kedalam perkelompokan / membentuk kelompok berdasarkan mahzab, mereka sangat fanatisme dan saling membedakan satu sama yang lain, hal ini dikarenakan atas dasar kepentingan pribadi/kelompol ataupun kepentingan ekonimi/sosial/dll. Sehingga perbedaan mahzab itulah yang menjadikan perselisihan atau pemisah karena kepentingan kepentingan tadi. Apabila pemisahannya hanyalah karena metode dalam penyelesaiannya meskipun dalam koridor syariat islam yang sama itu tidak menjadi masalah. Perbedaan Mahzab menjadi Perbedaan Identitas menimbulkan Perselisihan yang tidak ada titik temu. Tradisi debat kusir untuk saling menjatuhkan antar mahzab menjadi tranding topik saat itu.
2. Perpecahan dan Penyimpangan Tasawuf
Penulis menuliskan mengenai adanya Penyimpangan Tasawuf, berati pada dasarnya tasawuf sendiri tidak menympang. Tasawuf ada dasar/akarnya sendiri berawal dari ajaran islam, Kita tidak perlu memperdebatkan tasawuf itu benar atau tidak benar. (Tasuwuf adalah ilmu untuk mengetahui bagaimana mensucikan jiwa, menjernihkan akhlaq dan membangun dhahir dan batin) Seiring dengan perjalanan waktu Tasawuf dimasuki oleh unsur dari luar islam, yang kemudian menjadi titik awal dari penyimpangannya. Tasawuf dalam arti yang sebenarnya (tidak menyimpang) juga ada, tapi sekelompok yang memiliki kepentingan menyebabkan perbedaan sehingga timbul perpecahan atar sesama paham tasawuf (sesama suni). Antara kalangan sufi dan kalangan fiqih juga mengalami perpecahan.
3. Pemikiran Kebatinan
Pemikiran kebatinan ini sangatlah berbahaya, karena pemikiran kebatinan ini jelas dari luar islam yang masuk kedalam islam, melalui masalah yang dasar yakni intrepresepsi/interpretasi terhadap al quran (Al quran ditafsirkan dengan metode kebatinan, hasilnya semua yang kita ketahui tentang al quran itu keliru, meskipun yang mereka ketahui hanyalah bagian kulit luarnya saja)
4. Pemikiran Filsafat
Pemikiran Filsafat yang berbicara masalah ketuhanan, ketika akal manusia digunakan untuk menjangkau alam gaib. Jika masalah ketuhanan sudah dikaitkan dengan akal manusia maka akan menimbulkan masalah dan kekacauan yang berdampak pada ekonomi, sosial, politik (bab ke-2)
Ketika umat sibuk dengan urusan urusan kecil maka urusan urusan yang jauh lebih besar akan terlupakan, sehingga tidak tahu mana yang penting. Umat akan menjadi lemah.
Pertanyaan
1. Meniru generasi shalahudin bukan hal yang mudah, sedangkan yang ingin kita bebaskan hari ini bukan hanya al quds tapi tidak menutup kemungkinan sampai roma. Lalu apa yang dapat kita lakukan dengan semua ini ?
Ketika kita menarik benang merah peristiwa sejarah ke masa kini, sepertinya telah diantisipasi penulis (bab ke-6) dengan tema Memahami Pola sejarah dengan implementasi konteporernya. Kita tidak perlu terlalu bingung untuk bagaiman meniru / menduplikasi apa yang dilakukan generasi shalahudin untuk diterapkan saat ini. Menarapkan POLA SEJARAH itu bukanlah MENCOPY PASTE apa yang telah dilakukan sebelumnya (tetapi tidak bisa disalahkan karena kita sudah terbiasa melakukannya, dan sudah menjadi pemahaman bersama untuk dapat menyelesaikan masalah saat ini kita dapat belajar dari peristiwa sejarah yang sebelumnya pernah terjadi) Disetiap masa akan memiliki tokoh sejarahnya sendiri, sehingga tidak perlu sampai menghadirkan sosok shalahudin untuk menyelesaikan masalah saat ini, dan kita juga tidak perlu pesimis karena tidak memiliki sosok shalahudin.
Contoh permasalah saat ini :
Al quds memang menjadi PR umat muslim dan telah menjadi ketetapan Allah untuk menjadi I'tila kepada kita (materi ujian kepada kaum muslimin) ketika kita menyadari hal itu, maka sebenarnya kita menyadari bahwa dalam diri kita ada kemampuan untuk menyelasaikan ujian ini (karena tidak mungkin Allah mengujikan sesuatu diluar batas kemampuan hambaNya)
Kita memahami gerakan shalahudin untuk menaklukan Al quds hanyalah mempelajari POLA nya, dimulai dari kesadaran yang sangat mendasar terhadap permasalah internal umat (apa yang membuat umat lemah, ternyata dari pemikirannya) Jangan berfikir untuk dapat mengcopy paste atau tidaknya gerakan shalahudin, tetapi polanya kita pelajari dan kita tarik kemasa kini, sehingga menjadi pijakan atau acuan yang dapat dipakai
2. Sejarah ditulis oleh seorang pemenang, jadi bagaimana kita bisa memilih sejarah mana yang benar benar terjadi tanpa ditulis dengan penyimpangan ?
Ungkapan sejarah ditulis sebagai pemenang bukanlah suatu yang absolute, sejarah itu juga tidak perpihak kepada pemenang (distortif). Ketika kita bebicara sejarah bani umayah, banyak ditulis oleh para sejarahwan dimasa abasiyah, wajar periode penulisan sejarah yang meluas itu dijaman abasiyah. Itu bukan karena memang abasiyah ingin menentukan sejarah bani umayah untuk prespektif mereka (dampak alamiah dari penulisan sejarah dimasa abasiyah) Kita punya sejarah yang sangat luas sebagai sumber sejarah, kita juga akan menemukan tuilsan yang sangat objektif mengenai bani umayah. Kelompok lain yang menuliskan tentang abasiyah juga ada, tetapi kegemilangan bani umayah masih terbaca.
3. Jaman kesultanan turki usmani, memiliki elit militer (jeni sari) yang menghancurkan negara non islam, apa alasannya sedangkan muslim cinta damai ?
Sejarah turki usmani 600 tahun lebih, dan ada masa pasang surutnya dimana mereka komitmen dengan ajaran islam dan ada kadangkala tidak sehingga ada penyimpangan. Ketika bebicara tentang menghancurkan musuh dari kesultanan turki usmani, kita harus menyadari bahwa turki usmani ini menjadi sasaran amuk seluruh kekuatan eropa. Mereka semua berkeinginan menghancurkan turki usmani tetapi gagal berkali kali. Dilihat dari semua ini apakah saat itu turki usmani menghadapinya dengan jalur damai, tentu tidak dan wajar apabila menyiapkan kekuatan militer. Islam memang cinta damai, tetapi bukan berarti diam menunggu diserang tetapi sesekali harus siap melalukan penyerangan.
Rasulullah setelah perang uhud tidak nunggu diserang lawan, setelah tahu ada 7 kelompok masyarakat badui yang mau menyerang madinah dan disitu Rasulullah melakukan penyerangan terlebih dahulu, kalau tidak maka dengan mudah akan dihabisi musuh. Kecuali musuh itu baik baik dan kita habisi/dibantai itu merupakan kesalahan besar.
Murad II juga telah melakukan perjanjian damai tetapi selalu dikhianati oleh pasukan barat.
Kelanjutan kajian bisa diikuti di (klik disini)