Pengikut

Kamis, 04 Juni 2020

Tragedi Karbala - Pembunuhan Husain

Tragedi Karbala dalah persoalan sejarah yang menyorot “gerakan syiah” pada masa Yasid bin Muawiyah yang terkait dengan isu Husain bin Ali bin Abi Thalib. Dalam peristiwa sejarah tersebut akan banyak aspek yang bisa disentuh meskipun hanya rentang masa hanya empat tahun (tahun 60-64H), salah satunya yakni Masalah Peristiwa Karbala, yang selayaknya harus dipahami dengan baik.


Ketika kita ingin mengkaji Persoalan Karbala sampai dengan masa Yasid bin Muawiyah, tentu akan berkaitan dengan paham/doktrin yang berkembang ditengah kalangan syiah. 


Paham yang di Propagandakan Gerakan Syiah

Sebelum membahas lebih lanjut, hal pertama yang perlu kita pahami bersama bahwa gerakan atau aksi adalah merupakan sebuah respon yang sifatnya yang tidak terlepas dari dorongan penyebab intrinsiknya, yakni apa yang membuat seseorang menjadi bergerak.  Karena mereka memiliki paham atau dorongan yang mendorong gerakan itu terjadi. 

Dalam peristiwa sejarah Tragedi Karbala ada beberapa paham yang dipropagandakan oleh gerakan syiah yakni diantaranya : 


1.   Isu Wasiat Rasulullah kepada Ali Bin Abi Thalib 

Maka apabila kita berbicara tentang syiah (saat pembahasan ini), ialah syiah yang pada saat itu menyakini adanya wasiat dari Rasulullah tentang kepemimpinan Ali bin Abi Thalib sebagai pengganti langsung beliau tanpa pelantara, isu wasiat ini sudah mulai dihembuskan sejak Ali bin Abi Thalib masih hidup.

Akan tetapi beberapa sumber yang menyatakan bahwa : 
  • Ali secara terang terangan menolak adanya pesan kusus atau wasiat yang terkait dengan dirinya, sampai beliau berbicara sambil menarik pedangnya dari sarungnya dan mengatakan “tidak ada pesan khusus apapun dari Rasulullah, kecuali yang tertulis disini yaitu pesan Rasulullah terkait persoalan administrasi saat Ali diangkat menjadi wakil Rasulullah di Yaman (dikala menjabat sebagai gubernur di Yaman)"
  • Sumber lainnya mengungkap dari Aisyah, yang membantah tentang wasiat itu. Aisyah mengatakan “ tidak ada wasiat apapun dari Rasulullah yang berkaitan tentang Ali, sampai detik terakhir Rasulullah wafat dipangkuanku tidak ada satu pesan apapun untuk Ali.”
Fakta sebenarnya dari doktrin yang dihembuskan oleh gerakan syiah adalah “ Pesan Rasulullah terhadap Ali bin Abi thalib hanyalah kabar atau paham yang sengaja dihembuskan atau dipropagandakan " dikalangan tertentu tentang adanya wasiat ini sehingga semakin lama paham ini mengkristal sebagai doktrin yang tidak benar.


2. Isu Ali bin Abi Thalib dan keturunannya sebagai pengganti Rasulullah  

Isu kedua adalah masalah imamah, bahwa " Ali bin Abi Thalib dan keturunannya untuk menggantikan Rasulullah setelah wafat",  Dalam hal ini keturunan Ali adalah Hasan dan Husain dan seterusnya. 

Beberapa sumber mengatakan bahwa ada perbedaan antara syiah imamiyah dibeberapa titik, dari setelah Ali maka diangkatlah : 
  • Zaid Al Syahid ( Zaid bin Muhammad bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali bin Abi Thalib
  • Muhammad Al Baqir bin Ali bin Husain 
  • Ja'far Ash Shadiq (Ja'far bin Muhammad bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali bin Abi Thalib) Ayah: Muhammad bin Ali Al Baqir, Ibu : Fatimah
  • Ismail bin Ja'far Ash Shadiq  
  • Musa Al Kazhim (Musa bin Ja'far) 


Fakta sebenarnya dari doktrin yang dihembuskan oleh gerakan syiah adalah " adanya penetapan pemimpin islam (imam) setelah Rasulullah " yakni secara langsung (dan tertulis) diberikan kepada Ali bin Abi thalib dan setelahnya kepada keturunannya (sebagai imam berikutnya). Doktrin ini dari tahun ke tahun dan pada akhirnya mengkristal 

Kesimpulannya  

Hembusan isu tersebut telah ada/dihembuskan semenjak jaman Ali masih hidup dan hanya membenturkan antara Ali dengan Abu Bakar dan Umar bin khatab. Mereka (sekelompok itu) beranggapan bahwa Ali dianggap lebih unggul dari Abu bakar dan Umar. Semua itu intinya adalah karena Ali ditetapkan sebagai imam oleh adanya wasiat , sementara Abu bakar dan Umar bin khatab adalah orang yang merebut kekuasaan Ali bin Abi Thalib.

Dalam sebuah riwayat yang menuliskan Abu Bakar dan Umar lebih Utama. Syarif bin Abdullah Al Qadhi, menuturkan ketika dirinya ditanya oleh seseorang dengan pertanyaan yang terkait tentang persoalan masalah imamah. Mereka berkata “ wahai syarif, engkau termasuk yang mengimami Ali bin Abi Thalib tetapi mengapa engkau tetap mengutamakan Abu bakar dan Umar bin KhatabSyarif pun menjawab “semua yang mengimami Ali akan seperti itu, dikarenakan Ali pernah berkata di mimbarnya bahwa orang terbaik setelah Rasulullah wafat adalah Abu bakar dan Umar. Ini adalah perkataan Ali. Lalu apakah kami mengggap Ali berdusta” Kata kata itu adalah murni dikatakan Ali tanpa ada niat berdusta, Ali menyakini bahwa sebenarnya Abu Bakar dan Umar lebih utama dari dirinya.

Gerakan Syiah Masa Utsman Bin Affan 

1. Gerakan Syiah dibalik Pemberontakan Pemerintahan Utsman bin Affan 


Khususnya pasca Utsman bin Affan terbunuh hingga Ali bin Abi Thalib wafat terlihat perkembangan syiah atau pergerakannya lebih meluas. Bibit dari kelompok syiah inilah yang kemudian menyakini adanya imamah adalah sekelompok yang memberontak kepada Usman. Apabila kita memahami bahwa “ Sesungguhnya Peristiwa Pembunuhan Utsman pastilah ada Aktor Intelektual dibalik Gerakan ratusan orang yang melakukan pemberontakan kepada Usman yang berakhir pada pembunuhannya “  

Tetapi tidak semua orang yang melakukan pembunuhan terhadap Utsman bin Affan saat itu memahami hadirnya paham ini. Mereka direkrut dari beberapa lapisan, salah satunya ada yang berasal dari elit-elit kabilah yang belum lama memeluk islam, mereka masih relatif masih mualaf. Tetapi setelah mereka masuk islam mendapati bahwa sistem islam sudah terbangun dengan kokoh (dimana sebagai catatan faktanya ketika tokoh-tokoh sebelumnya berkuasa, mereka merasa kehilangan banyak hal ketika menjadi mualaf, termasuk hak hak ekonomi)

Gerakan syiah di masa Utsman bin Affan melahirkan Pemberontakan  Kepemimpinan Utsman bin Affan. 

Faktor Penyebab Pemberontakan terhadap Utsman bin Affan

a. Protes terhadap kepemimpinan Utsman bin Affan 

Ketika jaman Jahiliyah hak penguasa masih berperan penuh, yakni : 
  • Pemimpin khabilah berhak memilih duluan harta rampasan, sebelum dibagikan ke masyarakatnya (memilih sesuka hati baik jumlah dan ragamnya)
  • Pemimpin khabillah berhak mendapatkan hak 25 % dari kekayaan yang didapatkan dari beberapa kabillah yang dipimpinnya. Sebelum dibagikan kepada masyarakatnya 
  • Tetapi ketika nanti ada sisa maka sisanya dikembalikan kepada pemimpin kabilah.
Tetapi Faktanya ketika Ajaran Islam masuk dibawa Rasulullah dan Para Sahabat/Shalafus Sholeh, adalah : 
  • Hak penguasa/pemimpin khabillah hilang (sehingga secara psikologis hal ini tidak mudah terima oleh kepala kabillah). Sebuah masalah baru dibidang ekonomi, merupakan salah satu persoalan yang menyebabkan mereka mudah terpengaruh untuk bergerak melakukan protes yang berujung pemberontakan terhadap Utsman bin Affan.
Siapa saja yang Protes terhadap Kepemimpinan Utsman bin Affan  ?
  • Mereka dulunya para penguasa kabilah yang telah memeluk ajaran islam (baru menjadi mualaf). Mereka memiliki rasa ketakutan ketika kaum muslimin berkuasa, seperti halnya mereka yang berasal dari daerah Iraq (daerah yang sangat subur) tapi kini daerah mereka dikuasai kaum muslimin. Suatu hal yang tidak mudah. ketika tanah mereka juga dikuasai kaum muslimin. Wajar rasa takut menghampiri sehingga mereka beranggapan “ kaum muslimin akan lebih sejahtera dari mereka, dan mereka akan ditelantarkan “. 
Protes terhadap kepemimpinan Utsman bin Affan yang dilakukan oleh para penguasa kabillah sebelumnya dikarenakan sikap manusiawi mereka yang gila harta dan kekuasaan, sehingga yang menimbulkan rasa ketakutan kehilangan. 

Tetapi faktanya sejak masa pemerintahan Utsman bin Affan 

Tetapi faktanya tidak demikian, mereka justru sama sekali tidak terlantar dan sejak dikuasai oleh kaum muslimin terlihat secara perekonomian daerah mereka lebih maju. Hak mereka terpenuhi dengan baik, seperti : 
  • Hak mendapatkan tunjangan dari negara (untuk setiap muslim)
  • Sedangkan untuk setiap orang yang baru masuk islam, mereka memperoleh hak diluar tunjangan, mereka memperoleh hak zakat  (meskipun nilainya memang masih kecil). Tetapi sekecil kecilnya orang mualaf tersebut masih mendapati sekitar 500 dirham atau 50 dinar perkepala dalam satu tahun. Hak para mualaf tetap ada
Memang ada yang berubah, tetapi sebenarnya yang hilang adalah hak istimewa saat dulu mereka menjadi penguasa khabillah. Sedangkan saat pemerintahan Ustman bin Affan masyarakat dari kabillah sebelumnya malah lebih dimakmurkan.


b. Emosi Penduduk Muslim yang Mudah dikendalikan Aktor Intelektual 
Salah satu penduduk muslim yang saat itu emosinya mudah dikendalikan adalah penduduk Mesir (karena mereka orang awam). Dimana ketika para aktor intelektual ini berhasil memalsukan surat untuk para sahabat di Madinah. Surat itu memuat tentang pernyataan para istri-istri Rasulullah yang berisikan “kedzaliman usman”. Padahal surat itu sama sekali tidak pernah dibuat di madinah. Aisyah pernah bersumpah “aku tidak pernah membubuhkan tinta hitam diatas kertas putih, yang kalian klaim sebagai surat surat dari para istri Rasulullah”. Orang mesir awam itulah yang heboh akan hal itu dan ikut melakukan protes terhadap kepemimpinan Utsman.


c. Penyimpangan Golongan Kuro dijaman Utsman Bin Affan 

Pehamahaman golongan quro dijaman sahabat sebelum Utsman adalah orang orang yang lengkap kombinasinya, yakni memiliki penguasaan yang baik terhadap al quran dan sunah Rasulullah. 

Golongan quro dijaman pemerintahan Utsman bin Affan berubah. 

Mereka ialah seseorang yang sangat menyimpang dari pemahaman sebelumnya. Mereka sangat menggandrungi Al quran tetapi mereka terlepas dari konteks pengamalan Al quran melupakan sunnah Rasulullah. Tidak memahami implementasi dari ayat ayat, mereka tidak memiliki pemahaman yang benar dari ayat ayat itu. Mereka inilah menjadi garda terdepan dari pemuda, yang memiliki penampakan seperti orang soleh yang suka al quran, tetapi sebenarnya mereka memiliki pemahaman yang masih dangkal (sehingga mereka mudah terbius dan mudah mengambil dalil al quran tetapi memaknainya tidak sesuai dengan makna yang sesungguhnya) 

Golongan Kuro yang melakukan penyimpangan inilah yang akan menjadi bibi Khawarij, yang akan masih ada sampai dijaman Ali bin Abi Thalib (mereka juga tetap melakukan pengkhianatan) 

Ketika terjadi Tahkim antara Ali dan Muawiyah, mereka yang memprotes “bahwa ini sama saja dengan memberikan hak atau otoritas hukum kepada selain Allah", itu artinya bukan hanya sebagi dosa besar tetapi telah mengeluarkan dirinya dari ajaran islam, dan semua pelaksananya/yang terlibat didalamnya semuanya disebut dengan kafir”. 

Sehingga mereka mengkafirkan Ali bin Abi Thalib, Muawiyah bin Abu Sofiyan, Abu Musa al Ashari, Ammr bin Ash dan semua pendukungnya. Orang Kawarij inilah yang membunuh mereka semua tetapi tidak berhasi pada Muawiyah dan Ammr bin Ash. Mereka hanya berhasil membunuh Ali bin Abi Thalib. 


Paham Ekstrim Gerakan Syiah lainnya di Masa Ali bin Abi Thalib 

1. Paham yang Mengklaim Ali bin Abi Thalib sebagai Tuhan 

Paham Ekstrim lainnya yang yang terjadi dijaman Ali bin Abi Thalib yang munculnya hampir bersamaan dengan adanya golongan kaum khawarij. Paham yang membela Ali bin Abi Thalib sampai bahkan memasukkan doktrin baru yang sama sekali tidak ada dalam sejarah islam. 

Gerakan syiah ini memiliki paham ekstrim yang mengklaim bahwa Ali adalah Tuhan mereka karena mereka sangat mengagunggkan Ali

Paham Ekstrim ini menyusul paham sebelumnya yang berkembang lebih dulu, yakni “kepemimpinan Ali dan keturuannnya adalah wasiat dari Rasulullah”, 

Paham ini juga sudah ditolak mentah mentah oleh Ali “semua itu tidak pernah ada”. Meskipun semua telah ditolak oleh Ali tetapi mereka terus menyakini paham-paham itu dan tetap terus bergerak



Ini jalas keluar dari ajaran islam. Tercatat dalam buku sejarah islam, sampai Ali membakar mereka hidup-hidup, setelah Ali meminta mereka bertaubat tetapi mereka tidak mau bertaubat. Aku melihat peristiwa ini adalah peristiwa yang sudah melampaui batas (salah, tetapi sudah diingatkan dan diajak bertaubat tetapi mereka tidak mau, tetap menggap Ali sebagai Tuhan mereka) 

Golongan syiah dengan paham yang men-Tuhan-kan Ali bin Abi Thalib telah lama bergabung dengan kubu Ali bin Abu Thalib (mereka sebagai penyusup). Apalagi dibawah kondisi kaum muslimin yang relative tidak stabil, termasuk didalamnya kondisi aspek keamanan yang sedang bergejolak. Kondisi paham ini lama lama terus berkembang dan mengkristal semakin kuat. 

Masa Pasca Ali Bin Abi Thalib terbunuh

1. Penyerahan Kekuasaan dari Hassan ke Muawiyah 

Setelah Ali dibunuh syahid oleh orang khawarij, maka kaum muslimin mengangkat Hasan bin Ali bin Abi Thalib sebagai pemimpin. Tetapi hanya beberapa saat kemudian Hasan bin Ali menyerahkan kepemimpinan itu kepada Muawiyah dengan alasan tersendiri, yang intinya terkandung dalam sabda Rasulullah “ cucuku adalah tokoh utama yang mulia yang akan merukunkan dua kelompok islam yang terpecah. Diharapkan kembalinya Persatuan Umat Islam pasca kematian Utsman bin Affan, setelah Husain Ali bin Abi Thalib menyerahkan secara damau kepemimpinann kepada Muawiyah 

Salah satu pertimbangan terjadinya pengalihan kekuasaan saat itu dari Hasan bin Ali bin Abi Thalib ke Muawiyah bin Abu Shofiyan, Analisanya adalah "Hasan melihat persoalan pembunuhan Usman bin Affan tidak akan selesai, apabila beliau bertahan sebagai pemimpinKarena Muawiyah akan tetap menuntut persoalan akan pembunuhan Utsman (Muwawiyah sebagai keluarganya  dari Bani Abdi Syam yang memiliki hak untuk menuntut, dikarenakan belum terselesaikannya masalah pembunuhan Utsman saat kepemimpinan Ali bin Abi Thalib) 

Tetapi apakah dengan diserahkannya kepemimpinan kepada Muawiyah oleh Hasan, maka persoalan pembunuhan Utsman bin Affan akan segera terselesaikan. Persoalannya tidak sesederhana itu. 


2. Hasan kembali ke Madinah Pasca Penyerahan kekuasaan ke Muawiyah

Saat pemerintahan telah diserahkan ketangan Muawiyah, dimana kedudukan Hasan saat itu di kufah (sebagai ibu kota baru). Padahal saat Ali berkeinginan untuk memindahkan ibu kota dari Madinah ke Kufah, orang pertama yang menolak adalah Hasan. 
  • Hassan menolak perpindahan ibu kota ke Khufah. Pandangan Hasan saat itu, "apabilah ibu kota dipindahkan dari Madinah ke Khufah akan membuka pintu fitnah semakin besar" . 
  • Ali bin Abi Thalib memiliki pertimbangan lain untuk memindahkan ibu kota ke Khufah. Pertimbangannya adalah, "agar penyelesaian masalah pembunuhan Usman akan terselesaikan, apabila mendekati lokasi asal orang orang yang melakukan pembunuhan terhadap Usman"
Setelah Hasan menyerahkan kepemimpinan islam ke tangan Muawiyah, Hasan kembali ke madinah berserta seluruh keluarganya termasuk Husain. Karena Hasan ingin melepaskan diri dari basis yang selama ini mendukungnya (kufah). Sejarah mencatat kufah bukanlah pendukung yang tetap selalu royal. 

Pasca Penyerahan Kekuasaan kepada Muawiyah

1. Ketidak setujuan terhadap sikap Hasan 

Hasan memiliki azam yang kuat untuk menyerahkan kepemimpinannya kepada Muawiyah. Bukan berarti penyerahan kekuasaan ini disetujui banyak orang, termasuk didalamnya Husain adalah orang yang tidak setuju. 

Berikut bentuk sikap ketidak setujuan dari Husain dan para pendukung Hasan di Madinah, pasca diserahkannya kekuasaan ke Muawiyah.
  • Husain terhadap kurang setuju akan sikap Hassan. Meskipun Husain tidak setuju tetapi Hassan tegas mengatakan bahwa “apapun yang terjadi aku akan tetap menyerahkannya dengan pertimbangan yang telah ku pikirkan”. Husain berkata “ engkau adalah anak tertua, keputusan kami adalah mengikuti keputusan mu ” Orang kufah yang tidak setuju atas penyerahan kekuasaan ini terus mendekati Husain, meminta Husain untuk membatalkan keinginan Hasan, ataupun jika tidak berhasil maka membatalkan dukungan pendukungnya untuk membaiat Muawiyah. Husain menolak mentah mentah permintaan orang kufah dengan berkata “ aku akan menunggu sampai muawiyah meninggal “Ini adalah bentuk keteguhan Husain yang mendukung keputusan Hasan dan tanpa penolakan memberikan dukungan untuk membaiat Muawiyah.
  • Hasan mendapatkan cibiran dari sebagian pendukungnya, seperti “wahai orang yang memalukan kaum muslimin”. Hasan menjawab “meskipun memalukan hal itu lebih baik dari neraka”. Syiah terus menerus menuliskan surat dan mempengaruhi Hasan untuk menarik dukungannya untuk membaiat Muawiyah. Hal yang sama juga dilakukan kepada Husain, dengan menyurati Husain di Madinah. Hal ini terus dilakukan sampai Hasan meninggal dan sampai akhirnya Syiah ini dapat menarik Husain untuk keluar dari Madinah menuju Kufah.

2. Hassan Mendapatkan Banyak Surat dari Penduduk Khufah 

Hasan banyak sekali menerima surat selepas ia menyerahkan kepemimpinan kepada Muawiyah. Yasid bin Asyam menuturkan “ Hasan menerima setumpuk surat, lalu meminta pelayannya menyiapkan wadah berisi air dan melatkan surat surat itu didalamnya, tanpa membuka dan membaca”, lalu Yazid bin Asyam bertanya kepada Hasan “ dari siapakah surat surat ini” Hasan berkata “surat surat itu dari penduduk irak (penduduk khufah dan sekitarnya,  mereka adalah kaum yang tidak mau kembali kepada kebenaran dan tidak mau berhenti mengerjakan kebatilan)”. Hasan menyadari bahwa orang orang ini tidak mau menghentikan fitnah mereka kepada kaum muslimin.  Husain mengakhiri ucapannya dengan berkata aku tidak kawatir mereka akan mempengaruhiku tatapi aku kawatir mereka akan mempengaruhi Husain”. Dan benar hal itu terjadi kepada Husain.

Pasca Muawiyah dan Hassan Meninggal 

Terminologi syiah awalnya umum untuk siapapun, tetapi terus berkembang dan sampai akhirnya mengkristal dan menjadi identik dengan keyakinananya/ dengan pahamnya dan gerakannya, terutama setelah terjadi pembunuhan terhadap Husain. Gerakan syiah adalah gerakan bawah tanah (yang tak terlihat kasat mata).

Saat itu meskipun yang berkuasa di Khufah adalah gubernur dari pihak bani Umayah. Apabila melihat kabilah-kabilah yang menjadi latar belakang pendukung Husain, dimana merekalah yang menyurati Husain dan jumlah mereka kurang lebih sekitar 30ribu yang jumlahnya tidak kecil. Mereka terdiri dari beberapa kabilah yakni bani murod, bani kindah, bani kanim, bani hamadan dan sebagainya.


1. Pengangkatan Yazid oleh Muawiyah 

Faktanya setelah Muawiyah meninggal dan Hasan meninggal, dimana sebelumnya Muawiyah telah membaiat Yazid, dan hampir seluruh wilayah berbaiat kepada Yazid. Tetapi yang diperhitungkan suara politiknya Madinah meskipun wilayah lain telah memberikan suara. Didalam kota Madinah masih banyak terdapat para sahabat dan tokoh islam, yang menjadi parameter berpolitik seluruh kawasan disekitarnya saat itu, Masalahnya di Madinah terjadi penolakan saat Muawiyah mengangkat Yazid, Penolakan ini pastilah akan memberikan pengaruh yang besar kepada penduduk Madinah. Penolakan secara tegas diberikan oleh Abdurahman bin Abu Bakar, Abdullah bin Umar, Husain bin Ali, dan Abdullah bin Zubair. Ketika mereka telah bersuara, mereka menjadi parameter sikap berpolitik di Madinah. Itu berarti upaya Muawiyah untuk membaiat Yazid adalah keliru, oleh sebab itu ditolak.

Setelah Muawiyah meninggal bagaimanapun juga Yazid tetap di baiat. 

Awalnya Abdurahman bin Abu Bakar pun menolak (tetapi beliau meninggal). Abdullah bin Umar pun awalnya menolak, tetapi dengan mempertimbangkan kemaslahatan kaum muslimin sampai akhirnya ia pun menerima. Namun dirinya berkenan membaiat dengan syarat. Tetapi Husain bin Ali bin Abi Thalib dan Abdullah bin Zubair tetap menolak berbaiat kepada Yazid bin Muawiyah. Inilah adalah persoalan besar bagi Yazid. Pada akhirnya Yazid meminta orang-orangnya yang di Madinah untuk mengajak penduduk Madinah berbaiat kepadanya tetapi tetap menolak. Karena semakin menjurus kepada keadaan yang kurang kondusif (atau kekerasan). Sehingga Husain dan Abdullah bin Zubair pindah dari Madinah ke Mekah ke tempat yang paling aman. Husain dan Abdullah bin Zubair beranggapan tidak ada orang yang akan membuat keributan ditanah suci (Mekah).


2. Sikap Oposisi Husain dan Abdullah bin Zubair

Sebuah persoalan yang besar bagi Yazid dikarenakan sikap oposisi dari Husain dan Abdullah bin Zubair, tetapi Yazid merasa posisinya aman karena mereka berdua tidak akan keluar dari kota Mekah untuk berada diposisi yang aman. Sebenarnya faktanya yang bersikap oposisi terhadap Yazid itu bukan hanya Husain, dan bukan hanya murni karena sikap syiah yang menentang bani umayah, tetapi persoalannya dipandang adanya masalah dalam hal ini. Dimana semua ini dianggap tidak lagi ideal dengan kriteria yang berlaku dimasa yang paling ideal dimasa Khulafaur Rasyidin 

(catatan untuk kita, dalam sejarah sebagian besar kekuasaan itu biasanya akan selalu mandul dan tidak mengenal hubungan saudara - oleh karena itu ini menjadi persoalan besar yang akan menjadi ancaman) 



3. Husain merima banyak Surat dari penduduk Khufah

Husain banyak menerima banyak surat sejak di Madinah bahkan sampai ketika telah di Mekah, bukan hanya banyak tetapi juga datangnya beruntun dan berkarung karung. Ibnu katsir mengatakan “surat syiah mengalir tanpa henti untuk memberikan dukungan kepada Husain yang saat itu tidak mendukung kepemimpinan Yazid” 


Ali mengatakan bahwa Husain adalah orang yang paling mewarisi kepiawaian masalah politik dan strategi, tetapi dalam masalah sikap, kesahajaan menurun kepada pada Hasan”.

Husain pun tak gegabah setelah menerima banyaknya surat-surat yang memberikan dukungan kepada dirinya. Husain pun melakukan peninjauan untuk memastikan kebenarannya. Husain mengirimkan seorang intel bernama Muslim bin Aqil untuk memastikan betul tidaknya pernyataan orang kufah sebagaimana surat surat mereka. Muslim bin Aqil bergerak menuju kufah (nantinya akan ada beberapa fase yang dialami Muslim bin Aqil). 
  • Fase Awal, Muslim bin Akhqil ini mendapatkan sambutan baik dari penduduk khufah sehingga dirinya dapat menyatakan “betul tokoh yang ada menyatakan khufah siap memberikan dukungan kepada Husain”  
  • Fase setelah 27 hari setelah Muslim bin Aqil menulis surat kepada Husain, terjadilah sebuah tragedi dimana keberadaan Muslim bin Akhqil diketahui oleh Ibnu Ziyad (Hubaidillah bin Ziyad - gubernur khufah). Ibnu Ziyad menyusupkan intel ketengah penduduk khufah. Tokoh Khufah yang paling berperan dalam tragedi ini yakni Hani (tokoh dari suku murod). Hani memiliki hubungan dekat dengan Ibnu Ziyad, sampai akhirnya Ibnu Ziyad tahu bahwa Hani memiliki peran yang besar terhadap keberadaan Muslim bin Akhqil di Khufah. Ibnu Ziyad memenjarakan Hani, tetapi Hani telah bersepakat dengan Muslim untuk masuk ke istana Ibnu Ziyad. Tetapi saat itu Ibnu Ziyad tidak mengetahui seberapa banyak kekuatan Muslim bin Akhqil bersama orang syiah ini. Ia pun hanya mengamankan dirinya didalam istananya. 
  • Fase Muslim bin Aqil bergerak memasuki Istana Ibnu Ziyad. Pada pagi harinya yang berkumpul, sekitar 4000 orang (jumlah ini diluar prediksi Ibnu Ziyad yang berfikir lebih dari itu). Sejak kelompok syiah itu saling memanggil untuk berkumpul, Ibnu Ziyad melakukan pendekatan dengan tujuan mereka akan saling kontra antar kelompok yang ingin berkumpul ini. Ibnu Ziyad berhasil mempengaruhi tokoh tokoh kabilah dari kelompok syiah (yang berada di khufah dan sekitarnya) untuk mengajak serta keluarganya.
  • Fase Pendukung Muslim bin Aqil berkurang hingga dirinya terbunuh. Maka pada saat siang menjelang sore, terlihat kekuatan yang mengepung untuk bersama muslim bin Aqil berkurang hanya sekitar 300-500 orang saja. Sore hari menjelang magrib yang tersisa hanya 60 orang saja yang membersamai Muslim bin Aqil. Setelah solat magrib yang tersiasa hingga 30 orang, sampai dipintu gerbang istana hanya 10 orang saja (mengalami penurunan drastis para pendukung), tapi ketika akan merangsak kedalam istana tidak ada yang tersisa para pendukung. Ibnu Ziyad berhasil mempengaruhi, ini perkara tidak mudah. Mereka yang dipengaruhi oleh Ibnu Ziyad adalah orang yang selama ini (1 tahun lebih sejak mereka menyurati Husain bahkan sejak 20 tahun sejak mereka mempengaruhi hasan) Mereka pun sadar konsekuensinya jika membela Husan dan Husain adalah berbenturan atau bahkan perang dengan bani umayah. Tetapi ketika Ibnu Ziyad mempengaruhi mereka mereka langsung mudah terpengaruhi. Sebuah pertanyaan besar dalam sejarah, " mengapa mereka dengan mudah pro terhadap Ibnu Ziyad ?". Saat Muslim bin Aqil sadar tidak memiliki pendukung lagi ia pun bergegas keluar dari istana dan menyusuri gang di khufah (dibiarkan bebas oleh Ibnu Ziyad), sampai ketika ia meminta seteguk air dengan mengetuk salah satu rumah penduduk khufah. Penghuninya adalah seorang wanita, tetapi dirinya tidak mau memberikan pertolongan kepada Muslim bin Aqil walaupun dengan seteguk air. Menurut riwayatnya sampai akhirnya Muslim bin Aqil pun tertangkap dan dibunuh.
Faktanya yang terjadi, dengan banyaknya surat itulah yang membuat Husain keluar dari Mekah dan mengirimkan intelnya, tetapi surat surat dukungan yang dibuat para penduduk khufah tidak seperti apa yang mereka tuliskan mereka mudah berkhianat (ada apa gerangan orang syiah di khufah). Muslim bin Aqil sebelum dibunuh dirinya begitu menyadari adanya pengkhianatan syiah, maka dalam doanya sebelum dibunuh “ Ya Allah, buatlah perhitungan dengan kaum yang telah menipu kami, membohongi kami, melemahkan kami (dihabisi musuh) dan menghabisi kami”.

Surat yang dikirim Muslim bin Aqil kepada Husain yang menyatakan “semua penduduk khufah siap mendukung dan temui kami disini” (ini adalah surat yang dituliskan 27 hari sebelum mereka berkhianat dan sebelum muslim dibunuh). Muslim bin Aqil dibunuh pada tanggal 9 Dzulhijah atau sehari setelah Husain keluar dari Mekah. Sehingga putusnya informasi dari Muslim bin Aqil kepada Husain. Dibalik itu semua Ibnu Ziyad telah bersiap dengan segala kemungkinan yang terjadi.

Perjalanan Husain ke Karbala

Husain memutuskan datang ke Karbala setelah menerima surat dari Muslim bin Aqil. Surat Muslim bin Aqil kepada Husain berdasarkan pemantauan dilapangan, bahwa penduduk khufah (syiah) telah siap bersama Husain bin Ali. Ini adalah penguat dari surat surat yang diterima Husain sebelumnya. (Surat surat yang jumlahnya cukup banyak ini dibawa Husain ke Karbala). Berdasarkan surat itu Husain keluar dari Mekah menuju Khufah pada tanggal 8 dzulhijah 60 Hijriah (pada hari tarwiyah – saat kaum muslimin yang haji masuk ke mina). 




1. Husain Mendapatkan Peringatan saat memutuskan Mendatangi Khufah

Husain mendapatkan peringatan ketika ia memutuskan untuk mendatangi Khufah, peringatan itu didapatnya dari beberapa orang antara lain : 

1. Tokoh-Tokoh di Mekah. 

Para Gubernur Mekah, para sahabat Rasulullah, dan sikap dari para pendukung Husain yang berasal dari Bani Umayah (mereka tahu watak ibnu Ziyad), mereka mengingatkan “jangan keluar dari Mekah, Engkau akan terbunuh”.  

a. Abdullah bin Abbas 

Abullah bin Abbas memperingati Husain (riwayat Ibn Katsir, Al Bidayah wa an Nihayah ; Tarikh ath Thabari ; Ibn Atsir, Al Kamil fi At Tarikh) 

"saudaraku , aku telah berusaha menahan diri tapi aku tidak kuasa, aku sangat mengkawatirkan dirimu, rencana ini akan merenggut nyawamu. Orang iraq (khufah) itu pastilah akan berkhianat. Janganlah Engkau terperdaya dengan tawaran mereka. Bertahanlah di negeri ini, Engkau dihormati penduduk Hijaz". 

"Apabila memang benar mereka menginginkan mu (menjadi pemimpin mereka), sebagai mana klaim mereka. Maka suratilah mereka agar mereka lebih dulu mengusir gubernur sebelumnya dan sekaligus mengusir musuh mereka disana. Setelah itu barulah engkau pergi dan bergabung dengan mereka" 

"Apabila Engkau telah  memutuskan untuk tetap harus keluar (melawan), maka pergilah Yaman, karena disana terdapat banyak benteng yang kuat dan aman. Yaman negeri yang luas dan panjang. Pendukung ayahmu juga banyak disana. Sementara Engkau akan jauh dari jangkauan mereka (bani umayah). Disana Engkau dapat menggalang dukungan yang luas dan menyebarkan orang orang kekuasaanmu. Dengan begitu aku berharap Engaku meraih apa yang diinginkan.


b. Abdullah bin Umar 

Abdullah bin Umar memperingatinya, tetapi Husain tetap melanjutkan perjalanannya. ( Adz Dzahabi, Syiar A'lam an Nubala ; Ibnu Asakir, Tharik Dimasyq ; Ibn Katsir, Al Bidayah wa an Nihayah) 

Abdullah bin Umar bertanya kepada Husain,"Engkau hendak pergi kemana", Husain pun menjawab " ke Iraq, lihatlah ini (ia menujukan ke Abdullah bin Umar), ini semua permintaan mereka melalui surat mereka, dan pernyataan berbaiat mereka kepadaku". Ibnu Umar berusaha mencegah, "janganlah Engkau pergi kesana". Tapi Husain bersikeras dengan keputusannya.

Ibnu Umar kembali berkata, "aku akan menasehatimu dengan sebuah hadist, JIbril pernah menemui Rasulullah dan menyampaikan tawaran kepada Rasulullah untuk memilih dunia atau akhirat. Rasulullah memilih akhirat ia tidak menginginkan dunia. Engkau (Husain) adalah bagian dari Rasulullah. Demi Allah selamanya tidak ada seorang pun dari kalian keturunan Rasulullah yang akan meraih kekuasaan. Tidaklah Allah menjauhkan kekuasaan dari kalian kecuali untuk sesuatu yang jauh lebih baik dari kalian" Husain pun tetap bergeming, lantas Abdullah bin Umar hanya bisa merangkul Husain dan mencium dahinya sambil menangis. 

c. Abdullah bin Zubair 

Nasehat Ibn Zubair kepada Husain (riwayat Mushannaf ibn Abi Syaibah), Ibn Zubair bertanya, "Mau pergi kemana?" kepada orang orang yang telah membunuh ayahmu dan mengkhianati kakakmu."

d. Abdullah bin Ja'far bin Abu Thalib 

Surat Abdullah bin Ja'far kepada Husain (Ibnu Katsir, Al Bidayah wa an Nihayah). Suratnya berisikan "Amma Ba'du, aku memohon kepadamu demi Allah, saat surat ini sampai ke tanganmu, pulanglah !!! Aku sangat mengkhawatirkanmu , rencana kepergianmu ini akan merenggut nyawamu dan membantai seluruh anggota keluargamu." 

2. Tokoh Madinah dan Muhammad Ibnu Hanifah 

Tokoh Madinah dan Muhammad Ibnu Hanifah saat Husain melewati Madinah (Muhammad Ibnu Hanafiah). Ia adalah saudara dari Husain (saudara seayah tetapi tidak seibu). Muhammad Ibnu Hanifah adalah anak Ali bin Abi Thalib dari istrinya yang berasal dari Bani Hanafiah (sehingga tidak mengesankan ia adalah putra Ali dan Fatimah) 

Muhammad ibnu Hanafiah berpesan kepada Husain “wahai Husain tidak perlu engkau melanjutkan perjalananmu, karena engkau akan menemui orang yang telah mengkhianati ayahmu dan saudaramu hasan”. 

3. Penyair (Farazak)

Ditengah rasa bimbangnya ditengah perjalanannya menuju khufah, Husain bertemu dengan Farazak (penyair yang baru pulang dari khufah dan tahu persis keadaannya). Ia pun telah menyampaikan semua kepada Husain, tapi Husain membantah dengan menunjukan surat-surat itu. Sehingga Farazak tidak mampu membantahnya, dan mengatakan “mungkin hati mereka bersamamu, tetapi tangan mereka siap mencelakaimu (ini menggambarkan sikap orang khufah yang mudah berkhianat)” Sekalipun gelisah Husain tetap melanjutkan perjalanannya, Husain pun kembali mengutus dua utusan kembali ke Khufah. 

Utusan pertama gagal dan utusan kedua pun gagal. Utusan membawa surat yang menuliskan “ aku telah datang dan hampir sampai ke khufah bersiaplah”. Tetapi dibalik semua ini Ibnu Ziyad telah menyiapkan strategi. Ia pun memastikan tidak ada orang yang keluar atau masuk dari atau ke khufah sejak peristiwa Muslim bin Akhqil, siapapun yang melanggar akan ditanggap. Selain itu ia menebarkan intel dimana mana. Tidak ada berita dari dalam atau dari luar khufah yang dapat diterima Husain. (Ini membuat Husain semakin curiga akan apa yang sebenarnya terjadi). 


2. Husain menyadari Pengkhiantan Penduduk Khufah berniat kembali ke Madina

Orang A'raf (Badui) yang bertemu Husain mengatakan “tidak ada orang yang masuk dan keluar dari khufah” Berita ini sempat membuat Husain bertanya dalam hati ada apa, tetapi tidak membuat dirinya mundur ia tetap melanjutkan perjalanannya. Pada akhirnya Husain sampai ke Khufah, Husain pun mendapatkan informasi dari dalam khufah melalui orang orang lingkungan pejabat Bani Umayah (yang tidak ingin terjadi hal yang mengerikan kepada Husain dan sebenarnya mereka pun tahu wataq dari Ibnu Ziyad), intinya mereka menyatakan bahwa "Muslim bin Aqil telah dibunuh dan tanpa adanya pembelaan dari siapapun  (pembelaan dari penduduk khufah)" 

Dari sinilah Husain mendapatkan gambaran yang pasti bahwa Syiah Khufah Berkhianat. Karena kondisi inilah Husain membubarkan rombongannya agar tidak memakan banyak korban apabila terjadi peperangan. Anehnya yang ikut membubarkan diri adalah mereka yang berasal dari penduduk khufah yang awalnya telah bergabung bersama Husain, yang tersisa adalah rombongan Husain dari Hijaj dan keluarganya (ada 6 orang – termasuk ada anak Hassan didalamnya). Sebanyak 60 orang tokoh khufah yang telah bergabungpun ikut membubarkan diri.

Husain tadinya telah memutuskan untuk kembali ke Mekah (karena merasakan ada yang tidak benar). Tidak adanya kemaslahatan yang akan didapat apabila ia tetap melanjutkan perjalanannya. Husain tidak ingin keluarga yang dibawanya serta menjadi korban.  


4. Anak Muslim bin Aqil menolak kembali ke Mekah  

Tetapi anak-anak Muslim bin Aqil inilah yang tidak setuju, setelah mereka tahu terbunuhnya ayahnya adalah karena pengkhianatan. Terjadilah perundingan, ada beberapa pembahasan didalamnya yakni :
  • Anak-anak Muslim bin Aqil akan tetap masuk ke khufah meskipun Husain pulang ke Madinah. Apa yang akan di peroleh kalaupun ia pulang ke madinah tapi anak anak ini tetap terbunuh, ini adalah sebuah kekonyolan.
  • Husain merasa dalam peristiwa ini "dirinyalah yang bertanggung jawab"
  • Bagaimanapun kedatangan Husain tidak akan dipandang sebelah mata sebagaimana kedatangan muslim bin akhqil, bisa jadi ketika Husain memasuki khufah, membuat Ibnu Ziyad akan lebih memandangmu dan kelompok Syiah akan bangkit untuk membersamaimu.
Dengan adanya pertimbangan dari pembahasan itulah, akhiranya Husain memutuskan untuk kembali masuk ke Karbala. 



5. Hal yang diprediksikan Husain Meleset 

Ketika Husain sampai ke Khufah (diperbatasan khufah tetapi sudah memasuki kawasan karbala). Pertimbangan yang diprediksi sebelumnya tidak pernah terjadi. Tidak ada syiah yang keluar atau muncul untuk membersamainya. Ibnu Ziyad memiliki pandangan yang besar untuk menghabisi oposisinya. Pasukan Ibnu Ziyad menggiring Husain untuk masuk ke Khufah. Inilah strategi yang ditetapkan Ibnu Ziyad tetapi dapat dibaca oleh Husain bahwa Ibnu Ziyad ingin melakukan tindakan kekerasan yang sewenang-wenang.

Husain merasa tindakannya untuk ke Khufah harus dihentikan, ketika Husain bertanya kepada rombongannya, “daerah apa ini”. Rombongannya menjawab “Karbala” Upaya terakhir yang dapat dilakukan Husain adalah bernegosiasi dengan Umar bin Syaad (utusan Ibnu Ziyad). Negosiasi yang Cerdas, karena Husain merasa dalam hal ini dirinya hanya berhubungan dengan Yazid bin Muawiyah dan menjadikan Ibnu Ziyad sebagai pijakan saja. 

6. Husain bernegosiasi dengan Umar bin Sya’ad (utusan dari Ibnu Ziyad)

a. Negosiasi Pertama

Husain menyatakan maksud kedatangannya ke Khufah dengan menunjukan berkarung karung surat dari para penduduk khufah. Tetapi sampai saat ini ketika Husain menunjukan surat ini kepada Umar bin Syaad (tidak ada satupun penduduk khufah yang keluar atau masuk) berarti mereka berkhianat untuk seolah mengadu domba diriku dengan pemerintahan Yazid bin Muawiyah. Sekalipun aku tidak berbaiat kepadanya selama aku di Mekah tidak melakukan pemberontakan. Tetapi disisi lain orang suruhan dari Ibnu Ziyad yang mengiring dirinya masuk ke khufah sehingga terlihat Husain melakukan pemberontakan. Pada negosiasi pertama ini terlihat Husain memang ingin berdamai dan kembali ke Mekah, tetapi Ibnu Ziyad mengiringnya agar seolah menginginkan pemberontakan pada pemerintahan Yazid.

Beberapa Riwayat mengatakan Ibnu Ziyad menolak, sehingga yang serba salah adalah Umar bin Syaad selaku penerus negosiasi. Dengan melihat pernyataan Husain maka Umar bin Syaad merasa tenang, karena permasalahan ini sudah beres. Tetapi ketika Umar mendengar Ibnnu Ziyad opsinya menolak dengan meminta Husain membaiat Yazid di Khufah. Inilah biang keroak persoalannya. Mana mungkin Husain akan membaiat Yazid bin Muawiyah dihadapan Ibnu Ziyad, padahal perintah ini tidak pernah diminta oleh Yazid. Ini sebuah persoalan yang diada-adakan untuk menimbulkan pergolakan yang dimana pasti ada keinginan pribadi yang dikehendaki oleh ibnu Ziyad terhadap Husain. Umar bin Syaad begitu sedih mendengar pernyataan Ibnu Ziyad yang meminta Husain melakukan baiat tersebut.

Ketika Umar bin Sya'ad menyampaikan keinginan Ibnu Ziyad, jelas Husain menolak mentah-mentah. Husain telah dapat membaca gelagat ibnu Ziyad yang nantinya apabila Husain memenuhinya, Ibnu Ziyad akan kembali ke Yazid dengan mengatakan ”aku telah membawa baiat Husain kepada mu “. Husain setelah menolak, tetap menahan emosi. Sehingga dirinya tetap dapat berfikir dengan jernih, sehingga melakukan negosiasi kedua.


b. Negosiasi kedua dengan tiga opsi.

Husain berkata apabila salah satu opsiku diterima aku akan bersedia melakukan apapun.Tiga opsi itu antara lain :
  • Opsi pertama membiarkan Husain kembali pulang
  • Opsi kedua, membiarkan Husain datang sendiri langsung bertemu Yazid dan membaiat Yazid secara langsung (hal ini dilakukan agar tidak terjadi pertumpahan darah yang begitu besar, Husain menawarkan opsi ini)
  • Opsi ketiga, membiarkan Husain pergi ke wilayah perang diperbatasan untuk berjihad melawan melawan kaum non muslim dan tidak akan kembali ke madinah/mekah
Opsi ini sebenarnya telah membuat Ibnu Ziyad tertarik 

Sehingga Umar bin Sya'ad pun berfikir masalah ini akan selesai (yang tenpenting dalam permasalahan ini menurutnya adalah baiat Husain kepada Yazid). Tapi yang menariknya dari permasalahan ini tidak berhenti sampai disini.

Muncullah Syamr Bin Dzi Al-Jausyan 


Syamr Bin Dzi Al-Jausyan adalah tokoh yang juga berada dibalik pembunuhan Usman, perang Shiffin, dan tokoh yang mempengaruhi Ibnu Ziyad. Syamr bin dzil al Jausyan yang mempengaruhi keputusan Ibnu Ziyad. " salah apabila dirimu mengambil keputusan ini, seharusnya Engkau yang meminta Husain untuk mendatangimu dan melaporkanya baiat dirinya ke Yazid. Akibat pengaruh dari Syamr Bin Dzi Al-Jausyan, munculah kembali sikap arogansi Ibnu Ziyad Setelah kepulangan Umar bin Syaad, Ibn Ziyad mengutus orang lain untuk menemui Umar, dengan mengatakan "katakanlah ke pada Umar bahwa ia harus menyampaikan ini ke Husain, jika ia menolak maka bunuhlah Umar dan Engkau akan menjadi pemimpin untuk menggantikannya". 

Singkat cerita terjadilah perang di Karbala, Husain dan seluruh keluarganya yang masih bersamanya dibunuh.  




Faktanya dibalik Tragedi Karbala

1. Muslim bin Aqil tidak mungkin berbohong 

Muslim bin Aqil adalah seorang Ar Raid. Tidak mungkin ia membohongi Husain dan keluarganya. Dalam suratnya ia menyampaikan kepada Husain,"datanglah ke Khufah dan temui aku". Awalnya semuanya ini dibiarkan oleh Ibnu Ziyad (karena mereka tahu Husain akan mempercayainya, dan setelahnya barulah Muslim bin Aqil diberesi oleh Ibnu Ziyad (Muslim dibunuh pada tanggal 9 Dzulhijah atau sehari setelah Husain keluar dari Mekah).


2. Husain memberikan balasan surat untuk penduduk Khufah 

Dalam suratnya Husain menuliskan, "untuk segenap saudaraku di khufah, Aku telah mendapatkan surat dari Muslim bin Aqil dan aku telah bersepakat untuk membela kalian untuk meraih hak kalian, kami memohon kepada Allah untuk melindungi perjalanan kami. Aku akan keluar dari Mekah untuk pergi ke Khufah pada hari tarwiyah. Dan disaat pasukanku tiba untuk menemui kalian maka bersiaplah kalian menyiapkan diri. 

Akan banyak Persoalan yang terkait dalam hal peristiwa ini apabila ingin digali lebih dalam. 


3. Pergolakan Syiah dijaman Yazid Faktor Penyebab Peristiwa Karbala. 

Hakikatnya pergolakan Syiah dijaman Yazid yang berdampak kepada terjadinya Peristiwa Karbala. Hikmahnya Dalam memahami sejarah jangan sampai kita salah dalam menemukan sumber. Kesalahan dalam menginterpretasi peristiwa sejarah, dapat membangun presepsi baru untuk menyelesaikan permasalahan saat ini (hal ini yang dilakukan sebagian besar orang dan akan membahayakan) 

Oleh karena itu Pentingnya Memahami Sejarah !!!

Posisi Husain sebagai Mujtahid (orang yang melakukan Itjihad), disini Husain tidak sendirian karena ada orang-orang yang bersamanya, yakni Abdurahman bin Abu Bakar, Abdullah bin Umar, dan Abdullah bin Zubair. Kecuali Umar bin Abdul Aziz (tidak dapat disebut Mujtahid). Ia hanyalah pembaharu, ia menjadi bagian dari dinasti itu sendiri (lalu mengapa Umar bin Abdul Aziz di kecualikan dan mengapa Syiah tidak pernah melakukan pemberontakan di jaman Umar bin Abdul Aziz, ini adalah pertanyaan besar yang harus dijawab) 


Padahal faktanya karena adanya suksesi/persoalan antara Muawiyah ke Yazid, bukan masalah pemberontakan Husain yang ingin berkuasa. Tetapi yang isu yang digaungkan hingga saat ini justru adanya keinginan Husain untuk berkuasa menggantikan Muawiyah. 


4. Tragedi Karbala bukanlah karena adanya intrik kekuasaan. 

Setelah memahami bahwa peristiwa karbala bukanlah karena adanya intrik kekuasaan. Ini hanyalah karena mereka ingin melakukan sesuatu yang baik dan ingin menegakan kebenaran. Tetapi selama prosedur yang digunakannya adalah Itjihad (mencurahkan pikiran dengan sungguh sungguh / proses penetapan hukum syariat dengan mencurahkan seluruh pikiran dan tenaga), maka akan mendapatkan pembenaran dari Allah. Politik islam ini akan menjadi mudah dipahami apabila memahami persoalan yang sebenarnya terjadi dari pada menyoroti intrik permasalahan. 


5. Tidak ada bukti sejarah yang menunjukan klaim Syiah benar 

Ketika Syiah mengklaim sebagai pembela Ali dan Husain 

Lalu dari mana bukti yang menyatakan mereka bisa dikatakan sebagai pembela Ali dan Husain ? 

Pembelaan sejarah dan pembenaran sejarah yang mereka hembuskan seolah menutupi fakta. Faktanya sebenarnya yang perlu kita pahami, bahwa : 
  • Syiah yang menarik Husain untuk keluar dari Mekah
  • Syiah yang melakukan pembenaran terhadap sikap Husain ke Khufah
  • Syiah yang berkhianat dan menyebabkan Husain terbunuh 
  • Reaksi tercepat dalam pembunuhan Husain malah datang dari penduduk Madinah bukan dari yang lain (sampai mereka melakukan perlawanan terhadap pasukan Yazid) 

6. Ibnu Ziyad adalah Tokoh dibalik Pembunuhan Husain 

Ibnu Ziyad yang begitu dzolim dan angkuh, lalu mengapa Yazid seolah menangisi peristiwa ini tanpa memberikan hukuman kepada Ibn Ziyad? Hanya saja Yazid bin  Muawiyah seperti telah menyesal atas tragedi pembunuhan Husain berserta keluarganya di Karbala. Disini awal persoalan Bani Umayah yang terus berlanjut.

Dari faktanya maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pemerintahan Bani Umayah : 
  • Pemerintahan Bani Umayah selalu mengedepankan aspek keamanan, mereka lebih mengutamakan ini dari pada aspek politis/stabilitas. Sehingga sikapnya terlihat lebih tempramental untuk mewujudkan aspek keamanan. 
  • Pemerintahan Bani Umayah, mengutamakan stabilitas dengan pendekatan represif (Pendekatan yang dilakukan untuk melakukan tindakan pencegahan terhadap berbagai pelanggaran norma, dengan tujuan melakukan penindakan terhadap pelanggaran norma, sehingga menimbulkan efek jera bagi pelakunya. Sering muncul kediktatoran dimasa pemerintahannya)  
Pemerintahan Bani Umayah di masa Umar bin Abdul Azziz

Pemerintahan Bani Umayah dijaman Umar bin Abdul Azziz berbeda, ia memperbaharui kondisi tersebut. Semua penguasa dan algojo yang dulunya menggunakan pendekatan represif semua diganti oleh yang ahlul quran.  Orang orang yang melakukan pemberontakan di jaman Umar bin Abdul Aziz disaat sebagai pemimpin Bani Umayah, akan diajak berdialog. Dialog antara Umar bin Abdul Aziz besama kaum khawarij mengambil kesepakatan diantara keduanya (sehingga tidak ada alasan bagi kaum khawarij untuk melakukan pemberontakan karena hasil dialog dikembalikan lagi kepada syuro keputusan bersama) 


7. Yazid bin Muawiyah Tidak Menindak Kedzoliman Ibnu Ziyad 

Yasid bin Muawiyah tidak melakukan penindakan kepada Ibnu Ziyad, karena pemerintahan Yazid sangat bergantung kepada Ibn Ziyad (Hubaidillah bin Ziyad). Pola kepemimpinan ibnu Ziyad yang baik dan tegas sehingga keadaan di khufah stabil.


8. Sikap Muawiyah terhadap Peristiwa Pembunuhan Utsman Bin Affan 

Para ulama bersepakat tentang peristiwa Ali dan Muawiyah telah digambarkan didalam ayat al quran. "Adanya dua kelompok yang bertempur dan semuanya beriman, hanya saja salah satunya melebihi batasnya. Sehingga mereka layak untuk diperangi bukan untuk dimusnahkan. Pertahankan untuk tidak memusnahkan mereka tetapi hanya mengembalikan mereka kejalan yang benar

Dalam hal ini sikap Muawiyah yang berlebihan.  

Muawiyah tidak mau berbaiat kepada Ali bin Abu Thalib dari awal, karena dirinya menuntut persoalan pembunuhan Utsman bin Affan untuk diselesaikan (sebagai pihak dari keluarga Utsman) Sikap ini dinilai berlebihan hingga menimbulkan perselisihan diantara mereka. Sehingga untuk menghindari hal itu terjadi maka Ali bin Abi Thalib menyerahkan kekuasaannya kepada Muawiyah. (Mereka semuanya beriman tetapi salah seorang diantara mereka hanya keliru). 

Tetapi dalam peristiwa perang jamal, penerapan ayat ini tidak dapat dipergunakan (karena kasusnya berbeda). Perang jamal merupakan gerakan damai 3 hari 3 malam, yang berakhir terhadap kesepakatan damai dimana Ali bin Abu Tholib akan menyelesaikan persoalan pembunuhan dan melakukan eksekusi terhadap pembunuh Utsman bin Affan. Tetapi sebelum terbitnya fajar ada yang memprovokasi sehingga mereka akhirnya saling menyerang


Tanya Jawab 

1. Apakah Husain melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan Yazid bin Muawiyah 

Bagi kita yang penting hanyalah mengetahui bahwa sikap para sahabat kepada Husain. Mereka adalah saksi hidup akan peristiwa yang terjadi dan tentu mereka menimbang secara syar'i. 

Tidak ada seorang sahabat yang memandang sikap Husain sebagai pemberontakan, atau khuruj yang melanggar syariat, yang memang diperbolehkan dalam islam. 

Dalam hal ini, Ibnu Abbas, Ibnu Zubair, Ibnu Umar, Ibnu al Hanafiyah (saudaranya) dan para sahabat lainnya, telah menyarankan untuk mengurungkan niatnya pergi ke Khufah. Mereka menyadari kekeliruan perhitungan Husain, namun saat itu Husain tetap bersikeras dengan jalan yang telah dipilihnya sesuai kehendak Allah. 

Beberapa sahabat Husain yang tinggal di Hijaz dan para tabi'in yang pro Yazid di syam dan irak, memiliki pendapat : 
  • Mereka menyadari bawa memerangi Yazid juga tidak diperbolehkan meskipun ia fasik, sebab peperangan akan menimbulkan pertumpahan darah dan pembunuhan. Tapi disisi lain mereka adalah sahabat yang terkemuka dan selalu bersama Yazid sehingga mereka tidak bisa memerangi Yazid 
  • Mereka tidak mengikuti Husain, tidak juga mengingkarinya dan tidak juga menyalahkan sikap Husain (atau memandang perbuatan Husain sebagai dosa). Sebab keputusan Husain adalah keputusan seorang Mujtahid, dan Husain adalah seorang teladan bagi Mujtahid. 
Tapi ketika Husain berada di Karbala dan meminta kesaksian kepada mereka, 

Mereka mengatakan "hendaklah kalian bertanya kepada Jabir bin Abdullah, Abu shaid Al Khudri, Anas bin Malik, Sahl bin Said, Zaid bin Arqam, dan sahabat lainnya, Oleh karena mereka menyadari bahwa nantinya keputusan yang akan diambil Husain merupakan hasil ijtihad. Keputusan Husain tetap ke Khufah, dianggap merupakan hasil ijtihad yang kurang tepat. Sehingga para sahabat Husain menyarakan strategi lain untuk Husain bertahan di Hijaz atau sebaiknya menuju ke Yaman. Padahal faktanya keputusan Husain ke khufah merupakan inisiatif dirinya sendiri, bukan hasil dari ijtihad mereka, meskipun adanya perbedaan pendapat dari ijtihad mereka.

Dan janganlah kita juga mengatakan bahwa meskipun Yazid fasiq dan mereka tidak boleh memeranginya, karena apa yang dilakukan Yazid menurut mereka juga benar. 

Sehingga dari uraian ini dapat diambil kesimpulan bahwa para sahabat di seluruh wilayah syam yang pro kepada Yazid saja tidak menilai tindakan Husain sebagai pelanggaran hukum syariat. 


2. Apakah sikap Husain yang menghinakan Yazid ? 

"Siapa yang menghinakan sultan Allah, maka Allah akan menhinakannya". 

Sebagian orang menggunakan hadist tersebut untuk menilai bahwa kematian Husain dan Ibnu Zubair layak diterimanya secara hina. Karena kematian mereka adalah cara Allah menghinakan mereka, sebab Husain telah menghinakan sultan Allah (dalam hal ini adalah Yazid bin Muawiyah)

Tiga Kata Kunci dalam Hadist tersebut menurut mereka, untuk melalukan pengiringan opini yang tidak tepat yakni : 
  • Ihanah (menghinakan) dilakukan kepada seseorang/sesuatu yang mulia.
  • Sultan Allah 
  • Ahanahullah (dihinakan Allah) yang merupakan keterangan akibat 
Pernyataan Keliru Mereka terhadap Kematian Husain 
  • Husain Melakukan Pemberontakan (dinilai telah menghinakan Yazid) Padahal kita mengetahui bahwa gerakan Husain sebagai Nahi Munkar/Islah/Meluruskan kesalahan. Berarti jelas disini tidak ada yang merendahkan Yazid bin Muawiyah. Melainkan Husain berusaha memperbaiki kesalahan dan menghapus kemungkaran Yasid. 
  • Pemberian Gelar Sultan Allah kepada Yazid  Lalu apakah layak pemberian sulan Allah kepada Yazid bin Muawiyah. Bagi Husain dan Ibn Zubair tentulah tidak. Mereka dan para sahabat lainnya (Abdullah bin Umar, Abdurahman bin Abu Bakar, dan para delegasi dari Madinah ke Damaskus) menunjukan bahwa pengangkatan Yazid tidaklah ideal. 
  • Kematian Husain merupakan kehinaan Menurut mereka bahwa kematian Husain dianggap sebagai suatu yang dihinadakn oleh Allah, (bagaimana mungkin ini bisa terjadi). Pernyataan ini sungguh tidak selaras dengan hadist Rasulullah yang lainnya " Husain adalah Sayyid Syabab Ahl Al Jannah (Penghulu para Teruna Penghuni Surga) ". Belum lagi pernyataan para ulama yang menyatakan bahwa Husain terbunuh sebagai Mazhlum (didzolimi) dan Syahid. 

3. Apakah Hasan Meninggal karena di Racun ?

Beberapa riwayat ada yang menolak dan ada yang membenarkan bahwa Hasan dibunuh dengan cara diracun, tetapi yang tepenting hanyalah kematian Hasa tidak berpengaruh banyak, meskipun ini juga merupakan salah satu peristiwa tragedi pasca pemerintahan Ali bin Abi Thalib


4. Apakah suni dan syiah tidak bisa bersatu kembali ? 

Perlu dipahami bahwa syiah yang melepaskan diri dari ajaran islam. Syiah memang mengakui Allah itu Esa dan Rasulullah sebagai Rasul. Tetapi mereka menjelekan para sahabat Rasul dan memuliakan seseorang yang merupakan imam mereka. 


Apabila mereka menyatakan diri untuk kembali bersatu. Hal yang perlu kita tekankan kepada mereka adalah "hentikan cercaan dan hinaan kepada para sahabat Rasulullah". 

Ahlul sunah tidak pernah berfikir untuk menghinakan Ali dan keturunannya, apalagi menjadikan mereka sebagai sosok yang teramat diagungkan dalam ritual ibadah, sehingga mempengaruhi aqidah. 


5. Apakah Seluruh syiah sesat ? 

Syiah pada awalnya menyatakan diri sebagai pecinta Ahlul Bait, dan mencintai keluarga Rasulullah. Hal ini ditandai mereka sampai mencela musuh musuh Rasulullah. Adanya doktrin itulah yang membedakan anatara syiah dan suni.

Doktrin Syiah kepada Para Sahabat Rasulullah  
  • Syiah menyatakan para Sahabat Rasulullah tidak membawa ajaran benar
  • Syiah mengkafirkan para Sahabat Rasulullah. 
Maka dengan demikian syiah secara tidak langsung mengatakan bahwa sumber ajaran islam bermasalah. "Sehingga ajaran islam adalah ajaran yang salah dan bermasalah" 

Maka apabila kita tidak memiliki pemahaman yang baik akan mempengaruhi aqidah. Tujuan mereka membuat kita meragukan kebenaran ajaran islam yang dibawa para sahabat Rasulullah. Apabila kita terpengaruh doktrin mereka, maka seolah mereka akan masuk denganmemberikan solusi atas permasalahan tersebut dan melakukan penyimpangan aqidah. 


6. Apakah Husain melakukan penolakan ketika Penyerahan kekuasaan dari Hasan kepada Muawiyah  ? 

Ketika Hasan melakukan penyerahan kekuasaan kepada Muawiyah tidak ada satu orangpun yang menolak dan tidak benar jika sampai menimbulkan pemberontakan, Semua menyetujui termasuk Husain. Hal ini dapat kita lihat bahwa ketika mereka meminta Husain sebagai pemipin, Husain berkata " Tidak sekarang, tunggulah sampai Muawiyah meninggal " 

Husain hanya melakukan oposisi pasca Muawiyah mengangkat Yazid  (tetapi saat itu Husain tidak sendiri). 

Mereka yang melakukan oposisi menilai bahwa permasalahan susensi penyerahan kekuasaan dari Muawiyah ke Yazid itu dinilai sangat bermasalah. Tetapi meskipun mereka ingin sekali menyalahkan Muawiyah sampai kepada pososi yang hina, tetapi hal itupun tidak mereka lakukan. Mereka sadar bahwa Muawiyah pun salah satu sahabat Rasulullah, dan Rasulullah ridho terhadap dirinya. Dimasa bani umayah sejarah mencatat bahwa islam dapat tersebar luas menerangi eropa (bermula di Andalus). Mereka memiliki parameter sendiri untuk menilai tindakan Muawiyah dalam menentukan Yazid sebagai pengganti kepemimpinannya. 

Keputusan Muawiyah dianggap sedikit keliru, karena pertimbangan memilih pemimpin dalam islam tidaklah hanya soleh (secara syariat) tetapi soleh dalam arti ada aspek ketepatan dan kesesuaian dalam memindahkan atau menunjuk generasi yang akan melanjutkannya. Tidak salah juga apa yang dilakukan Muawiyah karena dalam syariatnya pemberian jabatan kepada orang terdekat/saudara (suatu hal yang tidak salah) akan tetapi ia harus soleh. 












Tidak ada komentar:

Posting Komentar