Pengikut

Selasa, 16 Juni 2020

Model Kebangkitan Umat Islam - Part 03

Pertemuan ke-2 Kajian PPA Institute ( 4 Juni 2020 ) 

WEBINAR TERAS PPA | MODEL KEBANGKITAN UMAT [Chapter 1] - Ust Asep Sobari -  YouTube

Kajian sebelumnya (klik disini

Tema besarnya "Model Kebangkitan Umat Islam", merupakan upaya 50 tahun gerakan pendidikan untuk melahirkan Generasi Shalahudin untuk dapat merebut kembali Palestina oleh kaum muslimin. 

Isu besarnya yang dibahas dalam buku ini  adalah "merebut Al Quds" yang merupakan object pembahasan dalam buku ini. 

Maka dalam hal ini penulis berkeinginan untuk : 
  • Penulis menarik peristiwa sejarah "bagaimana Al Quds direbut kembali secara gemilang/elegan oleh bukan sekedar shalahudin tetapi oleh generasi shalahudin".
  • Penulis mengungkapkan bagaimana generasi shalahudin ini lahir, karena keberhasilan merebut palestina bukan semata mata dilakukan oleh seseorang/individu shalahudin, tetapi karena adanya kelahiran sebuah generasi baru (generasi shalahudin) yang merupakah hasil dari sebuah upaya/proses yang dilakukan generasi sebelumnya. Ada keberhasilan dalam tubuh umat untuk melahirkan generasi shalahudin. 
Buku ini sama sekali tidak membahas mengenai biografi Shalahudin Al Ayyubi atau buku yang bercerita tentang perang salib. Tetapi buku ini menjelaskan : 
  • Bagaimana sebuah proses berjalan ditengah umat islam selama lebih kurang 50 tahun, dari kondisi umat islam yang terpuruk sehingga pasukan salib dengan mudah mengusai wilayah islam (termasuk mencoreng kehormatan umat islam dengan merebut al quds), peristiwa perebutna al quds inilah yang menunjukan bahwa saat itu umat begitu rapuh dan terpuruk (dimana palestina sebagai simbol kehormatan umat islam/sebagai jantung kesucian umat islam bisa dinodai tanpa ada perlawanan yang pantas yang diberikan umat islam kepada pasukan salib). Jika kalah dengan kesatria masih dapat dibanggakan. 
Sosok Shalahudin Al Ayyubi dapat merebut kembali al Quds dengan sangat gemilang, tanpa harus dengan kekerasan. Ini menunjukan wajah umat islam sebenarnya, sehingga barat tidak mampu mencoreng hal yang dilakukan shalahudin dalam merebut al quds. Dalam menaklukan al quds, shalahudin memberikan maaf dan kepastian jaminan kemanan saat meninggalkan al quds. Fenomena Keajaiban Perebutan Al Quds ini adalah sesuatu yang diciptakan, dan bukanlah anugrah dari langit. Selama 50 tahun sebelumnya umat islam memprosesnya untuk menciptakan generasi Shalahudin Al Ayyubi. 

Ada dua masa yang diceritakan dalam buku ini adalah : 
  • Masa terpuruk umat islam, 
  • Masa kegemilangannya 
√ Biografi, Sejarah, Kisah Salahudin Al Ayubi - Kesatria Perang Salib

BAB PENDAHULUAN 

Pesan yang ditulis oleh penulis terdapat didalam bab pendahuluan, oleh karena itu jangan sampai melewatkan bab pendahuluan dalam buku ini. 

Pendahuluan dalam buku ini berisikan : 
  • Bab pendahuluan Ini adalah suatu hal yang sangat penting untuk memahami hasilnya. Kebangkitan yang dilakukan Generasi Shalahudin Al Ayyubi menuai  hasil yang gemilang dengan merebut Al Quds secara elegant (lalu mencoba menggali mengapa hal ini bisa terjadi padahal sebelumnya umat islam berada dalam kondisi terpuruk luar biasa).  
  • Mengkaji gerakan lain selain gerakan shalahudin, karena adanya gerakan shalahudin dikarenakan adanya gerakan lain yang akan melakukan pembaharuan (sebagai penghantar adanya gerakan shalahudin) 
Fokus bab pendahuluannya adalah upaya dari generasi sebelumnya yang menghantarkan proses kelahiran generasi Shalahudin Al Ayyubi (Adanya proses menciptakan generasi shalahudin selama 50 tahun) 

Kita saat ini sebagai generasi yang menikmati hasil / menanam Hasil ?? 

Kita saat ini sebagai generasi yang menikmati hasil / memanam hasil (atau dengan kata lain generasi yang menuai kebangkitan atau sedang menghantarkan suatu proses menuju kebangkitan) Jika kita berbicara harapan, kita semua ingin menikmati hasil. Sebaiknya kita menjadi pribadi yang tahu diri. Jika kita ingin menikmati hasil apa yang telah kita tanam sebelumnya ? Jika kita belum menanam ya sebaiknya menanam dulu. Perkara hasilnya kita nikmati atau hasilnya dinikmati oleh generasi setelah kita (itu hanya menjadi persoalan waktu). 

Ingatlah bahwa Generasi shalahudin ini proses terbentuknya 50 tahun. 

Apabila kita menengok dengan kondisi saat ini, apakah kita dapat mengetahui kondisi kita saat ini apakah berada pada masa memetik hasil ataukan sedang menikmati hasil. Kalau kita sedang berada pada masa sedang menikmati hasil, maka menyadari hal apa yang telah kita lakukan/kita sudah melakukan proses apa ? 

Dalam buku ini terdiri dari 6 Bab dan 400 halaman lebih, memiliki Pembahasan, yakni : 
  • Bab 1, Pola Pemikiran Masyarakat Muslim menjelang perang salib 
  • Bab 2, Dampak dari pola pemikiran tersebut dalam semua aspek kehidupan (yang mempengaruhi kondisi umat islam saat itu) 
  • Bab 3 - 
  • Bab 4 - 
  • Bab 5 - 
  • Bab 6 
Ruang lingkup yang dijelaskan dibuku ini sangatlah panjang, yang terdiri dari enam bab, sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya. 

Enam bab ini secara umum dapat disederhanakan menjadi tiga yakni : 

1. Latar Belakang 

Latar belakang, apa yang menjadi latar belakang untuk mendorng generasi pengantar/generasi sebelumnya untuk menjadi generasi shalahudin. Hal yang  mendorong lahirnya kesadaran itu adalah adanya krisis yang melanda umat islam. Krisis yang menjadi permasalahan ini dibahas dalam bab 1 dan bab 2. 
  • Bab 1 membicarakan tentang Pola Pemikiran Masyarakat Muslim yang menjelang perang salib, 
  • Bab 2 membahas dampak dari pola pemikiran itu yang berpengaruh dalam semua aspek kehidupan (sosial, ekonomi, politik dan kondisi umum umat islam). Masalah kemerosotan ekonomi, kebobrokan politik, masalah moral, dan kelemahan umat islam. 
Al quds pernah berada ditangan umat islam selama 4 abad dan kemudian direbut oleh pasukan salib  dan bertahan ditangan mereka hampir 100 tahun.  Lalu oleh shalahudin al ayyubi dapat direbut kembali (peristiwa sejarah ini yang sering kita dengar oleh kita semua). Apa yang sebenarnya terjadi selama proses itu dari masa terpuruknya umat islam (ketika al qud berada ditangan pasukan salib) hingga masa kegemilangan (direbut kembali shalahudin)

Sebelum lahirnya generasi shalahudin, adanya generasi yang ikut merasakan pahit getirnya permasalahan umat saat itu (yang dibahas dalam bab 1 dan 2) Mereka adalah yang merasakan langsung dan mereka kemudian membangun kesadaran yang sangat luar biasa pentingnya kebangkitan umat. Mereka melakukan usaha/evort yang sangat luar biasa (evaluasi yang sangat mendasar untuk menyelesaikan permasalahan umat, apa yang membuat umat terpuruk saat ini) 

Dari hasil evaluasi dan diaknosa yang sudah dilakukan maka mereka mencoba mencari formula / resep kebangkitan dan mereka bersegara untuk memulainya (memulai dari nol, tidak mengandalkan kekuatan fisik yang dimiliki umat saat itu. Ada modal lain yang mereka gunakan) Hal inilah yang harusnya kita sadari bersama karena hal tersebut sangat relevan dengan kondisi saat ini. Mereka (generasi sebelum shalahudin) mulai dengan menanamkan benih dalam bidang pendidikan. Dari mulai benih ditanam hingga tumbuh 

2. Proses Kebangkitan  dan Hasil Pembaharuan 

2a. Fase Pembaharuan dan Islah

Bab ke-03 (geliat fase pembaharuan dan islah) dan setelahnya dilanjutkan secara estafet. Disini ada dua generasi yang menjadi panutan yang menjadi trend pembaharuan dan perubahan di bahas di bab ke-04 

2b. Lahirnya Generasi Shalahudin 

Hal yang mendorong lahirnya Generasi Shalahudin Adanya sebuah krisis (inilah yang menjadi latar belakang masalah). Dimana latar belakangnya "Mengapa Palestina setelah berada ditangan kaum muslimin selama 4 abad dapat direbut oleh pasukan salib"

Bab ke-05 menuai hasil yakni lahirnya generasi shalahudin. Lahirnya generasi shalahudin ini bisa dikatakan sebagai generasi ke-3 dari proses kelahiran generasi pembaharuan (Bab 5 pengaruh umum dari fase pembaharuan/islah dan hasilnya seperti apa yang dipetik) 

Benihnya adalah pendidikan tapi hasilnya politik, ekonomi, sosial, militer, (aspek disegala bidang) Memahami fenomena sejarah dalam perebutan kembali Al quds ini bukanlah perkara dari kalah perang menjadi menang perang, atau menilai dari kelemahan militer menjadi kekuatan militer. 

Dalam bab ke-5 kita diajak untuk memahami bahagaimana sunatullah berjalan saat itu

3. Pelajaran apa yang dapat kita ambil dari Lahirnya Generasi Shalahudin 

Pelajaran apa yang dapat kita ambil dari Lahirnya Generasi Shalahudin dan bisa menginspirasi kita (menjadi pijakan kita) untuk memulai sesuatu dimasa kini.  Maka dalam bab ke-6 - Pola pola sejarah dan relefansinya untuk menjadi acuan berbuat dimasa kini. Pembahasan yang sangat panjang yang berisi 11 pola-pola sejarah. 

Dalam pertemuan kali ini akan membahas bab 1 dan bab 2 

1. Pola Pemikiran Umat Islam yg berkembang menjelang Perang Salib 

Dapat kita ambil pembelajaran " Hal yang dapat mendorong proses kebangkitan umat adalah Pola Pemikiran umat Islam yg berkembang dimasa Perang Salib " 

Sejarah adalah pengalaman manusia dalam kurun waktu yang sangat panjang. Buku ini memiliki ruang lingkupnya kurang lebih dalam kurun waktu setengah abad dimulai dari abad ke-4 atau ke-5 (pertengahan 400 sampai akhir 500an) hampir 150 tahunan. 

Yang perlu kita garis bahwahi bahwa, " Sejarah yang panjang ini (selama 150 tahun) oleh Allah disajikan dalam satu bentuk pola sejarah yang disebut dengan sunatullah " 

Dimana 150 tahun itu waktu yang sangat panjang dan akan banyak peristiwa yang terjadi, dan tidak mungkin ada satu buku/penulis yang akan mampu menceritakan secara detail peristiwa yang terjadi selama 150 tahun. Inilah oleh karena itu kita harus menyadari bahwa ilmu manusia itu sangatlah terbatas. tapi Allah memberikan suatu pelajaran penting sebagai manivestasi penting. Dalam sejarah yang panjang itu Allah menyajikan dalam satu bentuk pola sejarah yang disebut sunatullah.  Sunatullah adalah bentuk kasih sayang Allah kepada kita. Supaya menjadi pelajaran/pijakan kepada kita bahwa kehidupan akan berjalan sesuai dengan pola itu. 

Dengan adanya SUNATULLAH kita dapat belajar banyak dari masa lalu agar kita tidak terjebak dengan kesalahan yang sama

Dimana dalam akhir kisah Allah selalu menceritakan ending dari kesalahan itu yakni kehancuran / keterpurukan / kebinasaan yang sering digambarkan dalam Al quran. 

1/3 dari al quran adalah kisah dan banyak dari kisah yang diceritakan adalah kisah hancurnya/binasanya umat terdahulu. 

1. Sunatullah dalam keruntuhan  

Umat terdahulu memiliki modal yang cukup baik dalam menjalani kehidupan (kemampuan yang Allah berikan), hanya saja mereka tidak bersyukur. Adapun beberapa kisahnya : 
  • Kisah kekuasaan Fir'aun yang saat itu dzolim kepada masyarakatnya dan saat itu pemerintahannya sangat sulit digulingkan (tetapi pada akhirnya fir'aun dan pengikutnya dapat digulingkan oleh Allah tanpa tersisa). Dalam kisah disini Allah mengingatkan bahwa ada sunatullah yang sedang berjalan disitu. Sekuat apapun suatu pemerintahan fir'aun dan sehebat apapun karya yang dihasilkan,  
  • Kisah Bangsa Saba, digambarkan dalam surah saba, karena tidak mau bersyukur. 
Urgensinya dalam kedua peristiwa ini, apabila mereka berjalan dengan pola kerutuhan pasti mereka akan runtuh dan binasa. Pola keruntuhan (1) Mereka tidak mensyukuri apa yang telah mereka miliki. (2) Mereka keluar dari ajaran Allah. 

2. Sunatullah dalam Kebangkitan 

Pola Sunatullah kebangkitan bisa dilihat dari kisah Dzulkarnaen (dalam surah al khafi). Kekuatan politik negara yang dimiliki nabi daud dan sulaiman (kekuasaan Nabi Sulaiman adalah kekuasaan yang tidak pernah diberikan oleh Allah kepada siapapun)

Memahami Sunatullah 

Memahami Sunatullah dalam Pola Sejarah menjadi bagian yang sangat penting, modal utama yang harus kita miliki saat membaca rangkaian dari peristiwa sejarah. Tanpa itu kita hanya membaca tumpukan data data atau kita hanya bisa membaca peristiwa sejarah hanya sebagai data pendukung tanpa mengambil pelajaran/pembelajaran didalamnya. 

Allah mengangkat sejarah dalam al quran bukan hanya untuk kita dapat memahami data (meskipun data yang ada didalam al quran diungkap secara detail tapi sangat jarang diungkap semua peristiwa sejarah didalamnya diungkap secara detail, seperti kisah nabi yusuf terlihat detail tapi ada beberapa yang tidak diungkap) 

Dalam memahami sejarah bukanlah banyaknya data yang dimiliki tetapi yang paling penting adalah dari data yang dimiliki mampu membentuk ibrah dan dapat memahami sunatullah. Maka dalam hal ini yang terpenting hanyalah bagaimana kita mengubungkan data dan akhirnya membentuk ibrah. 

Hal yang ingin Penulis Paparkan 

Maka dari situlah kita disuguhi oleh penulis dibab 1 mengenai "Pola Pemikiran Umat Islam yang Berkembang saat menjelang Perang Salib" 

Lalu mengapa Pola Pemikiran yang dibahas dalam hal ini ? 

Ini adalah pemaparan yang sangat menarik sekali, karena ketika endingnya adalah kebangkitan umat islam yang berhasil ditorehkan oleh generasi shalahudin al ayyubi, Akar masalahnya di pemikiran, karena apabila berfikr bahwa masalahnya berada dikekuatan militer atau kekuasaan politik saat itu (sangat keliru), bukan juga dikrisis ekonomi. 

Lalu mengapa kaum muslimin berada dikondisi terpuruk ditahun akhir 5H ? 

Karena ketika pasukan salib begitu luar biasa menghabisi pesisir mediterania/wilayah syam (Mereka mencoba masuk dari berbagai arah baik darat dan laut, mereka masuk dari romawi, bizantium, mesir) Pasukan salib mengabisi wilayah syam dan mereka berhasil merasuki wilayah syam (padahal wilayah syam adalah wilayah yang sangat terjaga setelah pemerintahan abu bakar) 

Penulis menyatakan pahamilah Akar Permasalahannya

"apabila kalian ingin memahami mengapa pasukan muslim lebih mudah ditaklukan oleh pasukan salib (sebelum kebangkitan) sampai akhirnya bisa merebut kembali al quds oleh generasi shalahudin, maka kalian terlebih dahulu memahami akar permasalahannya yang semuanya berasal dari pola pemikiran"

Peristiwa Al quds dapat dikuasai pasukan salib

1. Peristiwa diawali dengan Perubahan Kekuasan diwilayah Syam 

saat itu diawali dengan terjadi perubahan kekuatan diwilayah syam yang semula menjadi titik kekuatan menjadi titik kelemahan umat (akar masalahnya adalah tetap pada pola pemikiran), disini ada perubahan. Akar masalah tersebut dapat menjadi titik kelemahan umat (pola pemikiran). 
  • Awalnya islam menyebar sebagai pelopor kekuatan umat sejak jaman bani umayah yang dimulai dari damaskus (merupakan titi kekuatan).
  • Setelahnya mengalami perubahan sehingga menjadi titik kelemahan umat, dikarenakan pasukan perang salib dapat menguasai wilayah syam. 
  • Dari syam mereka menyebarkan teror yang mengecam umat islam dari beberapa aspek (perubahan ini adalah bagian dari kuasa Allah) 

2. Adanya Pergeseran / Kemerosotan Umat Islam di Abad ke-4 atau ke-5 

Dalam surah Ar Ra'ad, Allah tidak akan merubah suatu kaum, sampai kaum itu  terlebih dahulu melakukan perubahan yang ada didalam diri mereka. (apa yang ada didalam diri mereka adalah akar permasalahannya) 

Ketahuilah bahwa saat umat islam kuat apa yang menjadi landasannya adalah mereka adalah orang yang beriman (generasi tabiin). 

Umat islam diwilayah syam dan sekitarnya pada abad ke-4 atau ke-5 , Apakah mereka memiliki prilaku yang sama dengen generasi tabiin ? ternyata ada pergeseran dan ada degradasi umat islam. Ternyata faktanya, ada pergeseran/kemerosotan atau degradasi pemikiran umat. Maka ditengah kemerosotan generasi inilah syam jatuh ketangan pasukan salib (karena apa yang ada didalam diri umat islam saat itu sudah mengalami perubahan). 

Inilah yang harus dipahami bahwa mereka tidak sama dengan generasi sebelumnya. 

Adanya perbedaan dengan generasi sebelumnya dalam hal muatan pemikiran. Muatan pemikiran itu dapat berupa " keyakinan/aqidah ". 

Adanya aqidah bukan berkaitan dengan dalilnya saja tetapi bagaimana aqidah itu menjelma didalam diri seorang mukmin/muslim menjadi pribadi yang lebih baik. Iman seseorang terdiri dari 60-70% cabang, dimana Cabang yang paling tinggi adalah "mengakui tiada Tuhan selain Allah" Sedangkan Cabang paling rendah " menyingkirkan gangguan (yang menjadi bagian dalam menginvestasi iman) 

Yang terpenting disini bagaimana sebuah generasi dapat menunjukan tingkat iman yang paling rendah (menyingkirkan ganguan) sehingga seseorang merasa nyaman dan lapang. Bagaimna umat islam dapat mengimplementasikan iman. 

Oleh karena itu yang ingin dibahas oleh penulis adalah ? 

Apasih pemikiran itu dan bagaimana sih corak dari pemikiran/pola pemikiran yang berkembang ditengah umat islam menjelang jatuhnya al quds atau palestina. Kelemahan umat islam dalam mempertahankan al quds didasari oleh permasalahan ini. Ada masalah didalam pribadi mereka. Maka digalilah dan faktanya sangat luar biasa. 

Masalah utamanya pada pemikiran maka ketika akan mengevaluasi pada pemikirannya

Apabila kita sadari bahwa saat ini, kita merupakan generasi yang bermasalah dan sangat tidak berdaya. Sebaiknya berkaca dengan kondisi umat terdahulu disaat mereka mengalami pergeseran bobot dari generasi masa perang salib dengan generasi sebelumnya yang menyebabkan umat tidak berdaya/mengalami keterpurukan. 

Buku ini ditulis dengan alur sunatullah dengan pemikiran sebagai akar masalahnya, dimana yang mempengaruhi pemikiran adalah pendidikan. Maka mengapa buku tema besarnya adalah gerakan pendidikan. 

Filosofi Sejarah yang menjadi Acuan Penulisan 

Filosofi sejarah yang menjadi acuan menulis buku ini, yakni : 

1. Elemen Utama Masyarakat 

Apabilah kita membahas tentang masyarakat maka akan terdiri dari tiga unsur utama (tiga elemen utama) yakni Pemikiran, Individu, Materi, Elemen inilah yang membentuk suatu masyarakat. 

Ketika Rasulullah berdakwah, Rasulullah tidak langsung membentuk struktur masyarakat muslim. Karena struktur masyarakat akan berfungsi dengan baik ketika masyarakat memiliki suatu kesamaan visi besar yang dibentuk oleh pemikiran, gagasan, Selama dimekah sebelum Rasulullah membentuk sebuah masyarakat, lalu apa yang dilakukan Rasulullah selama 13 tahun ? yakni memperkaya gagasan (pengkayaan pemikiran). 

Masyarakat baru dibentuk di Madinah. Lalu apa yang sudah Rasulullah miliki saat akan membentuk masyarakat di Madinah ? Adalah modal pemikiran dan modal individu (individu yang sudah pemikiran tentang risalah islam) Selama 13 tahun di Mekah ada 86 surah Al Quran dari 114 surah, secara jumlah 28 surah al quran yang turun di madinah, sementara 2/3 nya turunnya di mekah (disini terdapat pengkayaan gagasan yang luar biasa) dengan gagasan inilah terbentuklah individu individu. Dari individu yang memiliki gagasan maka lahirlah masyarakat madinah (masyarakat madinah terbentuk tidak dilandasi oleh kekayaan materi) Gagasan yang dimiliki setiap individu inilah yang menjadi modal dasar untuk memanfaatkan materi yang terbatas untuk bisa berkembang besar. Rasulullah berjalan sesuai dengan sunatullah. Jika kita berpenturan dengan sunatullah maka tidak akan pernah berhasil. Allah tidak pernah mengganti / merubah sunatullahNya. Sunatullah itu sifatnya permanen. Berbeda dengan kondisi saat ini, kita berfikir ada uang maka semua akan dapat berjalan dengan lancar (ini keliru). 

2. Prilaku Manusia terdiri dari dua hal penting (Niat dan Gerak) 

Niat akan menjelma dalam bentuk pikiran dan kemauan (hadist Innamal Amalu Binniyat) , yang menentukan bobot amalan seseorang adalah niatnya, Niat itu sangat penting sekali, Niat terdiri dari Fikrah dan Iradah (iradah terkait dengan orentasi, pemikiran nantinya akan mengolah wujudnya seperti apa, bentuknya seperti apa) Jika sudah terpikirkan wujudnya maka selanjutnya adalah gerak, gerak inilah yang menentukan tindakannya berhasil atau tidak. Tapi sebelumnya ada dalam kemauan ataupun pemikiran. 

Masyarakat berjalan dan bergerak lalu kemudian bangkit, maka mau tidak mau harus dilandasi dengan niat. Manusia melakukan sesuatu apa yang telah dipikirkannya, Dimulai dengan kita memiliki kemauan, lalu kita kirim ke pemikiran kita, bagaimana kita akan melaksanakannya, lalu kemudian di eksekusi dengan gerakan kita. Akan menjadi kesalahan besar jika kita tidak memahami sunatullah kebangkitan umat, terlebih ketika kita berhadapan dengan kekuatan supperior (beradaban barat / timur (komunisme/kapitalis)) 

Bagian Pengantar (halaman XVIII) 

1. Bekal Umat Muslim ketika Berhadapan dengan Barat 

Penulis menyatakan, "untuk berhadapan dengan barat maka pendekatan yang sebenarnya dibutuhkan untuk masyarakat muslim (secara keseluruhan) harus melalui proses dua tahab" 
  • Tahap pertama yakni pendekatan internal terhadap diri sendiri. Sebelum kita memilih untuk berhadap hadapan dengan musuh dari luar maka kita harus berani berhadapan dengan diri sendiri. Pendekatan internal ini dilakukan oleh para ulama, tokoh dan seluruh umat (masing masing punya porsi punya tanggung jawab, tapi yang terpenting adalah ulama karena yang mengerti permasalahan umat yang punya ilmu dan toolsnya adalah ulama) Tujuannya / targetnya adalah membebaskan diri dari subkordinasi budaya dari pemikiran kepada pihak asing (permasalah kita sebenarnya disini) karena kita terlalu sering meminjam pemikiran barat ketika membahas masalah islam itu sendiri. Kita cenderung tidak percaya diri tentang islam itu apa/seperti apa, sampai kita mengambil kesimpulannya setelah mengadopsi pemikiran barat. Kita tidak memiliki independensi pemikiran sendiri. Kita harus memiliki kemampuan dan kemauan untuk membebaskan dir dari subkoordinasi budanya pihak asing dan ketergantungan pemikiran terhadap pihak asing. Disaat yang sama kita mampun menemukan jati diri (bukan sekedar memutus hubungan dari barat), Jalan atau cara menemukan jati diri dengan cara membangun aviliasi kepada masa lalu yang gemilang dan kuat (kita harus mau membaca sejarah) Sejarah merupakan implementasi generasi islam dari masa ke masa terhadap ajaran islam. tentu kegemilangan/kesuksesan/kebangkitan yang diperoleh akan terkait erat dengan ajaran islam yang telah ditegakkan, dan kemerosotan mereka dikarenakan penyimpangan dari ajaran islam. Kajian sejarah akan menjadi mutlak untuk dipelajari dan dikaji lebih dalam. Dengan sejarah akan menemukan jati diri umat, dengan begitu kita dapat menjawab tantangan dimasa kini dan menjawab tantangan dimasa yang akan datang (kita punya modal besar) Apabila umat berhasil melalui tahapan ini maka umat telah memiliki kompetensi yang cukup untuk melakukan tahapan kedua
  • Tahap kedua yakni berhadapan dengan Kekuatan Asing yang dzolim, dengan penuh percaya diri karena memiliki kemampuan yang mumpuni. Umat akan keluar sebagai pemenang dengan mengibarka panji kemenangan islam. 
Kedua tahapan ini mutlak tidak dapat dipisahkan. 

Penulisan Buku ini dimulai dari POLA PEMIKIRAN

Dalam buku ini, penulis tidak memulai menulis dengan adanya gerakan propaganda romawi atau propaganda pihak lain yang mempengaruhi barat/pasukan salib untuk merebut palestina. Tetapi buku ini dimulai dari "POLA PEMIKIRAN", oleh karena itu pola pemikiran yang berkembang ditengah umat islam 

Ada 4 Bentuk Perkembangan PEMIKIRAN NEGATIF ditengah UMAT ISLAM
  • Perselisihan antar mahzab (bukan perkara masalah khilafiah antar mahzab) 
  • Perpecahan dan Penyimpangan Tasawuf
  • Pemikiran Kebatinan 
  • Sisi Negatif dari Filsafat
1. Perselisihan antar Mahzab 

Perselisihan antar mahzab disini bukan perkara Kajian Fiqih perbandingan Mahzab, Mahzab bukan suatu problem dalam islam. Adanya keaneka ragaman mahzab itu sebuah anugrah dalam islam.. Dimana perbedaan mahzab adalah salah satu wujud dari penjagaan Allah terhadap syariat. Mahzab ini bermula dari sebuah tantangan yang sangat besar dalam sejarah umat. Al quran dan Hadist terbatas (Al quran terhenti setelah sempurna diturunkan dan tidak diturunkan setelah Rasulullah wafat, begitu juga dengan hadist terbatas hanya sampai Rasulullah Wafat) Berkembangan ajaran islam tersebar semakin luas dan banyak masalah terbarukan yang tidak secara langsung mendapatkan jawaban dari teks al quran dan hadist, karena keterbatasan yang dimiliki al quran dan hadist.  Setiap perkembangan masalah baru tidak bisa secara langsung ditemukan jawabannya dari al quran dan hadist. Ini menjadi problem "bagaimana menyelasaikan masalah terbarukan agar penyelesaiannya masih dalam koridor syariat islam" , oleh karena itu para ulama melahirkan metode untuk menjadikan ayat al quran dan hadist sebagai pijakan dasar untuk bisa menyelesaikan masalah terbarukan. Maka disitulah terjadinya ijtihad (produk pemikiran para ulama/mujtahid untuk menyelesaikan masalah terbarukan, inilah mahzab) Pada saat mahzab satu dengan yang lain memiliki metode yang berbeda dengan mahzab lainnya, selama tidak keluar dari metode kerangka syariat islam (tidak akan menjadi masalah). 

Akan tetapi apabila mahzab ini sudah keluar dari fungsi mahzab itu sendiri (mahzabnisme) maka dari situlah timbullah masalah yang melandasi perselisihan antar mahzab. Mahzabnisme cenderung kedalam perkelompokan / membentuk kelompok berdasarkan mahzab, mereka sangat fanatisme dan saling membedakan satu sama yang lain, hal ini dikarenakan atas dasar kepentingan pribadi/kelompol ataupun kepentingan ekonimi/sosial/dll. Sehingga perbedaan mahzab itulah yang menjadikan perselisihan atau pemisah karena kepentingan kepentingan tadi. Apabila pemisahannya hanyalah karena metode dalam penyelesaiannya meskipun dalam koridor syariat islam yang sama itu tidak menjadi masalah. Perbedaan Mahzab menjadi Perbedaan Identitas menimbulkan Perselisihan yang tidak ada titik temu. Tradisi debat kusir untuk saling menjatuhkan antar mahzab menjadi tranding topik saat itu. 

2. Perpecahan dan Penyimpangan Tasawuf

Penulis menuliskan mengenai adanya Penyimpangan Tasawuf, berati pada dasarnya tasawuf sendiri tidak menympang. Tasawuf ada dasar/akarnya sendiri berawal dari ajaran islam, Kita tidak perlu memperdebatkan tasawuf itu benar atau tidak benar. (Tasuwuf adalah ilmu untuk mengetahui bagaimana mensucikan jiwa, menjernihkan akhlaq dan membangun dhahir dan batin) Seiring dengan perjalanan waktu Tasawuf dimasuki oleh unsur dari luar islam, yang kemudian menjadi titik awal dari penyimpangannya. Tasawuf dalam arti yang sebenarnya (tidak menyimpang) juga ada, tapi sekelompok yang memiliki kepentingan menyebabkan perbedaan sehingga timbul perpecahan atar sesama paham tasawuf (sesama suni). Antara kalangan sufi dan kalangan fiqih juga mengalami perpecahan. 

3. Pemikiran Kebatinan 

Pemikiran kebatinan ini sangatlah berbahaya, karena pemikiran kebatinan ini jelas dari luar islam yang masuk kedalam islam, melalui masalah yang dasar yakni intrepresepsi/interpretasi terhadap al quran (Al quran ditafsirkan dengan metode kebatinan, hasilnya semua yang kita ketahui tentang al quran itu keliru, meskipun yang mereka ketahui hanyalah bagian kulit luarnya saja)

4. Pemikiran Filsafat 

Pemikiran Filsafat yang berbicara masalah ketuhanan, ketika akal manusia digunakan untuk menjangkau alam gaib. Jika masalah ketuhanan sudah dikaitkan dengan akal manusia maka akan menimbulkan masalah dan kekacauan yang berdampak pada ekonomi, sosial, politik (bab ke-2) 

Ketika umat sibuk dengan urusan urusan kecil maka urusan urusan yang jauh lebih besar akan terlupakan, sehingga tidak tahu mana yang penting. Umat akan menjadi lemah. 

Pertanyaan 

1. Meniru generasi shalahudin bukan hal yang mudah, sedangkan yang ingin kita bebaskan hari ini bukan hanya al quds tapi tidak menutup kemungkinan sampai roma. Lalu apa yang dapat kita lakukan dengan semua ini ? 

Ketika kita menarik benang merah peristiwa sejarah ke masa kini, sepertinya telah diantisipasi penulis (bab ke-6) dengan tema Memahami Pola sejarah dengan implementasi konteporernya. Kita tidak perlu terlalu bingung untuk bagaiman meniru / menduplikasi apa yang dilakukan generasi shalahudin untuk diterapkan saat ini. Menarapkan POLA SEJARAH itu bukanlah MENCOPY PASTE apa yang telah dilakukan sebelumnya (tetapi tidak bisa disalahkan karena kita sudah terbiasa melakukannya, dan sudah menjadi pemahaman bersama untuk dapat menyelesaikan masalah saat ini kita dapat belajar dari peristiwa sejarah yang sebelumnya pernah terjadi) Disetiap masa akan memiliki tokoh sejarahnya sendiri, sehingga tidak perlu sampai menghadirkan sosok shalahudin untuk menyelesaikan masalah saat ini, dan kita juga tidak perlu pesimis karena tidak memiliki sosok shalahudin. 

Contoh permasalah saat ini : 

Al quds memang menjadi PR umat muslim dan telah menjadi ketetapan Allah untuk menjadi I'tila kepada kita (materi ujian kepada kaum muslimin) ketika kita menyadari hal itu, maka sebenarnya kita menyadari bahwa dalam diri kita ada kemampuan untuk menyelasaikan ujian ini (karena tidak mungkin Allah mengujikan sesuatu diluar batas kemampuan hambaNya) 

Kita memahami gerakan shalahudin untuk menaklukan Al quds hanyalah mempelajari POLA nya, dimulai dari kesadaran yang sangat mendasar terhadap permasalah internal umat (apa yang membuat umat lemah, ternyata dari pemikirannya) Jangan berfikir  untuk dapat mengcopy paste atau tidaknya gerakan shalahudin, tetapi polanya kita pelajari dan kita tarik kemasa kini, sehingga menjadi pijakan atau acuan yang dapat dipakai


2. Sejarah ditulis oleh seorang pemenang, jadi bagaimana kita bisa memilih sejarah mana yang benar benar terjadi tanpa ditulis dengan penyimpangan ? 

Ungkapan sejarah ditulis sebagai pemenang bukanlah suatu yang absolute, sejarah itu juga tidak perpihak kepada pemenang (distortif). Ketika kita bebicara sejarah bani umayah, banyak ditulis oleh para sejarahwan dimasa abasiyah, wajar periode penulisan sejarah yang meluas itu dijaman abasiyah. Itu bukan karena memang abasiyah ingin menentukan sejarah bani umayah untuk prespektif mereka (dampak alamiah dari penulisan sejarah dimasa abasiyah) Kita punya sejarah yang sangat luas sebagai sumber sejarah, kita juga akan menemukan tuilsan yang sangat objektif mengenai bani umayah. Kelompok lain yang menuliskan tentang abasiyah juga ada, tetapi kegemilangan bani umayah masih terbaca. 


3. Jaman kesultanan turki usmani, memiliki elit militer (jeni sari) yang menghancurkan negara non islam, apa alasannya sedangkan muslim cinta damai ? 

Sejarah turki usmani 600 tahun lebih, dan ada masa pasang surutnya dimana mereka komitmen dengan ajaran islam dan ada kadangkala tidak sehingga ada penyimpangan. Ketika bebicara tentang menghancurkan musuh dari kesultanan turki usmani, kita harus menyadari bahwa turki usmani ini menjadi sasaran amuk seluruh kekuatan eropa. Mereka semua berkeinginan menghancurkan turki usmani tetapi gagal berkali kali. Dilihat dari semua ini apakah saat itu turki usmani menghadapinya dengan jalur damai, tentu tidak dan wajar apabila menyiapkan kekuatan militer. Islam memang cinta damai, tetapi bukan berarti diam menunggu diserang tetapi sesekali harus siap melalukan penyerangan. 

Rasulullah setelah perang uhud tidak nunggu diserang lawan, setelah tahu ada 7 kelompok masyarakat badui yang mau menyerang madinah dan disitu Rasulullah melakukan penyerangan terlebih dahulu, kalau tidak maka dengan mudah akan dihabisi musuh. Kecuali musuh itu baik baik dan kita habisi/dibantai itu merupakan kesalahan besar. 

Murad II juga telah melakukan perjanjian damai tetapi selalu dikhianati oleh pasukan barat. 

Kelanjutan kajian bisa diikuti di (klik disini

















Model Kebangkitan Umat Islam - Part 02

Pertemuan 1 - Kajian bersama PPA Institute ( 2 Juli 2020 ) 

WEBINAR TERAS PPA | SERI KAJIAN MODEL KEBANGKITAN UMAT #part3 - Ust Asep  Sobari, Lc - YouTube

Pembahasan sebelumnya (klik disini) 

Model Kabangkitan Umat (singkatnya) dalam memahami isi dari buku ini. 

Pahami dengan baik permasalahan isu yang ada dalam buku ini. 
"Adanya upaya 50 tahun dalam merebut Palestina"

Permasalahanya : 

"Adanya sebuah proses yang berjalan selama 50 tahun yang ingin menampilkan kondisi umat islam yang mengalami keterpurukan / telah mecoreng wajah umat islam dengan terjadinya perebutan Al quds (palestina)"

Hal tersebut diatas menujukan bahwa : 
  • Umat islam begitu rapuh dengan peristiwa Palestina telah berhasil direbut oleh kaum salibis tanpa adanya perlawanan dari umat islam saat itu. Ini adalah suatu hal yang tidak membanggakan (40 ribu umat muslim dibantai dalam perebutan Al quds dari tangan kaum muslimin) Umat islam dipandang sebagai umat yang lemah saat itu
  • Munculah sosok Shalahudin Al Ayyubi, yang merebut kembali Al quds (palestina) dengan penaklukan yang ideal dan sangat elegant (kemenangan yang elegant) Sejarah berhasil mencatat Shalahudin memberikan jaminan keamanan bagi orang (kaum salibis) untuk menginggalkan al quds apabila tidak berkenan untuk hidup berdampingan dengan kaum muslimin, tidak ada tindakan pembantaian kaum salibis saat itu. Begitulah yang dilakukan Shalahudin Al Ayyubi saat itu terhadap musuh musuh islam. Wajar apabila kemenangannya disebut elegant. Barat pun dibuat menjadi segan akan peristiwa perebutan Al quds. 
Fenomena perebutan Alquds oleh Shalahudin dapat berjalan dengan baik, sebenarnya tidak semudah membalikan telapak tangan. Fenomena yang sebenarnya telah diciptakan selama kurang lebih 50 tahun (umat islam berproses). Disinilah pesan penulis "bahwa adanya proses dibalik kebangkitan umat untuk merebut kembali Al Quds" 


Antara Shalahuddin dan Al-Ghazali (Kisah Peran Ulama dalam Kebangkitan Umat)  - INSISTS


Ada dua periode dibahas dalam buku ini yakni 
  • Periode masa terpuruknya umat islam 
  • Periode masa kegemilangan umat islam
Perlu kita ingat bahwa keterpurukan umat islam bukanlah sesuatu yang baru dirasakan atau sesuatu yang baru ditemui. Gejolak permasalahan umat sepanjang sejarah umat islam hampir selama 1441 tahun sudah sering terjadi dan bahkan bisa berulang kali. Tetapi yang terpenting bukanlah meratapi permasalahan yang terjadi atau keterpurukan umat. 

Tetapi yang harus dipikirkan adalah "bagaimana umat dari generasi ke generasi ini ketika mengalami keterpurukan dapat segera keluar dari masalah/sanggup menyelesaikan masalahnya memperoleh kegemilangan" 

ini adalah sebuah proses yang manusiawi bukan semata mata turun dari langit. Allah hanyalah memberikan risalah melalui para Nabi dan RasulNya, tetapi setelah nabi/rasul tidak ada semua adalah proses manusiawi.  Kita sebagai manusia sangat mungkin dapat melakukan hal yang sama/mengulangi peristiwa sejarah. Lebih tepatnya bahwa peristiwa sejarah itu ada aturannya dari Allah. (sunatullahnya). Aturan itulah yang harus kita jalani dengan mengikuti aturan itulah, maka ketika umat islam mengalami keterpurukan dan akan bangkit kembali dapat dilakukan kapanpun dari masa ke masa. 

Maka pesan yang disampaikan dalam buku ini adalah  : 
  • "Ketika kita harus menjalani kehidupan sesuai sunatullahnya maka ketika kita mengalami keterpurukan. Setelahnya kita harus bangkit kembali kapan pun jua dari masa ke masa dengan mereview kejadian dimasa lampau sebagai pembelajaran (agar tidak mengulangi kesalahan)"
  • "Janganlah kita terpuruk dalam keadaan keadaan kesedihan yang mendalam yang menimbulkan sikap frustasi dengan merenungi nasib hidup periode akhir zaman". Frustasi akibat keterpurukan disebabkan kitanya tidak sabar dalam menjalani proses. Tanpa kita sadari sebenarnya saat ini, kita berada di generasi instant yang belum berbuat banyak tapi ingin mendapatkan hasil optimal. Keterpurukan bukanlah ending dalam segalanya. 
Dalam menjalani sunatullah tersebut biasanya memiliki beberapa tantangan (dimana tantangan inilah merupakan hal yang keliru yang sebaiknya dihindari), adapun diantaranya sebagai berikut : 
  • Rasa tidak sabar dalam menghadapi prosesnya (kita belum banyak berbuat banyak tetapi kita sudah terburu ingin menikmati hasilnya) 
  • Berfikir bahwa kegagalan adalah akhir dari segalanya tanpa kita sadari ini adalah hal yang keliru dan sebaiknya tidak dilakukan) 

Isu Kebangkitan Umat 

Tetapi ketika kita berbicara tentang isu kebangkitan umat dari keterpurukan, artinya harapan yang jelas bukan hanya sebuah harapan yang masih ada. Umat ini dibekali dengan modal yang sangat mahal, hidup ini ada aturan mainnya dan semua aturan itu datangnya dari Allah, yang hanya diberikan kepada umat islam. Umat islam yang diamanahi/dibekali dengan petunjuk hidup dari Allah. Maka ketika kita mengikuti pentunjuk hidup itu sudah dapat dipastikan Hidup kita akan lebih terarah dan kehidupan kita berada dalam genggaman kita

Jika kita mengikuti aturan main/petunjuk dari Allah didalam kehidupan ini, berarti kehidupan ini ada ditangan kita (berada ditangan hamba-hambaku yang soleh). 

Jangan pernah berfikir bahwa dengan kemampuan yang dimiliki umat islam saat ini. kalian berfikir bahwa kemampuan umat islam baru hanyalah sebagai pengguna saja atau umat islam sebagai umat yang terbelakang dibandingkan umat yang lain. Ingatlah ini semua bukanlah takdir tetapi ini adalah pilihan hidup kita, " apakah kita akan menjadi hamba yang taat atau hamba yang dimurkai Allah "

1. Kehidupan Muslim harus Dinamis

Kehidupan muslim harus dinamis, ketika kita sebagai seorang muslim kita harus paham bahwa kita harus berkomitmen untuk sebisa mungkin menjadi muslim yang tidak selalu berada didalam zona nyaman. Kehidupan seorang muslim tidak boleh berhenti di suatu titik (kita bisa hanya memilih satu posisi kita harus sepertu ini) Muslim harus mau untuk berkembang, seorang muslim tidak seharusnya selalu berada di zona nyaman. 

Muslim harus keluar dari zona nyamannya, inilah acuan yang dapat dipergunakan agar dirinya dapat keluar dari zona nyaman tersebut. 
  • Seorang muslim harus berfikir "Apakah amalan yang kita lakukan itu akan menghantarkan ke khusnul khotimah atau tidak ?", jika penentunya adalah khusnul qotimah seharusnya kita tidak boleh merasa nyaman dengan amalan yang sudah kita lakukan. Rasulluah selalu merasa gelisah tidak pernah berhenti untuk bergerak dan tidak pernah berhenti untuk berkarya. Karena beliau dibekali dengan Walaa tamnun tastaksir " (Dan janganlah kamu memberi dengan maksud memperoleh balasan yang lebih banyak). Jangan pernah kau merasa telah banyak memberi dengan apa yang telah kau beri dan korbankan. Masih banyak yang harus dikejar 
  • Seorang muslim harus paham bahwa ada pesan Allah saat ketika Fathul Mekah pun Allah mengingatkan kepada Rasulullah " Fasabbih bihamdu rabbika waastaghfirhu innahi kaana tauwaaba " (maka bertasbihlah dengan memuji Allah, dan mohonlah ampun kepadaNya, sesungguhnya Allah Maha penerima taubat). Jangan pernah merasa engkau yang telah melakukannya, ingatlah kebesaran Allah maka pujilah Allah, karena  Allah  lah engkau dapat memperoleh semua ini. Dan mintalah ampun kepadaNya atas segala kekuranganmu. 
Maka dari sinilah seorang muslim tidak seharusnya merasa cukup dan merasa nyaman berada di zona nyaman. 

Para ulama mengingatkan  "berapapun amalan kita jangan pernah merasa bangga dengan amalan yang pernah kita lakukan, karena engkau tidak pernah tahu apakah amalanmu itu akan diterima atau tidak" 

2. Kehidupan Muslim harus memiliki Dinamika dan harus Bergerak 

Sosok muslim hidupnya harus memiliki dinamika dan kita harus bergerak.  Kebangkitan yang dibahas dalam buku ini bukan hanya untuk sekedar membangkitkan semangat untuk berbuat baik tetapi diharapkan kita dapat menyadari bahwa kita pernah mengalami keterpurukan. Dengan keterpurukan ini kita tidak boleh diam. Kita harus bangkit, bangkit ini adalah sebuah proses yang harus disadari dan dirancang. Umat muslim harus merancang sebuah perubahan untuk membuktikan bahwa akan adanya kebangkitan umat, apabila kita bangkit hanya sekedar berdiri tidak ada suatu dorongan untuk melakukan perubahan dalam keterpurukan. 

3. Dalam Menjalani Kehidupan Muslim mendapatkan Amanah dari Allah

Manusia mendapatkan Amanah dari Allah "Bagaimana seharusnya kehidupan di dunia ini berjalan sesuai dengan petunjuk Allah , sebagaimana yang diberikan pertama kali kepada Adam (sebagai manusia pertama di bumi). Dalam hal ini manusia diberikan amanah untuk menjalani kehidupan sesuai dengan petunjuk Allah. Kita yang mengemban amanah itu saat ini, tetapi saat ini umat sedang berada dipinggiran percaturan dunia, berbeda ketika zama khulafur rasyidin dimana umat islam sebagai penentu percaturan dunia (penentu peradaban), umat islam yang menentukan warna dunia. Ini telah ditorehkan sejarah disepanjang fase sejarah kebangkitan umat islam. Apabila kita ingin melakukan serangkaian kebangkitan umat kita harus berada di posisi itu. Adanya kebangkitan karena adanya kesadaran untuk bergerak dan berhenti (jangan frustasi dengan keadaan)

Tenaga dan pikiran yang telah dikeluarkan saat ini, jangan sampai hanya sebatas level memenuhi hajat dasar hidup kita saja (sangat sayang sekali). Lalu apa bedanya dengan binatang yang Allah ciptakan apabila kita hidup hanya untuk memenuhi hajat dasar hidup saja. Padahal Allah telah membekali kita dengan akal pikiran, panca indra, hati (inilah modal dasar manusia yang membedakan dirinya dengan binatang ciptaan Allah)

Kebangkitan bukanlah suatu hal yang mustahil untuk diperoleh, dan yang menjadi masalah hanyalah kita menjadi sosok pribadi yang kurang sabar untuk melihat hasil. Sebenarnya apabila kita menyadari bahwa kita berada didalam proses, tanpa kita harus memastikan kita menikmati hasil (jangan mengukurnya dengan standar umur kita) Ingatlah bahwa setiap generasi memiliki tantangan tersendiri, Allah tidak mungkin membebani kita dengan permasalahan yang melampaui batas kemampuan kita (inilah sunatullahnya) 

Dimasa para sahabat Rasulullah maka masalah yang timbul selaras dengan adanya potensi yang dimiliki oleh para sahabat. Jadi tidak selayaknya membandingkan situasi jaman para sahabat dengan situasi sekarang (semua ujian/permasalahan menyesuaikan dengan tingkat kemampuan dijamannya)

Berbicara tentang Kebangkitan 

1. Kebangkitan merupakan sebuah Proses dan Perubahan 

Apabila kita berbicara dengan kebangkitan maka kita sepakat bahwa kita berbicara tentang proses dan perubahan. Karena adanya kebangkitan karena adanya sebuah proses dan perubahan. Kebangikitan dikarenakan dari keterpurukan menuju ke gemilangan (ada proses disini)

Perubahan adalah sesuatu yang mutlak yang terjadi dalam hidup ini, terkadang kita tidak siap menjalani perubahan, bahkan ada yang terlena dalam menjalani keterpurukan. Bahkan ada orang yang sudah terlalu nyaman disatu posisi dan mereka tidak mau mendobrak dirinya dari perasaan nyaman ke perasaan tidak nyaman (hal yang tidak mudah). Padahal proses inilah yang menghasilkan suatu perubahan. 

Allah memanggil Rasulnya dengan sebutan "wahai orang yang berselimut, bangunlah" Selimut disini identik dengan kenyamanan, 40 tahun Rasulullah merasakan kenyamanan karena berhasil meraih semua kebahagiaan dan telah berhasil memberikan semuanya bahkan beliau tidak memikirkan selama 40 tahun itu telah mendapatkan apa. Beliau sangat diakui dan diapresiasi oleh lingkungannya di mekah dan madinah. 

Dengan Risalah ini Allah berharap Rasulullah keluar dari zona nyamannya "bangkitlah" (siapkan dirimu). Kebangkitan itu seharusnya diiringi dengan adanya sesuatu yang perubahan, dimana perubahan bahkan menimbulkan rasa kurang nyaman. Ketika kita menyadari saat kita berada di posisi terpuruk sebagai umat (bukan terpuruk sebagai pribadi), maka ini menuntut kita harus bisa keluar dari zona nyaman dan melakukan perubahan. Orang orang yang telah berhijrah adalah orang orang yang berani keluar dari zona nyaman. 

Keluar dari zona nyaman bukan hanya sampai pada zona peralihan saja, tetapi kita harus ada sasaran /tujuan yang dicapai. Maka ketika kita berbicara tentang kebangkitan umat maka sasaran yang harus kita capai untuk dapat menciptakan kebangkitan umat itu apa? Buku ini arahnya kesana. 

2. Kebangkitan Menghasilkan Pencapaian / Karya Umat Islam 

Kebangkitan itu akan menghasilkan pencapaian atau karya umat islam dalam merebut kembali al quds. Ini sebenarnya simbul dari pencapaian itu. Buku ini bukan hanya menceritakan tentang kemenangan umat islam, tetapi menjelaskan umat yang awalnya terpuruk di semua sektor lalu kemudian mencapai kegemilangan disemua sektor, yang dimana akan mempengaruhi kemampuan militernya sehingga dapat merebut al quds dengan sangat elegan. Kebangkitan disini targetnya bukan hanya merebut al quds, tetapi yang mendasari kebangkitan disini adalah kegemilangan disemua sektor (dimana mereka mengembalikan semua risalah islam di semua sektor) 

Berbicara tentang Perubahan 

1. Perubahan itu MUTLAK 

Dalam kehidupan kita akan ada dinamika atau ada proses perubahan yang harus kita lalui. Kita harus memahami semua ini bahwa ketika Allah melakukan perubahan dari waktu ke waktu dalam kehidupan kita, maka kita harus mencocokan dengan perubahan ini, bukan terus menarik seharusnya perubahan yang Allah lakukan sesuai dengan keinginan kita (ini adalah salah besar, kita akan gagal dalam hal ini) 

Dalam doa manusia sehari harinya "minta pembaharuan hidayah" (dalam al fatihah- ihdinasirotol mustaqim). Kita membacanya setiap rekaat solat, disini kita meminta diberikan hidayah oleh Allah. Hidayah yang kita minta ini adalah hidayah taufik agar kita dapat menjalani kehidupan yang terus terbarukan dari waktu ke waktu, sehingga ketika ada terjadi perubahan kita selalu dalam bingkai petunjuk dari Allah dan tidak melenceng. 

Perubahan akan terus mutlak terjadi yang dapat kita lakukan adalah terus berkeinginan memperbaharui ilmu. Sehingga kita mendapatkan pembaruan hidayah untuk menjalani kehidupan. 

Pembaharuan yang terkait dalam proses kebangkitan terkait dengan semua ini. 


Kondisi suatu Kaum akan berubah apabila mereka melakukan Perubahan

Surah Al Ar'rad ayat 11, "Allah tidak merubah kondisi suatu kaum (bukan hanya perorangan) kecuali kaum itu berkeinginan merubah apa yang ada dalam diri mereka" 

Sehingga kita harus menyadari apa yang ada dalam diri kita, (apa apa yang melekat dalam diri kita seperti, cara berfikir kita, keyakinan kita, sistem nilai kita, pilihan hidup kita, dll) kalau semua itu tidak terbangun atas dasar petunjuk Allah maka akan terjadi sesuatu penyimpangan, jelas perubahan yang terjadi hanyalah dari kondisi baik ke kondisi terpuruk.

Umat islam telah lahir dan tampak sebagai generasi gemilang di akhir masa Rasulullah dan dilanjutkan oleh generasi khulafaur rasyidin, kurang lebih memakan waktu selama 25-30 tahun. Hitungnya dari saat setelah Rasulullah hijrah ke madinah (di madinah kelahiran sebuah umat, di mekah kemunculan islam) hingga masa akhir umar bin khatab/awal usman bin affan. Saat itu umat islam sudah membuktikan dari titik nol hingga masa kegemilangan (umat islam sudah menjadi roll model dalam kehidupan). Roll model kehidupan yang sebelumnya berasal dari Romawi dan persia sudah lenyap (umat islam sudah menenggelamkan roll model kehidupan itu).Karena umat islam membawa petunjuk Allah. 

Ketika umat islam melenceng dari ketetapan Allah, maka lama kelamaan merosot dan terus merosot sampai yang seperti kita lihat saat ini. Perubahan inilah yang sebenernya menjadi tantangan buat kita, kita mampu tidak membangun semua apa yang kita miliki sebagai modal untuk bangkit dari situasi terpuruk menjadi gemilang (ada aturan Allah disini yang harus kita penuhi) 


Allah sangat menyayangi UmatNya

Bukti Allah telah menyayangi UmatNya, : 
  • Allah selalu membingkai umat ini dengan Al Quran sebagai petunjuk dan sumber kebenaran (digaransi oleh Allah tidak akan terkontaminasi sampai hari akhir sebagai sumber kebenaran yang tidak akan berubah sedikitpun, sedangkan umat yang lain yang tidak bersumber pada kebenaran Al Quran akan terombang ambing tanpa ketidak pastian) Contohnya Barat pernah mengakui masa kegegelapan (kebenaran diukur secara empirik) sampai mereka tercerahkan (fase modern hingga post modern) 
  • Allah memberikan Rool Model kepada Umat Islam (Acuan),  Allah memunculkan pada umat ini, dalam setiap penghujung 100 tahun akan ada pembaharuan yang memperbaharui agama ini (hadist). Akan ada suatu proses dimana agama akan dilihat sebagai suatu harapan yang jelas (hanya saja berkesinambungan atau tidaknya, tergantung dari generasi berikutnya yang akan melanjutkan). Pada 100 tahun pertama umur umat islam saat 100 Hijriah Umar bin Abdul Aziz (layak sebagai tokoh yang menyandang sebagai pembaharuan umat), menurut Ijma semua ulama. Apabila kita mempelajari bahwa pembaharuan umat saat itu adalah Umar bin Abdul Aziz (mujadid/tokoh pembaharu umat), maka kita akan tahu bentuk keterpurukan umat sebelum umar bin adul aziz dan apa pembaharuan umat setelah dipimpin oleh beliau (lalu bentuk dari pembaharuan itu akan sepertu apa, dan prosesnya bagaimana) Roll model inilah yang membuat umat islam tidak meraba-raba saat menjalani kehidupan tidak sekedar teori saja. 

Generasi Pembaharu Umat 

Buku ini membahas Proses Pembaharuan Umat di abad ke 5 masuk ke 6. Lalu apa yang terjadi di awal abad ke-5 (pertengahan abad ke-5) harus kita pahami. Kita yang saat ini hidup di abad 1941 H tidak menutup kemungkinan dapat berkaca dari peristiwa yang terjadi di masa lalu untuk menghadapi permasalahan yang ada saat ini, dan sebagaimana rool modelnya akan ada mujahid/tokoh yang akan membawa pembaharuan umat diakhir atau penghujung 100 tahun. 

Sehingga genarasi kita saat ini adalah genarasi penghantar generasi setelah kita, maka yuk kita hantarkan mereka (karena 40-45 tahun generasi kita yang akan datang, akan sebagai generasi yang membawa pembaharuan) Bisa saja yang sebagai pembaharu di 40-45 tahun yang akan datang itu bukan hanya satu orang saja, tetapi bisa berarti sekelompok orag (sebagai pembaharu), sebagaimana yang dipaparkan dalam buku ini. Gerakan itu bisa melahirkan generasi pembaharu bukan sekedar seseorang pembaharu

Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang ?? 

Maka untuk menemukan jawabannya maka kita harus mau bercermin dari apa apa yang terpapar dijelaskan dalam buku ini. Ini adalah bagian dari fakta sejarah, yang bisa saja dapat berulang di saat ini. Sehingga untuk menghadapinya tidak ada alasan untuk frustasi atau pesimistis, mendorong kita untuk bisa terus bergerak secara dinamis, terarah dan terukur untuk menghantarkan. 

Tanya Jawab 

1. Harus seperti apa ukuran Pendidikan kita menuju kebangkitan Umat ? 

Apabila kita melakukan pemetaan dimulai dari yang global (permasalahan umat) sampai mengerucut kepada (apa yang kita bisa lakukan sesuai dengan kapasitas dan kemampuan kita/individu) Dari permasalahan yang diangkat dibuku ini bermuara pada isu pendidikan, karena pendidikan paling berpengaruh terhadap proses perubahan (terkait dengan sumber keilmuan yang membekali manusia yang akan berinteraksi dengan ilmu itu).  Secara otomatis pendidikan sangat berpengaruh

Sehingga tema yang diangkat dalam buku ini " Upaya 50 tahun gerakan pendidikan yang melahirkan generasi Shalahudin "

Apabila kita tarik pendidikan kita sudah sampai mana saat ini, kita harus lihat lagi pendidikan yang dibangun saat ini berdasarkan apa ? Apabila dibangun atas dasar rutinitas berarti kita sudah mewarisi yang sudah ada, dan apa yang sudah diwariskan belum tentu semuanya positif (karena bisa jadi juga negatif, dimana negatif bukan berarti hakekatnya buruk. Tetapi bisa jadi warisan yang negatif ini belum/tidak secara efektif menyelesaikan permasalahan secara terbarukan).  

lalu apakah ada upaya perbaikan ? 

Seharusnya apabila ingin adanya kebangkitan umat harus ada pembaharuan, dan semua harus berproses dan tidak saling menyalahkan. (Bab 6) Perubahan itu harus menyentuh semua lembaga yang berkontribusi terhadap aspek pendidikan dari masa kecil anak-anak sampai anak-anak tumbuh dewasa, yang dimulai pendidikan dari rumah (keluarga). Masalahnya setelahnya setelah itu "apa yang paling bisa kita lakukan yang terjangkau oleh kita/ sesuai dengan kapasitas kita / apa yang dapat kita kembangkan untuk memberikan kontribusi menyelesaikan masalah umat" 


2. Apakah menggunakan Hitungan Hijrah atau hitungan Masehi untuk masa 100 tahun masa pembaharuan umat ? 

Jelas menggunakan hitungan hijriah, umar bin abdul aziz sebagai rool model 100 tahun pertama hijriah. Beliau wakat 101 Hijriah. Berarti sebelumnya beliau melakukan pembaharuan umat saat menjabat sebagai khalifah yang memimpin seluruh wilayah umat islam, ulama, dll. 

Abad berikutnya adalah imam syafii (pembaharuan di pemikiran), karyanya menujukan pembaharuan, beliau wafat 204 Hijriah. 

Pemahaman dalam hadist bahwa akan ada pembaruan umat di Penghujung abad 100 tahun, bisa diartikan sebagai di akhir abad, bisa awal abad berikutnya.   


Bersambung di kajian selanjutnya (klik disini

 Model Kebangkitan Umat Islam | Shopee Indonesia