Pengikut

Jumat, 06 Juli 2018

Haji Wada - Surat Cinta Mu Bekal ku Melangkah

Materi Kajian - Haji Wada sebelumnya (klik disini) 

Perjalanan kehidupan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sejak beliau lahir sampai wafat, sudah seharusnya menjadi teladan bagi kita sebagai umatNya dalam keseharian hidup. Allah Subhanahi Wa Ta’ala memerintahkan kepada mukmin agar wajib ittiba’ kepada Rasulullah. Meneladani Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah salah satu cara berakhlak kepadanya dan merupakan konsekuensi dari iman. Al quran dan hadist memberikan informasi lengkap tentang semua sifat dan prilaku Rasulullah disepanjang kehidupannya. Salah satu diantaranya kita dapat meneladani sikap Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam perang Ahzab, yakni dalam hal kesabaran, keteguhan hati, kesiagaan, perjuangan dan penantian, serta beliau tetap yakin akan mendapatkan pertolongan Allah Subhanahi Wa Ta’ala. 

Dalam firmanNya “ Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia yang banyak mengingat/menyebut Allah (1). Ayat ini turun saat perang Ahzab dan menyarankan kita untuk selalu mengharap rahmatNya, mempercayai adanya hari kiamat dan banyak mengingat Allah Subhanahi Wa Ta’ala. Para muslim dan mukmin diharapkan meneladani Rasulullah dalam semua ucapan, perbuatan, kepribadian dan sepak terjang dalam menyampaikan risalah Allah Subhanahi Wa Ta’ala, serta sudah seharusnya mereka juga menjadikan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah sebaik-baik teladan (uswah hasanah) dalam semua keadaan dan aktivitas beliau. 

Ini adalah sesuatu hal yang menarik untuk kita cermati, “ kira-kira alasan apa yang membuat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dijadikan sebagai standar pedoman suri tauladan bagi umat ? Maka untuk dapat menjawabnya, marilah kita bersama untuk merefleksikan sejarah kehidupan Rasulullah dimulai dari beliau dilahirkan sampai masa terakhir kehidupannya. Sehingga sudah sepantasnya kita bertanya kepada diri kita, “ Sudahkah kita menjadikan Rasulullah sebagai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sebagai uswah hasanah dalam seluruh sisi kehidupan ? ”

Rasulullah dilahirkan dikota Mekah dengan garis keturunan terbaik quraisy yakni bani Hasyim. Keluarga besar nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dikenal dengan sebutan “Al Usrah Al Hasyimiyyah“. Sebenarnya tidak ada tanggal pasti yang disepakati ulama, meskipun para ulama ada yang menyepakatinya tanggal 2, 8, 10, dan 12 Rabi’ul awal di permulaan tahun dari peristiwa gajah. Para ulama yang mengambilnya dari pendapat Ibnu Ishaq bahwa Rasullullah lahir tanggal 12 Rabi’ul awal tahun gajah (2), disebut tahun gajah karena 50 hari sebelum Rasulullah lahir terjadi peristiwa penyerbuan pasukan Abraham al Asram yang menunggangi gajah menyerbu kota Mekah untuk menghancurkan Ka’bah pada tahun 571 M (3). Beliau diberi nama Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim (amr) bin Abdul Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka'ab bin Lu'ay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin An Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma'ad bin Adnan (4).

Beliau lahir dari rahim seorang ibu bernama Siti Aminah binti Wahb dalam keadaan yatim, karena Abdullah bin Abdul Muthalib (ayah Rasulullah), meninggal saat Rasulullah berusia 2 bulan didalam kandungan. Rasulullah tidak pernah kehilangan kasih sayang seorang ayah, karena kasih sayang tersebut tergantikan oleh Abdul Muthalib (kakek Rasulullah). Halimah binti Abu Dzuib As Sa’diyyah adalah perempuan yang berkenan menyusui Rasulullah hingga usia 5 tahun. Halimah mengajarkan Rasulullah mengembala domba sewaktu hidup bersamanya. 

Rasulullah hidup tumbuh sebagai seorang pemuda dalam asuhan Abu Thalib (paman Rasulullah), sejak ibu dan kakeknya meninggal. Rasulullah membantu pamannya untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan berdagang. Rasulullah sangat pandai berdagang dan beliau sangatlah amanah. Selain itu Rasulullah memiliki kepribadian tidak suka berbohong, tidak suka berkhianat, setiap ucapannya jujur dan mengandung nilai kebenaran. Hal inilah yang membuatnya diberi gelar “al amin” oleh penduduk Mekah. Sosoknya yang ideal sangat menginspirasi dan sangat layak untuk diteladani dalam kehidupan. 

Sepanjang hidupnya Rasulullah memiliki 9 orang istri, tepatnya 11 istri. karena Khadijah binti Khuwalid dan Zainab binti Khuzaimah adalah istri Rasulullah yang meninggal. Pernikahan Rasulullah dan Khadijah binti Khuwalid, dipelantarai oleh Nafisah binti Muniyah. Sedangkan wanita yang dinikahi Rasulullah dalam keadaan gadis hanyalah Aisyah binti Abu Bakar Ash Shidiq, sedangkan lainnya adalah janda, Saudah binti Zama’ah, Hafshah bin Umar bin Al Khaththab, Ummu Salamah Hindun binti Abu Umayyah, Zainab binti Jahsy bin Rayyab, Juwairah binti Al Harist, Ummu Habibah Ramlah binti Abu Sufyan, Shafiyah binti Huyai bin Akhthab, Maimunah binti Al Harits (4). Mereka adalah istri-istri yang senantiasa mendapat gelar Ummul Mukminin

Perjalanan hidup Rasulullah terus berjalan, setiap episode kehidupan selalu memberikan kesan dan pembelajaran. Salah satunya episode kehidupan beliau yang merupakan momen terbesar adalah perpisahan beliau dengan umatnya peristiwa haji wada. Sebelum melakukan haji wada, sebenarnya Rasulullah telah merasakan firasat-firasat bahwa dirinya tidak lama lagi akan berpulang menghadap Allah. Saat itu sebenarnya Allah telah memperlihatkan tanda-tanda bahwa kematian Rasulullah sudah dekat, meskipun merahasiakan kapan waktunya. Ini adalah bukti cinta Allah kepada umatnya, dengan melihat tanda tersebut minimal dapat mempersiapkan jiwa ketikan nanti ditinggal Rasulullah. 

Tanda-tanda      bahwa       kematian       Rasulullah        sudah       dekat,       yakni pertama, kota Mekah telah berhasil ditaklukan. Tanda ke-dua, beliau diperlihatkan bahwa semua Jazirah Arab telah menerima cahaya islam, manusia berbondong-bondong memeluk agama Allah, sebagai mana firman Allah sebelumnya “ apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu melihat manusia berbondong-bondong memeluk agama Allah, maka bertasbillah dengan memuji Rabb mu dan mohonlah ampun kepadanya (5). Tanda ke-tiga, bulan Ramadhan 10 Hijriah sebelum haji wada, Rasulullah mengadakan iktikaf 20 hari padahal tahun sebelumnya hanya melakukan iktifaf 10 hari. Rasulullah mengurangi interaksi dengan para sahabat. Pada bulan Ramadhan Jibril menyimak bacaan Al quran Rasulullah dengan dua kali katam.


Rasulullah   mengutus    Muadz   bin   Jabal    ke   Yaman,   beliau   bersabdawahai Muadz bin Jabal, sesungguhnya mungkin engkau tidak akan bertemu aku lagi setelah tahun ini, dan mungkin saja engkau akan melewati masjidku dan kuburanku (6). Tanda ke-empat, keinginan Rasulullah untuk berhaji ditahun depan 10 Hijriah, beliau menginginkan manasik hajinya tanpa bercampur dengan syariat jahiliyah. Sehingga pada tahun ke 9 H, Rasulullah mengutus Abu Bakar untuk membersihkan area Masjidil Haram dari syariat manasik haji jahiliyah, dan mengancam bahwa tahun 9 H adalah tahun terakhir mereka berhaji dengan tradisi Jahiliyah. Tanda ke-lima, terlihat dari kutbah Rasulullah dalam haji wada yang mengharapkan para jamah yang hadir mendengarkan dengan baik dan menyampaikannya kepada temannya yang tidak datang berhaji, karena Rasulullah tidak pernah tahu apakah tahun depan (setelah 10 Hijriah) masih dapat bertemu. 

Ibnu Sa‘ad meriwayatkan bahwa bulan Dzulhijah 9 Hijriah, Rasulullah mengutus Abu Bakar ash-Shiddiq sebagai Amir Jama‘ah haji, pemimpin pelaksanaan manasik haji bagi orang-orang muslim (7). Pelaksanaan haji Abu Bakar ash-Shidiq memiliki pengaruh kuat, karena pelaksanaannya setelah Fathul Mekah. Rasulullah tidak ikut karena beliau menghadapi perang tabuk melawan pasukan Romawi. Abu Bakar bertolak dari Madinah bersama pengikutnya yang membawa binatang kurban menuju tanah Haram. Saat itu haji diikuti umat muslim dan musyrikin dengan dua tata cara haji, yakni dengan syariat nabi Ibrahim dan ritual jahiliyah. 

Oleh karena itu turunlah wahyu, “Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang musyrik itu najis (kotor jiwa) karena itu janganlah mereka mendekati Masjidil Haram setelah tahun ini. Dan jika kamu khawatir menjadi miskin (karena orang kafir tidak datang), maka Allah nanti akan memberikan kekayaan kepadamu dari karuniaNya, jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana (8). Ayat ini turun saat Abu Bakar dalam perjaanan haji ke Mekah, sehingga Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengutus Ali bin Abi Thalib menyusul Abu Bakar. Ayat ini sebagai larangan kaum musyrikin mendekati Masjidil Haram. 

Imam Ahmad meriwayatkan dari Mahraz bin Abu Hurairah dari bapaknya, berkata “Ketika Ali bin Abu Thalib diutus Rasulullah menyampaikan surat Bara‘ah kepada penduduk Mekkah, aku ikut menyertainya“. Ditanyakan kepada Ali bin Abu Thalib Apakah yang hendak anda sampaikan ?” Lalu Ali bin Abu Thalib menjawab “Kami menyampaikan bahwa tidak akan masuk surga kecuali yang beriman, tidak boleh thawaf telanjang, barang siapa mempunyai perjanjian dengan Rasulullah maka akan berlaku sampai empat bulan, jika empat bulan berlalu maka Allah dan Rasul- Nya berlepas dari orang-orang musyrik, setelah tahun ini seorang musyrik tidak dapat menunaikan haji” (9)

Ali bin Abu Thalib melarang kaum musyrikin melakukan ibadah haji setelah tahun ini, kecuali mereka meninggalkan ritual jahiliyah. Kaum musyrikin diberi waktu untuk berpikir. Apabila mereka tetap ingin melakukan ibadah haji ritual jahiliyah, maka kaum muslimin memerangi mereka. “Dan (inilah) suatu permakluman dari pada Allah dan Rasul-Nya kepada umat manusia pada hari haji akbar bahwa sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari orang-orang musyrikin. Kemudian jika kaum musyrikin bertobat, maka bertaubat itu lebih baik bagimu dan jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kamu tidak dapat melemahkan Allah. Dan beritakanlah kepada orang-orang kafir (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih (10).

Tahun ke-10 Hijriah, Rasulullah menyampaikan keinginannya berhaji. Rasulullah mengirimkan surat ke seluruh khabilah Arab untuk mengirimkan delegasi. Berita ini menyebar ke seluruh pelosok negeri disekitar Jazirah Arab. Orang berdatangan ke Madinah dan Madinah untuk melaksanakan haji bersama Rasulullah, yang disebut dengan haji wada. Istilah haji wada hanyalah dari para ahli sejarah sirah bukan pemahaman fiqih. Pemahaman haji pertama bukanlah haji pertama Rasulullah secara quantitas, karena Rasulullah berulang kali melakukan haji. Tetapi haji pertama Rasulullah sejak pelarangan kaum musyrikin berhaji, karena kaum musyrikin merubah manasik haji syariat nabi Ibrahim, seperti menambahkan lafadz talbiyah, tawaf harus menggunakan pakaian (khamus) yang dijual disekitar Masjidil Harom, jika memakai pakaian yang dibawa dari rumah dianggap tidak suci dan melakukan tawaf telanjang, berwukuf di Musdalifah. 

Rasulullah dan rombongan kaum muslimin berangkat dari Madinah pada  25   Dzul qo’dah tahun ke-10 Hijriah. Rasulullah membawa Fatimah Az zahrah, semua istrinya dan 100 ekor hadyu (penyebutan kurban para jamaah haji). Abu Bakar As shidiq disertai istri yang sedang hamil. Rombongan haji keluar dari kota Madinah selepas sholat dzuhur. Rombongan Rasulullah dari Madinah tiba di Dzul Hulaifah saat waktu solat ashar. Ditempat inilah lahir anak Abu Bakar As Shidiq dengan Asma binti Uais. Meskipun keadaan nifas masih dapat melakukan manasiq haji kecuali tawaf, karena tawaf harus keadaan suci dan dapat disusulkan setelah nifas selesai meskipun manasik haji sudah selesai. Rombongan Rasulullah menetap di Dzul Hulaifah. Keesokan harinya Rasulullah mandi untuk berihram dan sholat dua rekaat, kemudian berihram untuk haji dan umroh menjadikannya sebagai haji qiran. Sedangkan para sahabat ada yang melaksanakan haji qiran dan tamattu. Ada beberapa dari jamaah haji melaksanakan haji ifrad, menjalankan ibadah haji tanpa umroh dan tidak membawa hadyu sehingga tidak berkurban. 

Abdullah bin Abbas berkata “ Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menetapkan miqot untuk penduduk madinah di Dzul Hulaifa, penduduk syam dari Juhfah (Rabigh), penduduk Nejd dan dari arah timur kota mekah dari Qarnul Manazil (As sail), dan penduduk yaman dari yalamlam. Bahwa miqod sudah ditentukan bagi penduduk masing-masing kota tersebut dan bagi orang lain yang hendak melewati kota tersebut (padahal bukan penduduknya), namun ingin menunaikan haji atau umroh. Barang siapa yang kondisinya dalam daerah miqot tersebut maka miqodnya dari manapun dia memulainya. Sehingga penduduk Mekah miqodnya dari Mekah” (11). Rasulullah bersabda , “miqod untuk penduduk Irak di Dzatu Irqin” (12). Rombongan Rasulullah berjalan sambil membaca talbiyah “Labbaikallaahumma Labbaik, Labbaika laa syariika laka labbaik, Innal hamda wan ni’mata, Laka wal mulk, Laa syariika laka. 

Setelah menempuh perjalanan 5 hari, Rombongan Rasulullah tiba di Mekah pada 1 Dzulhijah setelah solat subuh. Jabir mengisahkan “ketika kami telah berada di masjidil haram, beliau menyentuh hajar aswad, kemudian beliau berjalan cepat pada tiga putaran pertama dan berjalan biasa pada empat putaran berikutnya untuk mengelilingi Ka’bah. Setelahnya solat 2 rekaat dibelakang maqom Ibrahim dan kemudian kembali menyentuh hajar aswad. Lalu Rasulullah menuju Shafa dan Marwa, beliau tidak melepas ihramnya dan tidak juga bertahalul sebelum menuntaskan haji dan menyembelih hadyu (hewan kurban). Ketahuilah bahwa tawaf yang dilakukan Rasulullah adalah tawaf untuk berhaji. Selesai sa’i beliau berkata “orang yang tidak membawa hadyu boleh mnjadikan kain ihramnya sebagai umroh dan mereka dapat melakukan tahalul. Pada awalnya mereka yang tidak membawa hadyu ragu tetapi akhirnya mengikuti perkataan Rasulullah (4). Bagi sahabat yang melaksanakan haji tamattu yang sebelumnya telah melepas ihram setelah berumrah, kini kembali dapat menggunakan ihramnya untuk melaksanakan berhaji. Rasulullah setelah berumroh tetap mengenakan ihram sehingga lebih memperhatikan larangan ihram, Sepanjang beliau di Mekah selalu menggunakan ihram sampai ibadah haji selesai. 

Pada 8 Dzulhijah (hari tarwiyah), Rasulullah dan rombongannya tiba di Mina, dari disinilah Rasulullah memulai manasik haji. Beliau melakukan solat dzuhur hingga isya, kemudian pada malam hari mereka mabit di Mina. Ini menjadi amalan sunah tarwiyah dan sembari mereka mempersiapkan kebutuhan air saat wukuf. Beliau selama hari tarwiyah menyampaikan kutbahnya. Keesokan hari 9 Dzhulhijah, setelah solat subuh dan menunggu hingga matahari terbit untuk melanjutkan perjalanan ke Arafah. Selama wukuf di Arafah beliau berdiam diri didalam tenda hingga matahari tergelincir. Beliau menunggangi Al Qashwa (unta tunggangan Rasulullah), karena di Arafah telah menanti 124.000 - 140.000 kaum muslimin. Rasulullah menyampaikan kutbah di padang Arafah. Setelah selesai kutbah, Bilal melantunkan adzan dan iqomat. Rasulullah melaksanakan sholat dzuhur dan ashar dengan satu adzan dan dua iqomat. Setelah wukuf di Arafah mereka bergerak ke Musdalifah setelah terbenamnya matahari. Rasulullah sholat magrib dan isya dengan satu adzan dan dua iqomah di Musdalifah. Mereka bermalam di Musdalifah sambil mengumpulkan kerikil untuk melempar jumrah. 

Setelah keesokan paginya tanggal 10 Dzulhijah setelah melaksanakan solat subuh, beliau menunggangi al Qashwa ke masy’aril haram. Lalu beliau menghadap kiblat, setelahnya berdoa, bertakbir, bertahmid, mengesakan Allah. Rasulullah dan rombongannya setelah sholat subuh sebelum matahari terbit dari Musdalifah kembali ke Mina. Beliau mengambil jalur alternatif untuk tembus ke lokasi jumrah al kubra. Pada masa itu disekitar jumrah al kubra terdapat dua pohon kurma yang dikenal dengan jumrah al qubra dan jumrah ula. Rasulullah melemparinya dengan menggunakan tujuh butir kerikil dan bertakbir setiap kali pelemparan

Kemudian masih di tanggal 10 Dzulhijah, Rasulullah menuju tempat penyembelihan hewan kurban setelah melempar jumrah. Rasulullah membawa 100 ekor hadyu, dengan Rasulullah menyembelih 63 ekor hadyu dan sisanya sebanyak 37 ekor hadyu oleh Ali bin Abu Thalib. Selanjutnya Rasulullah memerintahkan para sahabat untuk mengambil daging dari masing-masing hadyu lalu memasaknya. Daging hewan kurban tersebut juga dibagikan kepada para istri-istri Rasulullah. Rasulullah dan Ali bin Abu Tholib juga memakannya dan meminum kuahnya. Pada hari tasyrik beliau berada di Mina melaksanakan manasik haji lainnya, mengajarkan syariat, berdzikir kepada Allah, menegakan sunah-sunah. Kemudian Rasulullah menunggangi untanya dan menuju Ka’bah untuk melaksanakan sholat dzuhur. Pada hari 10 dzulhijah Rasulullah menyampaikan kutbah, pada waktu dhuha dihari penyembelihan kurban. Rasulullah kembali menyampaikan kutbahnya pada hari tasyrik, diriwayatkan Abu Daud dengan sanad Hasan dari jalur Sara’ binti Nabhan, “ pada hari Raus (12 Dzulhijah) Rasulullah menyampaikan kutbahnya kepada kami “ (13)

Pada tanggal 13 Dzulhijah setelah melempar jumrah dan memotong kurban di hari tasyriq, Rasulullah menunggani untanya berangkat dari Mina hingga tiba di kaki bukit perkampungan bani kinanah. Beliau disana melaksanakan sholat ashar hingga isya. Kemudian beliau tidur sejenak di Mashab, setelahnya menuju Baitullah untuk tawaf wada. Setelah ibadah haji usai, beliau memerintahkan para sahabat kembali ke Madinah. Tuntas semua yang terkait dengan ibadah haji wada, beliau telah mengajarkan manasik haji dan umrah dengan ucapan dan perbuatan. Peristiwa haji wada ditutup dengan turunnya wahyu, seusai beliau berkutbah dihari Raus, “pada hari ini Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah ku cukupkan kepadamu nikmatKu,dan telah Aku ridhoi islam sebagai agamamu (14)

Rasulullah    menyampaikan    pidatonya    yang    sebanyak    4    kali,    yakni (1)    sewaktu beliau mabit dihari tarwiyah tanggal 8 Dzulhijah, (2) pada saat wukuf di padang Arafah tanggal 9 Dzulhijah, (3) pada waktu dhuha di hari penyembelihan kurban Hadyu, (4) pada hari ru’us yang merupakan pertengahan hari tasyrik tanggal 12 Dzulhijah (13). Saat penyampaian kutbah para jemaah sangatlah antusias mendengarkan kutbah Rasulullah. Hal ini membuat para sahabat membantu Rasulullah sebagai penyambung kata, agar kutbah yang disampaikan dapat didengar secara jelas. Mereka diantaranya Rabi’ah bin Umayyah bin Khalaf dan Ali bin Abu Thalib. Rasulullah beribadah sambil mengajarkan manasik dan sunah berhaji dan umroh pada peristiwa haji wada. Umat muslim berbahagia karena tahun ini mereka berhaji dengan Rasulullah. 

Khutbah haji wada merupakan pesan terakhir Rasulullah untuk umatnya dan merupakan simbol kunci kesalamatan kebahagiaan dunia khirat, sehingga menjadi manusia berbahagia. Kutbah Rasulullah sangat menginspirasi, dapat memberikan pencerahan dalam hidup di dunia dan kita dapat mengetahui persiapan untuk kehidupan akhirat. Kutbah Rasulullah berisikan nasehat menghadapi kehidupan masyarakat dibidang sosilal, ekonomi dan lainnya. Sebuah amanah yang harus dipikul oleh para sahabat dan umat, karena setelah tahun ini tidak akan ada lagi nabi/utusan dan risalah baru. Kutbah Rasulullah mengandung pesan penting yakni komitmen umat mematuhi perintah dan menjauhi larangan sebagaimana diajarkan dalam al quran dan as sunah, diharapkan urgensi situasi umat mempengaruhi hubungan sosial masyarakat dan menjaga diri dari fitnah dunia. 

Kutbah haji wada Rasullullah sangat panjang karena disampaikan empat waktu. Oleh karena didalam hadist terdiri dari riwayat yang berdasarkan sub tema masalah, sedangkan kutbah haji wada menyampaikan banyak tema. Maka teks kutbah haji wada Rasulullah tersampaikan dalam banyak riwayat, seperti diriwayatkan sebagian oleh imam al Bukhari, imam Muslim dan sebagian dari lainnya. Ini menyebabkan isi kutbah haji wada Rasulullah terlihat seolah berbeda antar riwayat dan berbeda panjang pendek isinya. Perbedaan ini tidak perlu menjadi perdebetan dan benturan satu sama lainnya, yang terpenting pokok kutbah haji wada Rasulullah memiliki sub tema yang hampir sama. 

Pada bagian awal kutbahnya Rasulullah selalu membuka dengan ucapan rasa syukur, karena ditempat inilah beliau dapat bertemu dengan umatnya untuk menyampaikan pesan-pesan didalam kutbah beliau. Rasulullah berusaha mendorong semua yang hadir untuk serius mendengarkan kutbah beliau, tetapi untuk yang hadir hendaklah menyampaikan kepada temannya yang tidak hadir. Beliau juga diawal kutbahnya mengisyaratkan bahwa beliau akan pergi meninggalkan dunia setelah selesai menunaikan amanahnya untuk menyampaikan risalah Allah dan telah meninggalkan al quran sebagai pedoman hidup manusia. Beberapa kutipan kutbah Rasulullah merupakan wasiat kepada umat muslim yang saat itu berhaji wada, yang sebagian besar pokok kutbah memiliki sub tema yang hampir sama dan berisikan : 


(1). Darah dan Harta kalian adalah Suci.

“Wahai segenap manusia sesungguhnya darah kamu dan harta kekayaan kamu, haram dilangggar oleh orang lain bagi kamu sekalian, sebagaimana haramnya dihari, dibulan haram, dan di negeri haram ini”.




  1. Darah kalian suci maka hendaklah tidak saling membunuh. Allah melarang membunuh orang yang diharamkan Allah untuk membunuhnya, kecuali suatu alasan yang benar. Apabila kalian membunuh seseorang yang beriman dengan sengaja maka balasannya adalah neraka jahanam dan kekal didalamnya.
  2. Harta kalian suci maka jangan engkau mendapatkan harta dengan cara yang dilarang syariat islam dan janganlah mengambil harta yang bukan milik mu, karena itu tidak halal untukmu kecuali mereka ridho, seperti mengurangi timbangan, berebut hak waris, memakan harta anak yatim, dll. Ingatlah harta haram adalah sumber petaka dunia dan akhirat.

(2). Hendaklah Menunaikan Amanah.


Siapa yang memegang amanah hendaklah ia menyerahkan kepada orang yang mempercayakannya “. Amanah merupakan tanggung jawab yang harus ditunaikan, dan merupakan sesuatu yang dipercayakan kepada manusia yang menyangkut hak dirinya, hak orang lain dan hak Allah Subhanahu Wa Ta’alla. Sebaiknya amanah diberikan kepada yang memiliki kemampuan untuk mengembannya. Al quran mengajarkan untuk menyikapi amanah, yakni :
  1. Amanah saat bermuamalah, sebaiknya dalam bermuamalah mencatat semua perjanjian, hendaklah seseorang yang berhutang menyelesaikan amanahnya, dan berikanlah kesaksian yang benar (QS 2:283).
  2. Amanah menyampaikan pesan dan pelaksanaan hukum, sampaikanlah amanah kepada yang berhak menerima dan hendalaklah pelaksanaan hukum secara adil (QS 4:58).
  3. Amanah tidak untuk dikhianati, janganlah mengkhianati amanah yang telah diberikan kepadamu (QS 8:27).
  4. Amanah dititipkan harus dijaga dan ditepati, jagalah amanah yang dan tepatilah janji yang telah dititipkan kepadamu (QS 23:8)
  5. Balasan bagi orang yang amanah, ketahuilah bahwa menjaga amanah, memberikan kesaksian, memelihara solat, akan masuk surga (QS 70:32-35).
Manusia adalah makhluk yang dzolim dan bodoh tapi manussia menyanggupi memikul amanah, maka dipikulah amanah oleh manusia ketika langit, bumi, gunung, enggan memikul amanah. Sesungguhnya manusia itu sangat dzolim (QS 33:72). Oleh sebab amanah yang harus ditunaikan oleh setiap muslim. Tidak sedikit dari mereka dengan kemampuaannya dapat menyalah gunakan amanah yang diberikan kepadanya. Pengabaian amanah merupakan sebab terjadinya kerusakan dan pertikaian di muka bumi.

(3). Menjauhi Praktek Jahiliyah & Riba.

Ketahuilah bahwa sesungguhnya segala urusan jahiliyah di kakiku telah aku batalkan dan sudah tidak berlaku, darah qisas pembunuhan di masa jahiliyah juga tidak berlaku, darah pertama yang aku batalkan diantara darah qisas pembunuhan kalian (darah qisas pembunuhan Ibnu Rabi’ah bin Harits bin Abdul Mutholib), dan begitu juga transaksi riba di masa jahiliyah sudah tidak berlaku lagi sejak hari ini, yakni transaksi riba Abas bin Abu Mukharib.”
  1. Tradisi kejahiliyahan telah dihapuskan oleh Rasulullah disemua aspek kehidupan (agama, politik, ekonomi, sosial, dll), karena hakekat kejahiliyahan itu adalah pemberhalaan dan mengarah ke musyrikan (watsaniyah). Hal ini sangatlah bertentangan dengan apa yang Rasulullah ajarkan atau mewasilahkan kepada umatnya. Rasulullah membawa wahyu dari Allah yang dapat dipergunakan sebagai pedoman kehidupan, yang dimana sebelumnya masyarakat tidak memiliki petunjuk hanya mengikuti tradisi nenek moyang.“ Sesungguhnya kekuatan islam akan terurai, apabila seorang tumbuh sebagai muslim tanpa mengenal jahiliyah (Umar bin Khatab) “.
  2. Transaksi riba suatu dosa besar. Dosa riba setara dengan dosa anak laki-laki menyetubuhi Ibunya dan satu dirham hasil riba yang dimakan setara dengan 36 tahun berzina. Riba hukumnya adalah haram untuk ditinggalkan. Allah melarang kepada umat muslim untuk tidak melibatkan dirinya dengan riba dan sejenisnya. Ingatlah Islam tidak akan mengharamkan sesuatu, apabila tidak ada bahaya yang akan ditimbulkan olehnya. Riba didalam praktenya terjadi penambahan harta dalam akad tukar-menukar tanpa imbalan, terjadinya pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara batil. Dalam pemahaman sederhana riba merupakan kegiatan ekonomi yang mengambil bentuk pembungaan uang, sehingga nilai hutang debitor akan bertambah terus selagi ia belum dapat melunasi hutangnya. Islam sebenarnya tidak melarang adanya praktek jual beli dan islam pun menawarkan alternatif yang memberikan solusi agar terhindar dari riba, yakni pinjaman tanpa bunga (qardh hasan), adanya tangguhan waktu kepada orang yang kesulitan membayar hutang dan apabila yang meminjamkan mensedekahkan yang dipinjamnya itu akan lebih baik, keluarkanlah zakat mal mu untuk berikan pada yang kurang mampu.
(4). Waspadai tipu daya Setan.

“ Sesungguhnya setan itu telah putus asa untuk disembah oleh manusia di negeri ini. Tapi pada kenyataannya setan akan terus berusaha mengganggu kalian dengan cara yang lain. Setan akan merasa puas kalau kalian melakukan perbuatan yang tercela. Oleh karena itu hendaklah menjaga agama kalian dengan baik “ . Iblis/setan pernah berjanji akan mendatangi manusia dari arah mana saja untuk menggoda dan menjerumuskan. Rasulullah mengingatkan umatnya bahwa :
  1. Tipu daya setan membuat manusia menyekutukan Allah (musyrik) dan tidak lagi dapat membedakan pentunjuk yang benar dari Allah.
  2. Tipu daya setan akan menyesatkan manusia dalam perkara bid’ah, mereka menyangka mengikuti sunah tetapi sebenarnya hanyalah ibadah yang diada-adakan, tertukar membedakan bid’ah dan sunah.
  3. Tipu daya setan menjerumuskan manusia dalam dosa besar dan kecil, dikarenakan manusia masih sering mengikuti hawa nafsunya
  4. Tipu daya setan membuat manusia sibuk mengurusi perkara mubah sehingga menghalangi dari perkara ibadah wajib dan sunah.
  5. Tipu daya setan menjerumuskan manusia dengan menggunakan ibadah manusia, seperti manusia menyibukkan dengan amalan sunah tapi meninggalkan amalan wajib.

(5). Janganlah menjadi kafir sepeninggalanku, 

Mereka (orang2 kafir) dijaman Rasulullah senang mempermainkan waktu dan menjadikan halal sebagai haram (serta sebaliknya).

Sesungguhnya pengunduran bulan haram menambahkan kekafiran. Orang kafir disesatkan dengan itu, mereka menghalalkan pada suatu tahun dan mengharamkannya pada tahun lain. Mereka menghalalkan yang diharamkan dan mengharamkan yang dihalkan Allah. Sesungguhnya waktu terus berputar seperti kondisinya pada hari Allah menciptakan langit dan bumi, Sungguh bilangan bulan disisi Allah itu dua belas, empat diantaranya adalah bulan harom (suci). Tiga bulan diantaranya berturut turut (dzulqo’dah, dzulhijah,muharam) dan satunya bulan rajab“.

Tradisi orang kafir Jahiliyah adalah mengundurkan bulan harom dengan tujuan masih dapat memerangi umat muslim karena di bulan harom tidak diperkenankan berperang. Mereka juga memajukan bulan haji di bulan dibulan muharom untuk mendapatkan keuntungan dibulan harom. Janganlah kalian seperti orang kafir dijaman jahiliyah, membolak-balikan yang halal menjadi harom (sebaliknya).

(6). Perlakukan Istrimu dengan Baik dan Benar

“ Wahai segenap manusia takutlah kamu dalam memperlakukan wanita, karena kamu telah mengambil mereka sebagai istri dengan amanah dari Allah, dan kehormatan mereka telah dihalalkan bagi kamu dengan nama Allah. Sesungguhnya kamu memiliki kewajiban terhadap istri-istri kamu, dan istri-istri kamu memiliki kewajiban atas diri kamu. Kewajiban istrimu adalah mereka tidak boleh mengizinkan orang yang tidak kamu suka (tidak disukai suaminya) untuk masuk kedalam rumah suaminya. Apabila mereka (istrimu) melakukannya maka pukulah mereka dengan sesuatu yang tidak membahayakan, sedangkan kewajiban kamu kepada mereka yakni memberi nafkah dan pakaian yang baik."  

Rasulullah memerintahkan untuk memperlakukan wanita dengan baik. Perintah ini menghapus kedzaliman kepada wanita dimasa jahiliyah. Hal ini dikarenakan kedudukan wanita muslimah didalam islam memiliki kedudukan tertinggi dan sangat memberikan pengaruh dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Ketika kau telah mengambil wanita muslimah sebagai istrimu, saat itulah kau telah melakukan perjanjian suci (Mitsaqon Ghalidzha) bersama Rabb Mu didalam sebuah akad nikah. 

Dengan demikian istri memiliki hak yang harus dipenuhi suaminya (sebaliknya). Sehingga mengingatkan tentang kewajiban diantara keduanya yang merupakan amanah dalam pernikahan yang harus ditunaikan. Meskipun didalamnya menunaikannya ada sebuah kesenangan atau kesedihan, tetapi semua harus diperjuangkan karena ini adalah amanah untuk mendapatkan keluarga sakinah mawadah warahmah. Pemahaman ilmu dien dari keduanya memiliki peran penting untuk mewujudkan cita-cita tersebut. Ilmu adalah landasan utama untuk membangun sebuah keluarga yang islami. Menikah melengkapi setengah dari agamamu, karena di dalam berumah tangga banyak amalan yang dapat menjadikannya pahala. Ketahuilah para istri harus menjaga harta suaminya ketika suaminya tidak dirumah. Istripun tidak boleh memasukan laki-laki lain (non mahrom) tanpa ijin suaminya. Sekalipun mahrom istri harus meminta ijin untuk diperbolehkan, terkecuali ada pesan khusus tidak membukakan pintu.  

Apabila istri bersalah maka sebaiknya menyikapinya kesalahannya sebagaimana Allah berfirman, “ Apabila istrimu melakukan kesalahan dan perempuan yang kamu kawatirkan berlaku (nuzyuz) hendaklah memberikan nasehat kepadanya, dan tinggalkanlah mereka ditempat tidur (pisah ranjang), kalau perlu pukulah mereka, tetapi ketika mereka menaatimu janganlah kau mencari alasan untuk menyusahkannya. Sungguh Allah Maha Tinggi dan Maha Besar (QS 4: 34) “.

Islam mengijinkan suami menjahui istrinya dari tempat tidurnya, tetapi apabila persoalan tersebut dapat diselesaikan dengan nasihat dan arahan, suami tidak boleh meninggalkannya. Suami boleh memukul istrinya dengan sebab yang jelas dan tidak mengijinkan memukul untuk melampiaskan emosi dan dendamnya. Ketika memukul tidak boleh memukul bagian yang rawan (kepala, perut, wajah) dan tidak mengakibatkan cacat. Tujuan memukul istri memberikan pelajaran supaya tidak mengulangi kesalahan. Ketahuilah bahwa Allah telah memberikan nama bagi istri-istrimu yang membawa kepada peng-Esaan penciptaNya.
  •  Istrimu adalah tanah tempat mu bercocok tanam (QS 2:223). Maka Allah sebenarnya memerintahkan kepada laki-laki untuk pandai memilih pasangannya. Kalian harus memilih tanah yang baik untuk menumbuhkan tanaman, kemudian kalian harus memiliki ilmu yang baik untuk bercocok tanam dan pengairannya, kemudian setelahnya menunggu buahnya. Maka didiklah istrimu dengan sebaik-baiknya.
  • Istri adalah pakaian suami dan suami adalah pakaian istri (QS 2:187). Maka selayaknya suami istri harus saling menutupi aib-aib satu sama lain.
(7). Sembahlah Allah dan laksanakan sholat, puasa, zakat, tunaikan haji, taatilah pemimpin kalian niscaya kau akan masuk surga.

Wahai manusia, sesungguhnya tidak akan ada nabi lagi setelahku. Maka dari itu sembahlah Allah, tunaikanlah sholat, puasa, zakat dan haji, dan taatilah waliyul amri kalian, niscaya kalian akan masuk surga “. 

Dengan menyembah Allah merupakan bukti ketaatan kepada Allah dan bukti kitalah yang membutuhkan Allah. Sholat adalah tiang agama, syahadat sebagai pondasinya. Sebaiknya menjalankan solat fardhu secara berjamaah, dimasjid bagi laki-laki dan laksanakan solat sunah sebagai pelengkapnya. Puasa mengajarkan menahan hawa nafsu, rendah hati, mencintai sesama, hidup jujur, berserah diri dan tawakal, dan silahturahim. Mengeluarkan zakat adalah penghambaan kepada Allah dengan melibatkan unsur harta. Zakat hukumnya wajib dan diberikan kepada golongan tertentu dan jumlah tertentu. Sedangkan ibadah haji adalah ibadah yang melibatkan semua unsur seperti fisik/jasmani, materi, hati/rohani, maka diperlukan persiapan yang baik untuk menjadi haji mabrur. Bentuk amalan lainnya yang dapat dilakukan umat muslim yang melibatkan unsur harta mereka yang hukumnya sunah, yakni :
  • Infaq adalah sedekah berupa benda atau yang memiliki sesuatu yang memiliki nominal, dapat dilakukan oleh siapa saja sesuai dengan batas kemampuannya.
  • Sedekah adalah memberikan sejumlah barang atau kebaikan yang diberikan oleh siapa saja kepada seseorang, senyum bisa menjadi sedekah.
  • Wakaf adalah memberikan sejumlah uang, barang berharga, surat berharga, dan keahlian. Nilai aset wakaf tidak boleh dikurangi tetapi harus dikembalikan, agar manfaatnya dirasakan oleh sebanyak-banyaknya umat.
(8). Rasulullah meninggalkan warisan berupa kitabullah kepada Umatnya.

Wahai manusia camkanlah kata-kata ku ini, sesungguhnya aku telah menyampaikannya, aku tinggalkan sesuatu bagi kalian. Jika kamu berpegang teguh dengan apa yang aku tinggalkan itu maka kamu tidak akan tersesat selama-lamanya. Itulah kitab Allah (Al quran) dan As sunah (Al hadist)”.

Rasulullah mengharapkan umat muslim senantiasa berpegang teguh terhadap al quran dan as sunah, untuk menghadapi persoalan hidup. Sesungguhnya al quran sebagai petunjuk jalan yang lurus bagi orang bertaqwa dan orang yang berfikir, selain itu tidak ada keraguan didalamnya dikarenakan petunjuk yang paling benar dalam persoalan aqidah, amalan dan akhlaq. Selain itu al quran merupakan kitabullah terakhir yang bersumber dari Allah. Apabila umat ini berpegang teguh kepada kitabullah, dan taat kepada ulil amri (pemimpin) maka akan hidup mulia dan terhormat disegani bangsa lain. Tetapi apabila pemimpin tersebut menyimpang dari ajaran hukum Allah tidak ada kewajiban unntuk ditaati. Ketika umat meninggalkan kitabullah dan berpecah belah, akan mempermudah musuh melakukan perlawanan.

(9). Persamaan & Kedudukan seorang Muslim

Kaum muslimin memiliki persamaan derajat status sosial tapi yang membedakan adalah keimanan dan ketaqwaannya , serta kedudukan seorang muslim yang merupakan saudara bagi muslim lainnya.

“ Wahai manusia sesungguhnya Rabb kalian adalah satu dan ayah kalian satu, kalian adalah keturunan dari Adam dan Hawa. Ketahuilah bahwa yang paling mulia diantara kalian disisi Allah adalah yang paling bertaqwa. Bahwa setiap muslim itu adalah saudara bagi muslim lainnya. Semua kaum muslimin itu bersaudara. Tidak diperkenankan mengambil sesuatu milik saudaranya kecuali dengan restu yang telah diberikan saudaranya dengan senang hati dan janganlah kamu menganiaya diri kamu sendiri”.

Persamaan derajat umat muslim dari segi harkat dan martabatnya dihadapan Allah adalah sama tetapi yang membedakan mereka adalah taqwa. Allah menciptakan manusia dari pasangan laki-laki dan perempuan. Proses penciptaan manusia yang sama inilah yang menyebabkan pada dasarnya semua manusia sama, tidak ada diskriminasi. Tetapi ketika syariat islam memberikan hak dan kewajiban kepada laki-laki dan perempuan, maka hak dan kewajiban itulah yang memberikan kebaikan kepada keduanya. Terkait hak dan kewajiban, maka islam bertumpu pada keadilan bukan prinsip persamaan. Rasulullah memberlakukan pembebanan syar’i terhadap hak dan kewajiban laki-laki dan perempuan akan sama apabila terkait sisi kemanusiaan, tetapi ketika pembebanan syar’i berkaitan dengan jenis kelamin maka hak dan kewajinan keduanya akan berbeda. Allah membedakan laki-laki dan wanita pada sebagian perkara dan memerintahkan masing masing menerima keistimewaan hukum-hukum Allah. Hukum ini semata untuk membatasi kapasitasnya sebagai wanita dan sebagai laki-laki. Dalam islam tidak seorangpun bahkan penguasa penguasa sekalipun, ia tidak memiliki hak istimewa dihadapan hukum-hukum Allah, karena syariat islam tidak mengenal kekebalan hukum.

Seorang muslim harus dapat menempatkan dirinya dengan baik sehingga ia merupakan saudara dari muslim lainnya, sehingga :
  1. Mereka saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi seumpama tubuh. Jika satu tubuh sakit maka tubuh lainnya akan merasakannya.
  2. Mereka akan seperti cermin bagi saudaranya, jika ia melihat aib saudaranya dia akan menutupinya dan membaikannya.
  3. Mereka akan seperti pohon kurma, mereka akan memberikan manfaat satu sama lain. Seorang mukmin.
  4. Mereka akan seperti bangunan yang saling menguatkan.
  5. Mereka tidak akan saling menghambil hak yang bukan milikinya.

(6). Mempertanggung Jawabkan Perbuatan kalian di hari akhir

Pada hari akhir, kalian akan ditanya tentang amal kalian.

“ Sesungguhnya kalian akan menemui Allah, kalian dan Allah akan bertanya tentang amal perbuatan kalian’”. Allah akan menegakkan timbangan yang adil di hari kiamat sehingga tak seorangpun dirugikan, walaupun amalan itu seberat biji sawipun pasti akan mendatangkan pahala. Amalan yang dihisap pertama kali adalah solat, sebelum amalan yang lainnya. Selain itu Allah akan bertanya kepada kalian 5 perkara yakni, (1) umur, (2) masa muda, (3) ilmu, (4) harta didapatkan dari mana dan (5) harta kalian untuk apa.


Rasulullah telah menyampaikan Risallah Allah kepada kaumnya 

Dengan demikian amanah telah tersampaikan, bumi jazirah arab telah penuh dengan kalimat tauhid baik secara lisan dan hati. Saat berkutbah haji wada disetiap sesi, Rasulullah selalu mengatakan disetiap akhir kutbahnya, Ya Allah telah kusampaikan Risalallah dari Mu ”. 

Setelah kutbah terakhirnya di haji wada pada hari ru’us yang merupakan pertengahan hari tasyrik (12 Dzulhijah), Rasulullah mengambil persaksiaan dari seluruh yang hadir bahwa dirinya telah menyampaikan seluruh amanah dari Allah, demi untuk menenangkan hatinya. Lalu Rasulullah bertanya “ sesungguhnya nanti kalian oleh Allah akan ditanya tentang aku, maka apakah yang hendak kalian katakan ? “ Saat itu beliau ingin mengetahui jawaban dari umatnya ketik Allah bertanya tentang dirinya. Dengan serempak mereka menjawab “kami telah bersaksi bahwa engkau telah menyampaikan, menunaikan dan memberi nasehat kepada kami “. Akhirnya beliau mengankat tangannya kearah langit dan mengatakan “ Allahuma Fashad (Ya Allah saksikan lah) “, Rasulullah mengulangnya hingga tiga kali (7).

Segala puji bagi Allah, hanya kepadaNya kita memohon pertolongan dan ampunanNya. Kami memujiNya dengan pujian terbaik, Allahu Akbar, Allah Maha Besar. Barang siapa yang telah diberikan hidayah oleh Allah, maka tidak ada seorangpun yang mampu menyesatkan. Tetapi barang siapa yang disesatkan, maka tidak ada seorangpun yang mampu memberikan hidayah. “Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah”. Wasiat Rasulullah di haji wada ini saya jadikan sebagai Surat Cinta Rasulullah sebagai bekal untuk melangkah menjalani kehidupan yang lebih baik. Setelahnya kita dapat menyimpulkan bahwa kecintaan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam kepada umatnya, membuat beliau memberikan teladan yang terbaik. Maka berbekal kesimpulan ini saya berpendapat bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sangat tepat untuk dijadikan sebagai uswah hasanah dalam seluruh sisi kehidupan manusia. Saya berharap tulisan ini dapat menjadi tongkat estafet menyampaikan wasiat Rasulullah saat berkutbah di haji wada. Sehingga ketika kelak Allah menanyakan kepada kalian tentang Rasululullah kalian dapat bersaksi untuk menjawabnya. Tidaklah menjadi alasan bahwa dosa kecil dan besar yang dilakukan selama ini hingga ajal menjemput nanti, dikarenakan kalian tidak pernah tahu apa yang telah Rasulullah wasiatkan kepada kalian sebagai umatnya. Janganlah kalian abai dengan apa yang telah Rasulullah sampaikan. Bersegeralah bertobat karena Allah Maha pemberi taubat. Ketahuilah bahwa Rasulullah menunggu kita dipintu surga. Rasulullah bersabda, “ Aku menunggu kalian di Al Haudh, ditampakan dihadapanku beberapa diantara kalian. Ketika aku mengambil minuman dari telaga, mereka dijauhkan dariku. Aku lantas bertanya “wahai Rabb ku mereka adalah umatku “, Lalu Allah berfirman, “Engkau sebenarnya tidak mengetahui bid’ah yang telah mereka buat sesudahmu “ (15). Beberapa riwayat lain menuliskan “ Wahai Rabb ku, mereka adalah pengikutku. Lalu Allah berfirman, “Sebenarnya Engaku tidak mengetahui bahwa mereka telah menggantikan ajaranmu setelahmu”, kemudian Rasulullah berkata “celakalah mereka yang menggantikan ajaranku sesudahku “ (16). Insyaa allah Rasulullah telah mendapatkan balasan terbaik dari Allah atas semua jerih payah beliau untuk umatnya. Sebagai penutup marilah kita membacakan salawat kepada Rasulullah. 

(1) Allaahumma Shalli ‘Alaa Sayyidinaa Muhammad Wa ‘Alaa aali Syyidinaa Muhammad, (2) Kama shallaita ‘Alaa Sayyidinna Ibrahim Wa ‘Alaa aali Sayyidinaa Ibrahim, (3) Wa baarik ‘Alla Sayyidinaa Muhammad Wa ‘Alla aalii Sayyidina Muhammad, (4) Kama baarakta ‘Alaa Sayyidinna Ibrahim Wa ‘Alaa aali Sayyidinaa Ibrahim, (5) Fil ‘Aalamiina Innaka Hamiidummajid “




Daftar Pustaka :
  •  Sirah Nabawiyah – Ibnu Ishaq – Ibnu Hisyam, 2018,  Akbar Media
  • The Great story of Muhammad – Ahmad Hatta, 2011, Maghfirah Pustaka
  • Sirah Nabawiyah – Syaikh Shafiyyurrahman Al Mubarakfury, 2008, Pustaka Al Kautsar
  • Sirah  Nabawiyah    Dr.Muhammad  Sa’id  Ramadhan  Al  Buthy,  1999, Robbani Press
  • Ar Rahiqul Mahtum Sirah nabawiyah - Syeikh Mubarakfuri, 2016, Insan Kamil
Footnotes : 
  1. Terjemahan Surah Al Ahzab : 21
  2. Sirah Nabawiyah – Ibnu Ishaq – Ibnu Hisyam, 2018, Akbar Media
  3. The Great Story Of Muhammad - Ahmad Hatta, 2011, Maghrifah Pustaka
  4. Sirah Nabawiyah – Syaikh Shafiyyurrahman Al Mubarakfury, 2008, Pustaka Al Kautsar
  5. Terjemahan Surah An Nashr ayat 1-3
  6. Hadist Imam Ahmad  – Sahih Muslim no 22052
  7. Sirah Nabawiyah – Dr.Muhammad Sa’id Ramadhan Al Buthy, 1999, Robbani Press
  8. Terjemahan Surah At Taubah ayat 28
  9. Sirah Nabawiyah – Ibnu Ishaq – Ibnu Hisyam, 2018, Akbar Media
  10. Terjemahan Surah At Taubah ayat 3
  11. HR.Bukhari no 1524 dan Muslim no 1181
  12. HR.Abu Daud no 1739
  13. Ar Rahiqul Mahtum Sirah nabawiyah - Syeikh Mubarakfuri, 2016, Insan Kamil
  14. Terjemahan Surah Al Maidah ayat 3
  15. HR. Bukhari  no 7049
  16. HR. Bukhari no 7051

Artikel ini diikut sertakan dalam lomba menulis Sirah Nabawiyah yang diselenggarakan oleh Sirah Comunity Indonesia 



 






















Tidak ada komentar:

Posting Komentar