Pengikut

Jumat, 06 Juli 2018

Puasa Ramadhan adalah Refleksi Diri bagi kaum Muslimin

Kajian sebelumnya (klik disini)

Kajian kali ini dapat dilihat pada link Youtoube (klik disini)

Janji Rasulullah terkait ibalan bagi orang2 yang berpuasa dengan benar 

  • Ramadhan sebagai titik balik perubahan kaum muslimin ke arah yang lebih baik dari sebelumnya. 
  • Ramadhan untuk membentuk diri kita dan mengembalikan kita ke fitrahnya (sesuai petunjuk Allah) sehingga kita dapat menjadi pemenang yang layak menyandang sebutan sebagai orang yang dibebaskan dari ancaman api neraka dan dosa dosa kita diampuni. 
  • Orang orang yang berpuasa di bulan ramadhan akan mendapatkan keutaman/anugrah dari Lailatul Qodar. 
Insyaa allah kita selalu dipertemukan dengan bulan Ramadhan berikutnya. 

Kajian kali ini akan menyampaikan Mengevaluasi Hasil yang kita peroleh selama bulan Ramadhan. Ramadhan adalah anugrah terindah yang Allah berikan kepada hambaNya, dan merupakan kesempatan dan peluang yang sangat mahal. Ketika kita berbicara tentang Ramadhan sebenarnya kita sedang membicarakan tentang waktu, bagaimana Allah memberikan semua ini sebagai modal awal yang sangat mahal. 

Ramadhan adalah satu bulan dari dua belas bulan yang ada (syarul Ramadhan) Tekanan yang diberikan Allah terkait dengan kewajiban puasa di bulan Ramadhan juga terkait masalah waktu. Ramadahan adalah satu bulan ang istimewa. 

Ada satu bulan dalam satu tahun (bulan Ramadhan), dimana : 
  • Allah mewajibkan kita berpuasa penuh satu bulan. 
  • Allah membuka pintu surga, menutup pintu neraka, membelenggu setan 
  • Allah memberikan peluang kepada kita untuk bertarung dengan nafsu yang kita miliki (tanpa adanya intervensi dari setan) 
Sehingga apabila ada yang gagal dibulan Ramadhan ini, berarti mereka masih gagal karena dibelenggu oleh nafsunya. Serta yang merasa masih sangat berat memanfaatkan memontum ramadhan ini, berati ia masih sangat kuat diarahkan/dikenalikan nafsunya. Setan akan terus menggoda manusia untuk menyimpangkan dari ajaran Allah. Sisi nafsu manusia itu liar, yang membuat setan itu menjadi banyak istirahatnya. Karena nafsu manusia sendiri melebihi prilaku setan. 

Umur Manusia 

Berbicara tentang waktu, maka juga yang tidak bisa terlepas dari umur manusia. (waktu adalah umur dalam bahasa arab). Umur bukanlah hanya satuan hari, minggu tahun saja. Inti dari umur adalah imarah (bangunan, atau berasal dari kata memakmurkan) atau dalam bahasa arabnya berasal dari kata umran (yang merupakan bahasa klasik yang berarti peradaban) Umur berati kehidupan kita akan berati jika diisi dengan sesuatu yang membangun dengan karya dan kontribusi. Apabila manusia melewati masa masa hidupnya dengan tanpa karya dan kontribusi, sebenarnya ia sedang tidak menjalani sisa umurnya. 

Jika kita ingin mengetahui seberapa bobot umur kita, maka kita perlu bertanya kepada diri kita "karya besar apa yang telah kita perbuat/telah lakukan dalam kehidupan kita" (karya yang bisa menjadi amanah dari Allah), sebagai mana yang terungkap dalam lisan/dakwah dari para nabi. ketika mengingatkan tentang hakekat Manusia, para nabi mengatakan " Allah telah menciptakan kalian dari tanah, dan dengan itu Allah meminta kalian untuk memakmurkan tanah/bumi". Ada korelasi yang erat disini. 

Berbicara tentang Ramadhan berarti berbicara tentang waktu, karena tidak ada yang kita bisa dapatkan diluar bulan Ramadhan karena keterkaitan dengan waktu.  

Ajal Manusia 

Ketika berbicara usia maka ada ajal, ketika ajal itu tiba maka tidak ada peluang kita untuk mengkoreksi dan tidak ada kesempatan buat kita untuk menunda atau mempercepat waktunya. Kita tidak punya tawar menawar. Kita tidak pernah tahu kapan waktunya ajal menjemput. Yang dapat kita ketahui hanyalah ketika kita memiliki peluang untuk berkontribusi maka lakukanlah, karena waktu yang kita miliki tidak akan pernah dapat kita tarik mundur. 

Wahai manusia sadarlah hakekat dirimu itu sebenarnya apa ? Hari demi hari, maka itungan hidupmu adalah hari ke hari. Peluang yang kamu miliki adalah hari. Setiap ada peluang berganti hari saat matahari terbit, sebenarnya adalah peluang yang manusia miliki untuk berbuat baik dan hari lalu dimana matahari sudah tenggelam kamu tidak akan pernah bisa merubahnya. Begitulah setiap harinya

Penyair turki, perjalanan waktu kehidupan manusia adalah menit dan detik, tidak lebih dari itu. Maka seharusnya tidak ada perkataan untuk mendunda pencapaian yang akan kita lakukan. Kita tidak pernah tahu kapan waktu itu berakhir yang kita tahu ada ajal yang akan membatasi semua itu 


Ramadhan mengembalikan kita ketitik awal 

Ramadhan membersihkan kita dari noda dosa, yang membuat kita menyimpang dari fitrah) dan dikembalikan ketitik fitrah/bersih itu, diperkuat dengan al quran dan agar kita memberikan peran (peran yang lahir dari sebuah kesadaran bukan dari tuntutan dari siapapun) meskipun ada sebuah tuntutan/nantinya kita dituntut untuk berperan, tapi kita telah memiliki kesadaran yang sangat mendalam/mendasar dan menjadi bagian dari jati diri kita bahwa (1) seorang mukmin sudah selayaknya berkarya/menghasilkan karya, (2) setiap muslim melakukan imarah (istimar) dan membangun umron, disinilah hakekat umurnya.   

Ramadhan harus dapat menarik kita kembali ke titik awal dan menyadari sepenuhnya akan hakikat usia yang kita miliki. Jadi siapa kita adalah apa yang kita bangun (karya yang kita miliki atau kita ciptakan) 

Ketika Ramadhan berlalu meninggalkan kita 

Begitu juga dengan Ketika Ramadhan berlalu, maka kebaikan yang Allah berikan selama bulan Ramadhan tidak akan ada dibulan bulan sebelum dan sesudah Ramadhan. Pasti sangat berbeda, karena bobot berbuat baik ketika dibulan Ramadhan berbeda ketika berbuat baik diluar bulan Ramadhan,sebagaimana hakikat umur. 

  • Kita disadarkan dengan adanya Ramadhan bahwa yang seorang mukmin sadar bahwa yang dimilikinya adalah umur/imarah (dari kata umron) tanpa semua itu kita hanya numpang lewat dikehidupan ini, kita hanya ada dipinggiran percaturan peradaban/sejarah. Kita tidak akan menciptakan sejarah (dalam arti positif) sejarah akan melupakan kita karena kita tidak menghasilkan karya. Sejarah akan mencatat orang orang yang memiliki karya dan biasanya sejarah selektif (mencatat karya besar) maka kita harus mengupayakan pada diri kita bahwa karya yang kita berikan adalah karya yang besar. 
  • Ramadhan memberikan pelajaran bahwa kita harus berfikir secara strategis dan punya skala prioritas (mana yang akan memberikan dampak yang baik dan lebih besar, mana yang memberikan kontribusi yang lebih besar, mana yang memberikan pahala yang lebih besar itulah yang harus diutamakan) karena keterbatasan waktu dan tenaga yang manusia miliki. Setelah Ramadhan kurangilah kegiatan yang tidak berguna. 

Jangan pernah berlama lama berada dalam kondisi Mubahat 
  • Allah memberikan peluang pada hal yang disebut mubah (mubah bukanlah hukum, hukum artinya tuntutan dikerjakan/ditinggalkan, mubah pada dasarnya tidak dituntut dan diminta) Tabiat manusia membutuhkan yang mubahat/kelonggaran. Manusia membutuhkan sesuatu yang tidak dalam kondisi tertuntut. Tapi manusia membutuhkan yang mubahat sebagai kondisi peralihan dari tuntutan, jangan tenggelam pada mubahat. Manusia hanya boleh berada pada hal yang diperbolehkan. Ketika kita enggan beranjak dari kondisi mubahat (zona nyama) maka kita sebenarnya sedang membebankan kondisi yang sangat besar pada generasi penerus

Ketika Allah menurunkan ayat tentang kewajiban Puasa. 

Surah Al Baqarah 183 

Maka ketika Allah menurunkan ayat tentang kewajiban berpuasa, maka puasa menjadi suatu amalan, puasa menjadi suatu ritual ibadah, sebagaimana definisi puasa menahan diri dari suatu yang membatalkan, menjaga diri dari sesuatu hal yang mengurangi nilai dari ibadah puasa (ia tidak akan mendapatkan sesuatu apapun kecuali haus dan lapar, dimana puasanya syah tapi tidak mendapatkan pahala) Kita harus dapat menahan diri dari hal hal yang mengurangi nilai ibadah

Puasa dalam arti ritual, didalamnya akan ada keberkahan dalam berpuasa, qiyamulail, ada tilawah quran, dll. Target pencapaian puasa adalah "la alakum tataqun (agar supaya kamu bertaqwa)" Kewajiban puasa telah ditatapkan atas kalian, sebagaimana telah ditetapkan kewajiban sebagaimana orang orang sebelum kalian agar kmu bertaqwa (ini adalah tujuan dari pelaksanaan puasa) 

Taqwa berasal dari kata wiqoyah (prefensi/kekuatan atau daya tahan) Taqwa itu dasar katanya adalah "daya tahan" (imunitas) Orang yang kuat bertahan adalah orang yang memiliki imunitas baik. Taqwa adalah imunitas yang paling tinggi, dimana imunitas fisik/tubuh adalah bagian dari taqwa. Puasa itu kita ketahui akan menyehatkan (orang mau cek fisik di RS disuruh puasa) Pada tubuh manusia memiliki beberapa aspek yang mempengaruhi yakni aspek fisik, pikiran, emosi, keyakinan/ruh. Saat ini banyak yang kurang sensitif pada imunitas jiwa/ruh/pemikiran dan menganggap enteng, ketika pemikiran kita minim, imunitas ruh kita minim bukan hanya kehancuran diri di dunia tapi kehidupan akhirat pun akan melayang. Kehidupan di dunia hanya sementara, kehidupan yang abadi di akhirat (maka kita harus berupaya memiliki kehidupan yang baik di akhirat) 

Imunitas fisik dibutuhkan untuk sebagai bekal kehidupan di akhirat (hidup akhirat yang baik karena hidup yang kekal), imunitas fisik kita baik maka kita akan lebih mudah dalam beribadah. 

Ayat tentang puasa ini ditutup dengan Al Baqarah ayat 185, 

"Bulan Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al quran, sebagai petunjuk manusia, dan penjelasan mengenai petunjuk itu, dan sebagai pembeda antara haq dan batil. Dan barang siapa diantara kamu hadir dibulan itu, maka hendaklah berpuasa pada bulan itu. Dan barang siapa sedang sakit dan dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka wajiblah ia berpuasa sebanyak hari yang ditinggalkannya pada hari lain. Allah mengendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengangungkan Allah atas petunjukNya supaya kamu bersyukur"

Ini menjukan sifat dasar Allah terkait dengan syariatnya. Bahwa dien/menghamba kepada Allah itu tidak menyulitkan (mudah) Tentu kita harus membangun toolsnya (menjadi pribadi yang baik, benar, dan taat) sehingga taat kepada Allah itu mudah. Allah menghendaki sesuatu yang mudah/Maha memudahkan.

Evaluasinya, ketika muslimin (orang-orang yang mengaku beragama) merasakan sesuatu sulit/berat berarti kita belum mengetahui syarat untuk mendapatkan kemudahan itu. Untuk menjalankan ketaatan kepada Allah harus menggunakan pengantar, seperti ketika menginginkan solat kita diterima Allah, bacaannya benar harus wudhu dan membaca al fatihah (syarat syah solat). Beragama  bukan hanya  sekedar ritual, tapi bergama harus dalam berbagai bidang (beragama dalam politik,ekonomi, sosial, dll) semua itu mudah dan ini harus diupayakan. 

Ini adalah akhir dari target Ramadhan maka sempurnakan satu bulan, dan ditutup dengan takbir (perkataan Allah Maha Besar) dari tantangan yang kita hadapi tidak ada yang lebih besar dari kekuasaan Allah Yang Maha Besar

Allah menutup firmannya Al baqarah ayat 185,  "agar kamu bersyukur" 

Kewajiban puasanya jalankan untuk menjadi orang yang bertaqwa dengan membangun imunitas, untuk mencapai aspek2 atau nilai dalam berpuasa, sehingga kamu menyadari bahwa dirimu itu kecil dihadapan Allah, musuhmu kecil, persoalanmu kecil dibanding Rahmat Allah. Ketika kita dapat menyadari kasih sayang Allah yang begitu besar, nikmat Allah yang begitu besar, mengingatkan kita untuk lebih banyak bersyukur dan menjadi hamba yang selalu bahagia. Orang bersyukur akan merasakan kebahagiaan yang memicu hormon hormon positif untuk imunitas fisik, dan dapat menata kehidupan dengan jauh lebih baik dan optimis. Jika setelah Ramadhan kita tidak menjadikan kita pribadi yang bersyukur maka ada yang salah dengan Ramadhan kita, ada yang harus kita perbaiki u/ menyambut Ramadhan ditahun akan datang


Sikap abai dari banyak orang yang mengabaikan imunitas ruh/pikiran

Secara fisik akan selektif untuk mengkonsumsi apa (memilih memilah makan/minum atau yang dikonsumsinya) bahkan ia akan menambah suplemen supaya terbangun daya tahan, tapi dia abai akan apa yang dikonsumsi ruhnya/hatinya/pikirannya (tidak peduli apa yang masuk adalah racun bagi dirinya dan memberatkan perhitungannya disisi Allah) Jangan kamu menganggap itu sepele tapi disisi Allah itu sangatlah berat  

Karena kejahilan kita maka membiarkan apa yang masuk kedalam pemikiran, hati dan ruh kita adalah sesuatu yang merusak (menerima pemikiran liberal, atau menerima pemikiran orang kafir dengan kekufurannya, dll) ini sangat bahaya. 

Rasulullah juga mengingatkan dengan sangat jelas, ketika seseorang tidak peduli dengan kalimat yang keluar dari mulutnya atau perbuatan yang dilakukannya. Mereka tidak peduli sedikitpun dan menganggab semua ringan. Tetapi Allah menghitung balasan dari perbuatannya sehingga pantas mereka dijerumuskan kedalam api neraka (mencapai dasar api neraka 70 musim / 70 tahun padahal diakibatkan dari perkataan yang keluar dari mulutnya) 

Ketika kita tidak membangun imunitas untuk ruh/akidah/pemikiran kita maka kita akan mudah terjerumus. 


Meningkatkan Imunitas Ruh/Aqidah/Pemikiran 

Korelasinya saat Ramadhan, yakni saat kita iktikaf, dimana iktikaf initinya membatasi fisik (tidak boleh keluar dari area masjid, fisik kita terbatas dengan area tetapi pikiran kita tidak boleh terbatas, harus lepas meluas) Kalau kita perbaiki asupan yang akan dimasukan dalam ruh/pemikiran/aqidah, maka akan berdampak luas bagi kehidupan. Ketika kita membangun imunitas ruh/aqidah/pemikiran secara komprehensif akan menjadi manusia yang bertaqwa  

Karena dasar dari taqwa adalah terbentuknya wiqoyah (Dasar taqwa membangun imunitas). Sehingga dengan imunitas itu dapat meningkatkan ketaqwaan kita pada Allah, Maka pemahannya taqwa itu "engkau akan membangun benteng yang akan menghalangi dirimu dengan azab Allah" 

Herarki taqwa adalah, iman, ihsan, islam. Dari islam, beriman, berikhsan, dan bertaqwa (sesuatu yang tidak bisa dipisahkan). Perlu dipahami bagaimana berislam, beriman, berikhsan dan bertaqwa (Buku dari DR Hamid Khamidar kasi) 

Kita harus evaluasi bagaimana memposisikan ilmu, bagaimana beradab terhadap guru yang mengajarkan ilmu, bagaimana kita harus berinteraksi dengan al quran, bagaimana menanfaatkan harta yang dimiliki, dll 

Puasa kita belum optimal apabila kita belum bisa mencapai target taqwa



Tidak ada komentar:

Posting Komentar