Ustad Asep Asobari
INSISTS , 28 Agustus 2017
Tokoh-tokoh peradapan Islam, sepatutnya kita kenal (mereka adalah sosok yang sebenarnya sangat berjasa). Generasi Tabi'in dan setelahnya jarang untuk dibahas. Kita sangat berhutang budi terhadap mereka semua. Maka dengan kajian ini diharapkan kita mengenal mereka dan mengambil hikmah dari peristiwa dan kontribusi mereka di zamannya masing-masing.
Tokoh tokoh peradapan Islam yang akan dikenalkan adalah orang-orang yang berjasa terhadap agama islam, sehingga agam ini bisa sampai semurni murninya dan sebaik baiknya kepada kita saat ini. Sehingga kita seakan akan dapat merasakan Rasulullah melakukan ini dan itu dihadapan kita karena mereka.
Tujuan Kajian :
- Mengernal lebih dalam sosok mereka
- Mengetahui kontribusi apa yang diberikan mereka terhadap permasalahan yang terjadi di zamannya masing-masing,
Ini adalah sisi menarik yang harus kita ketahui, kita sering berfikir untuk bergerak diluar konteks jaman kita. Saat ini yang terjadi ketidak sinambungan antara gambaran terhadap permasalahan kita dan bagaimana bentuk penyelesaian dari masalah yang kita hadapi, apa yang akan kita lakukan untuk memberikan kontribusi terhadap masalah tersebut. Bisa jadi malah apa yang kita lakukan , apa yang kita sampaikan apa yang kita bicarakan akan memperkeruh permasalahan yang ada. Sehingga kita tidak pernah intens memberikan solusi terhadap permasalahan permasalahan itu sekarang.
Hal tersebut sangat berbeda sekali dari masa ke masa. Para Ulama dari masa kemasa dengan pergerakannya, mereka selalu berupaya untuk memberikan pemikiran dalam upaya untuk menyelesaikan permasalahan terlepas dari masalahnya teratasi atau tidak. Ulama dan pergerakanya pada 4-5 Hijriah, dimana saat itu kelemahan Abasiyah dimanfaatkan oleh romawi dan syiah dimesir untuk masuk ke bagdad (itu dibendung) sehingga lahirnya gerakan politik bani saljuk, gerakan ke ilmuan mizoniah.
Tokoh-tokoh yang akan dibahas adalah Tokoh yang memiliki kontribusi Ketokohannya sangat besar, catatan dokumentasi tentang kehidupan mereka panjang dan luas cakupannya. Jika kita cari di literature akan mudah didapatkan.
Profil Biografi
- Nama : Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir Al-Ghalib Ath Thabari
- Pada zamannya jika disebut dengan namanya seperti kurang beradab, maka disebut dengan kun-yah nya. Menyebut Rasulullah dengan nama Abdul kasim (kun-yah Rasulullah). Kun-yah (nama panggilan kehormatan yang biasanya menyematkan nama anaknya, tapi tidak selamanya nama kun-yah menyematkan nama anaknya). Nama Kun-yah adalah Abu Ja'far, padahal diketahui sampai akhir hayatnya di usia 86 tahun beliau belum menikah. Dirinya lebih memuliakan ilmu dari pada menikah. Ulama membujang dimana mereka lebih mengutamakan ilmu dari pada menikah. Mengapa beliau sampai dia tidak menikah saat itu ? (Imam namawi juga belum menikah). Kalau kita baca dari testimoni murid-muridnya dapat kita ambil kesimpulan mengapa Ibnu Jarir tidak menikah karena beliau menganggap kehidupannya lebih indah berilmu dari pada menikah, kenikmat meniha jelas ada tapi kenikmatan menuntut ilmu jauh diatas kenikmatan menikah bagi Ibnu Jarir. (Tidak ada dorongan yang kuat untuk menikah karena dirinya lebih mencintai ilmu) Ini adalah perioritas beliau yang tidak bisa disamakan dengan lainnya. Hidupnya didedikasikan untuk Ilmu, sampai akhir hanyatnya (meninggal) disamping dirinya terdapat buku dan catatan tertulis disampingnya.
- Beliau dilahirkan di Amul Thabaristan (sebelah selatan Laut Kaspia-wilayah persia), pada tahun 224 H (dijaman iman ahmad tetapi masih mengalami masa imam bukhori setelah iman syafii wafat). Ayah beliau adalah ulama juga. Ibnu Jarir mempelajari syirah dan thariq dari ayahnya. Anak harus lebih soleh dari orang tuanya.
- Beliau wafat ditahun 310 H di baghdad (usia 86 tahun), padahal lahirnya di Thobaristan (sangat jauh sekali jarak kedua tempat tersebut). Ini menunjukan perjalanan hidupnya diwarnai dengan RIHLAH dari satu tempat ke tempat lainnya, tetapi masa tuanya memilih kembali ke Baghdad (usia 86 tahun). Inilah karakteristik para penuntut ilmu pada saat itu. Banyak tempat yang dikunjungi dan guru yang didatangi oleh Ibnu Jarir. Negara negara yang sering dikunjungi para penuntut ilmu seperti Iran, Iraq, Uzbekistan,Syam, Hijaz, Mesir, Baghdad. Ibnu Jarir baru keluar dari Thobaristan pada tahun 240 H untuk menuntut ilmu (diusia 16 tahun-86 tahun) sehingga ia memiliki 70an tahun lebih untuk menimba ilmu dan mengajarkan Ilmu
- Beliau adalah seorang sejarawan dan pemikir muslim dari Persia. Persia dulu dan persia sekarang beda. Persia dulu suni penuh dengan keilmuan hampir 1000 tahun lamanya, syiah datang di persia itu baru saja sekitar 400-500 tahun yang lalu. Bahkan sekarang ada yang mengatakan ulama besar islam itu kan berasal dari persia mereka adalah syiah (ini pemikiran yang salah). Pada masa tersebut banyak ulama islam yang bergelar Thobari didaerah Thobaristan, tapi inilah hebatnya ketika sekarang disebut Ibnu Athobari maka Tokoh Thobari yang mucul adalah Ibnu Jabir Ath Thobari, meskipun tokoh dan ilmuan dari Thobaristan itu banyak.
- Sifat Fisiknya adalah berkulit gelap bukan berarti hitam (merah kehitaman), bermata lebar, kurus tinggi, berambut hitam sampai akhir hayatnya ubannya sedikit. sangat fasih dalam berbahasa.
Momentum Hidup Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir Al-Ghalib
- Ayah Jarir Ath Thabari pernah bermimpi anaknya (Jarir Ath Thabari) berjumpa dengan Rasulullah, anaknya yang kecil itu berdiri disamping Rasulullah dan menggenggam sebuah batu yang siap dilempar. Mimpi ini diinformasikan ke ulama lain untuk di tafsirkan mimpinya (meskipun beliau sendiri adalah seorang ulama), Tafsir mimpi itu adalah " Anakmu besar kelak akan menjadi pembela Rasulullah akan menjadi pejuang yang menjaga syariat Rasulullah " Ini yang membuat ayahnya mempersiapkan semua kebutuhan Jarir Ath Thabari untuk pendidikannya dari sejak kecil. Biaya yang dianggarkan 20% dari penghasilan ayahnya saat itu (bercocok tanam), bahkan sampai ayahnya meninggal (umur ath thabari 16 tahun) maka lahan peninggalan ayahnya, hasil bumi lahan ayahnya (yang dikelola orang lain) yang dijual tetap untuk modal pendidikan ath thabari. Sebenernya Jarir Ath Thabari mengalami kesulitan hidup tapi ia menyambung kehidupan hanya untuk mencari ilmu. Beliau bekerjapun untuk memenuhi kehidupannya untuk bisa beli buku, dan terus membiayai dirinya untuk menuntut ilmu. Beliau juga sempat diangkat menjadi mentor anak mentri di baghdad, Mengajarnya Jarir ath thabari adalah untuk menyambung menyari ilmu. Gajinya kecil karena Jarir At Thabari menpersyaratkan ketika mengajar beliau menetapkan aturan dalam mengajarnya, yakni kapan waktunya mengajar, kapan waktunya beliau belajar, kapan waktunya untuk menulis, kapan waktunya istirahat, minta dibayar dimuka satu bulan. Ia mengajar jika uang yang dimiliki habis. Ketika Jari Ath Thabari susah, ia tidak pernah menunjukan kepada orang lain. Perlu diketahui sistem pengiriman uang/pos sudah ada di jaman umar bin khatab, yang kemudian diadopsi sampai sekarang, dimatangkan dijaman bani umayah, setiap jarak ditandai dengan batu (batu dimiringkan) al mail stone, kata mail dari situ.
- Jarir Ath Thabari memiliki style yang membuat dirinya dihormati dan disegani banyak orang, dia sosok yang rapi dan sangat memperhatikan penampilan. Baik cara makannya juga rapi dan beradab. Ketika makan ia menghentikan aktivitas lainnya dan obrolannya, hanya fokus dengan makanannya.
- Muhammad bin Jarir Ath Thabari memiliki kebiasaan baik yakni selesai Zuhur dia menulis hingga empat puluh halaman. Hal ini dilakukannya selama 40 tahun. Waktu Ashar dia bergegas menuju masjid untuk solat berjemaah kemudian mengkaji al-Qur'an. Lepas solat Maghrib, dia mengajar hingga menjelang Isya.
- Diceritakan, pernah al-Muktafi (khalifah) ingin menahan wakaf yang sudah disepakati oleh para ulama, lalu ia menghadirkan Ibnu Jarir untuk itu, lalu ia mendiktekan sebuah kitab berkenaan dengan itu. Setelah itu, ia diberi hadiah namun ditolaknya. Lantas ada yang mengatakan kepadanya, “Harus diambil untuk memenuhi kebutuhanmu.” Lalu ia berkata, “Mintalah kepada Amirul Mukminin agar melarang meminta-minta pada hari Jum’at.” Lalu Amirul Mukminin pun melakukannya. Demikian pula, pernah seorang menteri memintanya agar mengarang sebuah buku tentang fiqih, lalu ia pun mengarang untuknya sebuah buku, lalu ia diberi uang sejumlah 1000 dinar namun ditolaknya.
- Al-Maraghi meriwayatkan, “Tatkala al-Khaqani memangku jabatan menteri, ia memerintahkan agar memberikan kepada Abu Ja’far ath-Thabari uang yang banyak, namun ia tidak mau menerimanya. Lalu sang menteri menawarkan jabatan Qadhi kepadanya tetapi ia menolaknya, lalu menawarkan kepadanya jabatan ketua al-Mazhalim (semacam lembaga pengaduan atas tindakan zhalim), akan tetapi ia tetap menolaknya. Karena penolakannya itu, sahabat-sahahabatnya mencercanya seraya berkata, “Kamu dapat pahala menjalani jabatan ini, dapat menghidupkan sunnah.” Mereka pun mendesaknya agar menerima jabatan ‘prestisius’ itu. Mereka membawanya bersama mereka untuk menghadap guna menerima jabatan itu, namun mereka malah dihardiknya, seraya berkata, “Sungguh, aku sebelumnya mengira andai menerima jabatan itu, kalian justeru akan melarangku.” Perawi mengatakan, “Lalu kami pun berpaling darinya karena merasa malu.”
- Ath-Thabari tidak mau menerima jabatan karena takut mengalihkannya dari menuntut ilmu. Di samping alasan lainnya, yaitu bahwa ketika itu sudah menjadi kebiasaan ulama menjauhi kekuasaan.
Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir Al-Ghalib adalah :
- Ulama yang paling terkemuka di masanya diseluruh dunia. (apresiasi ini diberikan oleh para ulama yang hidup setelahnya), dimana mereka membandingkan dengan para ulama yang ada pada masa itu. Kreteria yang digunakan untuk menetapkan dari banyak hal, dan masalahnya Ibnu Ath Thobari banyak menguasai ilmu (multi disipliner). Beliau sebagai rujukan utama dalam Tafsir, Fiqih dan Tarikh. Karya-karyanya sangat mencengangkan.
- Ulama ahli tarikh dan sejarah hidup manusia, menguasai ilmu qira’ah dan bahasa arab.
- Ulama ahli tafsir yang mendapat julukan Marja'ul maraji' (induk para ahli tafsir). Sehingga setelahnya ulama tafsir selalu merujuk kepada Tafsir Ath Thabari. Beliau adalah pemimpin dalam ilmu tafsir. Tafsir Ibnu Katsir merujuk kepada Thafsir At Thabari.
- Ulama ahli hadist dan fiqih, selain sebagai mufassir juga seorang fuqaha. Kitab fiqhnya yakni berjudul Ikhtilaf al-Fuqaha (perbezaan pendapat para ulama).
- Ulama yang Mujtahid (mencurahkan segala kemampuannya yang dimiliki dengan sungguh-sungguh) hingga Mujtahid Muthlaq (mereka terbebas dari bertaqlid kepada mujtahid lain, baik dalam metode istinbat (ushul fiqh) maupun dalam furu’ (fikih hasil ijtihad). Mereka sendiri mempunyai metode istinbat, dan mereka sendirilah yang menerapkan metode instinbat itu dalam berijtihad untuk membentuk hukum fiqih.
- Ulama yang tsiqah (terpercaya), seorang yang benar, hafizh, ulama yang ma'ruf dan masyhur mengetahui qira'ah dan sejarah, dan ulama yang mempraktikkan kitab Allah ta'ala Al-Qur an dan sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
- Imam yang perkataannya dijadikan sandaran hukum, pendapat dan pengetahuannya sering dijadikan sebagai rujukan. Dia mampu menghafal Al-Qur an sekaligus qira'atnya (cara membacanya) dan mengetahui makna beserta hukum-hukum yang dikandungnya. Dia juga menguasai hadits-hadits dan jalur-jalur periwayatannya, mengerti hadist dan sanatnya, hukum hadist shohih, atau lemah, sehingga dia dapat memilah-milah mana yang termasuk hadits-hadits yang shahih dan mana yang tidak shahih, mana yang Nasikh dan mana yang mansukh. Imam Ath-Thabari juga mengetahui tentang atsar para shahabat dan peradaban manusia.
- Sejarawan Muslim yang menguasai banyak ilmu, yang tidak satu pun ulama di masanya seperti dia. Ia memulai perjalanan menjelajah bumi untuk menutut ilmu dan bertemu dengan para tokoh mulia, menyodorkan bacaan al-Qur annya kepada al-‘Abbas bin al-Walid pasca tahun 240 H. Pengembaraan Beliau menuntut ilmu bermula dari Madinah Munawwarah, kemudian ke Mesir, Rayy, Khuruasan, Iran, Baghdad, Iraq, untuk menemui Imam Ahmad bin Hanbal (Imam tersebut wafat sebelum ditemui Jarir bun Ath-Thabari). Lalu Al-Thabari meneruskan perjalanannnya ke Wasit dan Basrah untuk kuliah, setelahnya ke Kufah untuk mendalami ilmu hadits (Muhammad bin Humaid ar-Razi) sehingga berhasil menulis lebih dari 100 ribu hadits. Al-Thabari kembali ke Baghdad untuk belajar ilmu al-Quran dan fiqh, utamanya fiqh Imam Syafie (selama 10 tahun). Di Baghdad inilah karya-karya besarnya berjaya dimunculkan. Konsisten dan ketekunan al-Thabari akan ilmu membuahkan hasil yang hingga kini dimanfaatkan oleh dunia.
- Pakar dalam berbagai disiplin ilmu dan ia dikenal bermadzhab Syafi’i, beliau berdiri pada madzhab ahlus sunnah. Beliau bersikap tegas kepada sekte Syi’ah yang menghina dan mengakafirkan sahabat (Abu Bakar dan Umar radhiyallahu ‘anhuma) suatu ketika, terjadi perbincangan antara Ibnu Jarir dan Ibnu Shalih al-A’lam tentang ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu. Kemudian Ibnu Jarir bertanya kepada Ibnu Shalih al-A’lam, “Orang yang berkata Abu Bakar dan Umar bukanlah imam panutan dalam kebaikan, menurutmu, ia bagaimana?”. la menjawab, “Seorang ahli bid’ah”. Mendengar itu, Ibnu Jarir berkata untuk meluruskan jawaban tersebut, “Hanya disebut ahli bid’ah, hanya disebut ahli bid’ah. Orang itu dihukum bunuh”.
Ilmu itu harus memiliki kecerdasan dalam memahaminya. Ada 4 mahzab yang dikenal yakni Imam Hanafi, Maliki, Syafi'i, Hamdali, dan jika ada mahzab ke-5 adalah Zohiri (semasa dengan imam Ath Thobari).
Ada beberapa pendapat dari ulama besar tentang Ibnu Jarir Ath Thobari
- Al Khathib Al Baghdadi mengatakan bahwa " Ibnu Jarir Ath Thabari dijadikan rujukan dalam berpendapat, pengetahuan, keutamaan/kesolehan ahlaq, banyak menguasai disiplin ilmu yang tidak bisa disamai oleh siapapun dimasanya"
- Suraij mengatakan " Ibnu Jarir Ath Thabari adalah seorang fiqih terkemuka di dunia (Faqih Al a'lam)"
- Muhammad bin Ishaq bin Khuzimah (beliau keliling dunia, pada setiap daerah yang disinggahi beliau mencatat ulamanya siapa, keilmuannya apa, kejadiannya apa dirangkum dalam ensiklopedia geografi) mengatakan " aku tidak tahu dikolong langit, tidak ada orang yang lebih tinggi ilmunya dari Ibnu Jarir Ath Thabari.
- Yuqut Al Hamawi mengatakan "Abu Jafar Ath Thabari adalah muhaddist sekaligus faqih, Ilmu al qurannya hafith, ahli qiroat, sekaligus ahli tarikh, beliau sangat terkenal dan mansyhur"
- Khalikan (ulama bermahzab Syafi'i) mengatakan " Ibnu Jarir adalah penulis tafsir yang terkenal sebagai imam dalam banyak bidang keilmuaan, memiliki karya yang mengagumkan tetapi juga malihah (ada cita rasa yang khas) dalam berbagai bidang. Ini menunjukan ilmu beliau sangat luas (ulama mujtahid terkemuka) Tafsir ath Thabari memiliki ciri khas dan cita rasa tersendiri.
- Qifthi mengatakan " Ibnu Jarir adalah seorang ulama dan beliau adalah penyair puisi diatas rata-rata " Ibnu Thabari adalah seorang sastrawan juga. Isi puisinya adalah terkait dengan prinsip hidupnya. Sejak kecil dalam menuntut ilmu ayahnya selalu memberikan fasilitas yang memang sudah dipersiapakan.
- Adz-Dzahabi mengatakan " Ibnu Jarir Ath Thabari adalah imam besar terkemuka, mujtahid, ulama terbesar dimasanya, penulis karya hebat (badi'ah / hebat yang tiada mirip sebelumnya) disiplin Imu, kecerdasan , dan karyanya yang luar biasa tidak ada yang mengungguli di masanya. Imam dalam fiqih, ijma', Ikhtilaf (punya ciri khas)
- Tajuddin mengatakan "Ibnu Jarir seorang imam yang agung, mujtahid muthlaq (orang yang paling terkemuka di dunia dikarenakan ilmu dan amalannya
Diharapkan kita nantinya dapat mengadopsi produk produk pemikiran mereka dijamannya, seolah-olah itu semua adalah solusi permasalahan kita. Memahami metodologi yang mereka pergunakan ketika melakukan penyelesaian masalah. Pengkajian terhadap metodologinya yang dipergunakan saat itu apa masih bisa digunakan untuk melakukan penyelesaian saat ini. Jika masih bisa dipergunakan jika tidak bisa harus dipikirkan kembali. Jangan memaksakan jika tidak sesuai, apabila dipaksakan akan muncul permasalahan baru yang tidak mendapatkan penyelesaian jika kita bergantung kepada produk jadi shafuz sholeh.
Dalam hal ini Ath Thabari adalah jagonya, upaya yang dilakukan Ath Thabri yang belum dilakukan ulama sebelumnya adalah mengkompilasi pendapat para sahabat dalam menyelesaikan suatu masalah. Para sahabat adalah pelaku sejarah tapi kita melupakan, Pidato pidato umar bin khatab saat itu mengulas permasalahan saat itu. kalau saja kita mau peduli kita akan tahu bagaimana stategi perang, menghadapi musuh dan penyelesaian masalah yang terjadi (permasalahan ekonomi,administrasi pemerintahannya, bahkan tak jarang dalam pidatonya juga mengulas surat surat yang dikirimkan umar kepada gubernur nya, palingma perangnya.
Karya Jarir Ath Thabari
Puisi Jarir Ath Thabari berisi puisi nasehat, puisi yang mendalam tentang makna kehidupan, pesan al quran juga dimasukan dalam puisinya. Puisi Jarir Ath Thabari berkaitan dengan Prinsip Hidupnya, yakni :
- Menghabiskan umurnya untuk belajar dan mengajar
- Menuliskan Ilmu yang ia dapat ketika belajar
- Pantang menerima hadiah jika ia tidak bisa membalasnya dengan lebih baik, kalau ia merasa pemberian orang tidak dapat dibalasnya maka ia akan menolaknya.
- Ketika ia susah ia tidak ingin diketahui orang, tapi ketika ia berkecukupan maka ia tak lupa untuk berbagi
Jika aku sedang kesulitan keuangan maka tidak ada temanku yang tahu,
Jika aku dalam kondisi kecukupan sungguh temanku juga menjadi terkecukupan. Kebahagian mereka itu akan menjadi penjaga wajahku.
Ketika perjuanganku dan kesungguhanku sampai harus menderita ketika aku mencari ilmu itu adalah teman sejatiku.
Jika aku biarkan diri ini mau meminta atau mencari layaknya orang lain, maka untuk menjadi sekedar orang kaya itu akan terlalu mudah bagiku.
Ada dua yang sikap yang tidak akan pernah aku lakukan adalah kemewahan orang orang yang berkecukupan dan kenistaan orang miskin
Sadariku ketika kau berkecukupan jangalah engkau bermewah mewahan dan ketika kau miskin berkelilinglah dimuka bumi carilah rizqi
Ada sekitar 29 lebih karya Jarir Ath Thabari yang terkenal
Imam Jarir Ath Thabari berusaha mengikuti umar cuman belum menyelesaikannya karena beliau meninggal, yang dicetak hanya sekitar 4 jilid saja yang lainnya tidak tahu kemana (karya Ibnu Jarir hilang)
Adapun karya Jarir Ath Thabari yang terkenal, adalah :
- Jami Al Bayan fi Ta'wil Aay Al Quran
- Tarikh Al Umam wa Al Mulk
- Iktilaf ulama Al Mashar di Ahkam di Ahkam Syarai' Al Islam (Iktilaf Al Fuqaha). Kitab ini ada kisahnya. Pada masa Jarir Ath Thabari yakini akhir abad ke-3 yakni mahzab sudah berkembang dan imam mahzab sudah meninggal, sehingga iktilaf tentang mazhab tersebut sudah meruncing ini menjadi problem sosial (perhatian para penguasa/pemimpin). Lalu mereka berkumpul dan meminta para ulama yang berkompeten untuk menulis satu buku tentang fiqih yang dapat membuat masyarakat lepas dari permasalah khilafiah karena perbedaan mazhab itu. Abad ke-3 masuk abad ke-4 Ibnu Jarir Ath Thabari mengikuti syaimbara yang diadakan para pemimpin dimasanya. (ini tidak mudah). Maka iktilaf Fuqaha yang ditulis imam Jarir Ath Thabari bisa meredam dampak negatifnya dari permasalah khilafiah perbedaan mazhab. Sebenarnya permasalahan khilafiah itu biasa dan itu logis, tapi itu menjadi problem sosial ketika yang ikut berkecimpung disitu orang awam yang tidak paham, disitulah diperlukan pendekatan metodologis. Disitulah peran Jarir Ath Thabari. (tapi ini salah satu buku yang hilang) yang ada sekarang adalah buku turunannya. Dalam kepiawaiannya memenangkan syaimbara tersebut diberikanlah upah 1000 dinar, tapi ditolak malah beliau meminta disaat solat jumat ada pengemis yang berkeliling aku minta sebagai penguasa tidak ada pengemis dihari jumat. Pemerintah diharapkan memuliakan pengemis.
- Lahtif Al Qawl fi Ahkam Syarai' Al Islam (kitab induk mazhab Ath Tahabari). Kitab pegangan mazhabnya. Seharusnya kitab ini ada 100 jilid tapi belum selesai dan ada yang hilang tinggal 4 jilid yang ada di mekah.
- Tahdzib Al Arsar wa Tafshii ats Tsabit 'an Rasulillah min Al Akbar, ini adalah Arsar (perkataan) para sahabat dan Hadist Rasulullah, ini kitab yang sangat luar biasa.
- Adab Al Qudhah terkait masalah makamah hukum yakni bagaimana adab seorang hakim, kode etik hakim, cara menyelesaikan masalah peradilan,
- Adab An Nufus al Jayyidah wa Al Akhlaq Al Hamidah, masalah adab buku ini juga ada yang beberapa hilang
- Al Musnad Al Mujarrad
- Ar Radd 'Ala Dzi Al Asfar (perdebatan dengan Dawud Azh Zhahiri), didalam forum perdebatan, tetapi Jarir Ath Thabari malas untuk ribut maka ia menulis buku tersebut dan mengatakan bantahi buku ini jika anda berani. Pada saat perdebatan itu sebenarnya Jarir Ath Thabari menang tapi ia mengatakan mengakui Dawud Azh Zhahiri "anda hebat". Forum mengetahui Jarir Ath Thabari kalah tapi ulama mengetahu Jarir Ath Thabari menang
Kisah Jarir Ath Thabari dengan muridnya
Kisah pembicaran antara murid Jarir Ath-Thabari (Ibnu Tharir) dengan dirinya, saat itu muridnya membawa anaknya (Abu Rifa'ah) saat itu Ibnu Jarir sakit parah, dikunjungi muridnya. Muridnya berkata pada saat aku mengunjungi guruku (Ibnu Jarir), ia berkata " aku melihat ada buku Firdasun Hikmah karangan Ali bin Zaid Ath Thabari " (didekat pembaringannya). Maka saat itu Jarir bertanya apakah ini anakmu, dijawab iya. Jarir mendoakan abu rifa'ah, dan ia juga mendoakan anak-anak Tharir yang lain. Jarir bertanya " kenapa anak-anakmu tidak segera kamu bawa ke aku untuk belajar bersamaku ? ", saya belum berani membawa anak-anak saya karena saya kawatir anak-anak saya belum memiliki adab untuk belajar denganmu. Adab saat itu sangat begitu penting untuk menuntut ilmu, jangan sampai aklaq murid yang tidak baik akan mencoreng nama baik gurunya. Posisikan ilmu dan posisikan guru dengan benar. Janganlah fanatik terhadap satu guru, karena ini sikap tercela.
Lalu Jarir Ath Thabari mengatakan kepada muridnya "Ada anak-anak yang cepet matang dalam memahami ilmu, tidak sebaiknya kamu berbicara seperti itu, karena aku saja apal quran di usia 7 tahun, aku menjadi imam di masjid pada usia 8 tahun, dan aku menulis hadis (menulis hadist dengan sanatnya dan dihapal di luar kepala dari guru hadist dengan tata cara sekelas ulama yang mengajarkan hadist) saat itu usiaku 9 tahun. Aku melakukan semua iu karena dorongan ayahku, tutur Jarir Ath Thabari.
Dari 86 tahun usia Jarir Ath Thabari, ada 40 tahun lamanya Jarir Ath Thabari menulis 4000-5000 halaman/tahun. Anak muridnya mengumpulkan karyanya. Usia menulis sekitar 14 tahun maka setiap hari ia menulis 14-15 halaman (14 x 354 hari x 40). Semua karya yang ditulisnya menjadi rujukan utama sampai sekarang. Karyanya dirujuk oleh ulama-ulama sepanjang masa. Pahalanya terus mengalir dari karyanya yang tidak pernah putus sampai saat ini.
Tanya Jawab
1. Kitab Adab Ibnu Ath Thabari
Kitab Adab Ibnu Jarir Ath Thabari termasuk salah satu yang hilang menurut para ulama, sekitar 1200 tahun yang lalu banyak faktor yang menyebabkan kitab Ibnu Ath Thabari hilang, baik faktor internal ataupun eksternal. Faktor Internal umat islam di dunia politik sering sekali mengorbankan buku, terjadi pembakaran dan property milik kawan politik dihabiskan. Bahkan ada yang unik yakni beberapa perpustakaan pribadi tapi terbuka untuk umum, mereka bukan hanya memiliki jumlah koleksi buku. Waktu itu bagi orang orang yang berada di ranah politik akan merasa hebat jika koleksi buku/ manuskrip buku yang mereka miliki lebih hebat dari yang lain. Ini adalah budaya mereka saat itu. Setiap pemilik perpusatakaan saat itu mengrekruit penulis untuk membuat buku khusus di perpustakaan mereka tidak untuk perpustakaan lain. Koleksi perpuskaan mereka itu cara menghargai dengan ditimbang disetarakan dengan berat emas. Bahkan covernya menggunakan kulit yang baik dan ditulis dengan emas. Penghasilan para penulis itu sangat besar. Jika terjadi penjaharan maka mereka yang menjarah itu melihat emasnya bukan koleksi bukunya, emasnya dapat mereka lebur dan cover kulitnya dijual lagi. Faktor eksternal yakni dijarah perang salib, dibakar mongol dan macem-macem, ini membuat buku ini hilang. Dari jaman kolonial sampai sekarang, manuskrip buku islam di barat lebih banyak.
Adab itu sebenarnya berkaitan dengan sisi kehidupan itu sendiri, bagaimana kita menempatan pengetahuan dan prilaku kita sehari-hari. Dengan sakitnya saja Ibnu Jarir masih menghargai ilmu memberikan masukan-masukan baik kepada muridnya (sebagai seorang guru ini adalah adab seorang guru). Ibnu Jarir memiliki prinsip saya yang harus menyampaikan ilmu bukan mereka yang memiliki kepentingan untuk mendapatkan ilmu dari saya. Adabnya orang kaya adalah bagaimana kekayaannya itu membuat dia bisa lebih dari orang miskin, meskipun dimasjid lama tapi kikir bersedekah tiada artinya. Usman memiliki adab dengan menjamu tamu dengan hidangan selayaknya raja, siapapun yang bertamu ke usman akan merasakan hal bahwa usman kaya raya dan berdadab, tetapi ia sangat sederhana hanya cukup sepotong roti dan cuka.
Buku karya Ibnu Jarir yang ada saat ini hanya ada 4 jilid dari 10 jilid yang seharusnya ada
2. Ujian Para Ulama di jaman Jarir Ath Thabari.
Para ulama jangankan di fitnah yang dialami ujian para ulama karena orang awam itu banyak, dijaman Jarir Ath Thabri ada. Beliau pernah dituduh oleh shawaf. Muridnya berkata kami mohon sebelum engkau meninggal, jangan pernah engkau tidak memaafkan orang orang yang membencimu. Ibnu Jarir menjawab "sepanjang waktu dalam hidupmu, aku mengahalkan merelakan mengiklaskan kesalahan orang yang menyakitiku akan aku maafkan terkecuali orang orang yang melakukan bid'ah dan menuduhku melakukan bid'ah.
Konteks yang harus dipahami dari pemahanan Bid'ah yang dulu (karena bid'ah yang dulu dengan sekarang beda). Bid'ah itu adalah sesuatu yang bertentantangan secara mendasar dari Islam. Tapi kalau sekarang berbicara bid'ah jika hanya perkara khilafiah (ini tidak bisa) dan gampang membid'ahkan seseorang atau sekelompok bid'ah.
kejayaan Ibnu Jarir Ath Thabari adalah dua abad sebelum perang salib, parahnya abad ke-4 manuskripnya.
3. Bedanya Tarikh dan sirah
Sirah itu secara umum autobiografi dan biasanya identik dengan Rasulullah dan bisa juga menceritakan para sahabat. Tarikh itu tidak fokus terhadap orang-orang yang berperan pada kejadian saat itu, hanya tergantung pada peristiwanya (tharikh ini cangkupannya lebih luas dari pada sirah), lebih melihat kepada kejadian apa yang terjadi,
Tarikh al-Umam Wa al-Muluk adalah karya Ibnu Jarir Ath Thabari, yang fokus hanya kepada kejadian besar saat itu dan ada orang-orang besarnya. Menceritakan berdasarkan kurun waktu yakni pada masa pemerintahan ini yang terjadi peristiwa apa.
4. Berbedaan Mazhab Ibnu Jarir Ath Thabari dengan yang lain.
Iman shafi'i wafat pada 204 SM dan Ibnu Jarir lahir 224 SM, tapi setelah imam shafi'i wafat maka kan memiliki penerus yakni murid muridnya. Tetapi mahzab Ibnu Jarir adalah mahzab imam shafi'i. tetapi dalam penyelesaian masalah yang dihadapi ada berbedaan metodologi penyelesaian-penyelesaian. Ini tidak menjadi masalah karena Ibnu Jarir meskipun mengikuti mahzab imam syafi'i tetapi dalam penyelesaian masalah tersebut ia tidak dapat menggunakan metodologi mazhab Imam shafi'i, beliau langsung mengambil keputusan yang sesuai. Sehingga lahirlah mazhab Ibnu Jarir Ath Thabari. Dalam satu Mazhab bisa terjadi perbedaan pendapat, metodologinya tetep satu tapi turunannya yang banyak.
5. Menuntut Ilmu yang dulu dan sekarang berbeda.
Kita saat ini memandang ilmu seperti apa (dari sini juga sudah berbeda), saat ini menuntut ilmu hanyalah sekedar mendapatkan ilmu. Para generasi sahabat memposisikan ilmu sirah sangat penting dan mempelajari sirah sama seperti mempelajari al quran, saat ini untuk mempelajari al quran saja enggan bagaimana akan mempelajari sirah. Maka pandangan kita untuk mencintai ilmu juga berubah. Pada saat sistem politik terjadi keos (perguncangan di dunia politik) saat itulah ilmu sangat berperan penting menyelesaikan permasalahan tidak seperti saat ini. Saat itu mereka mencari ilmu sama seperti memenuhi kebutuhan makan mereka. Imam nawawi dalam mencari ilmu tidak ada kata istirahat beliau istirahat jika beliau ketiduran. Problem permasalahannya disitu.
Bersambung (Klik disini)
Materi Tambahan
Materi tambahan Klik disini
Karya Jarir Ath Thabari yang paling terkenal ada dua yakni :
- Tafsir ath-Thabari
- Tarikh al-Umam Wa al-Muluk
Jarir Ath Thabari ditanya oleh muridnya berapa tafsir yang akan engkau tulis guru ? dijawab 35.000 halaman. Apakah tidak bisa dikurangi. lalu dikurangi 10 persen seperti yang sekarang telah tertulis sekitar 30.000 halaman.
Sekilas Tentang TAFSIR ATH-THABARI dan Tarikh Al Umam wa Al Mulk
Ath-Thabari termasuk ulama yang paling produktif dalam menelurkan karya tulis. Di antara karya tulisnya yang paling populer adalah tafsirnya yang bernama Tafsir ath-Thabari dan kitab Tarikh al-Umam Wa al-Muluk
Tafsir ath-Thabari
- Tafsir Ath-Thabari boleh dikatakan sebagai tafsir pertama, karena tafsir sebelumnya telah lenyap ditelan putaran zaman sehingga tidak sampai ke tangan kita
- Tafsir yang menyebutkan ucapan-ucapan salaf dengan sanad-sanad yang kukuh, tidak mengandungi kebid’ahan, dan tidak menukil dari orang-orang yang diragukan agamanya
Kitab tafsir karya al-Tabari, memiliki nama ganda yang dapat dijumpai di berbagai perpustakaan;
- Jami' aI-Bayan An Ta'wil Ay al-Qur'an (Beirut: Dar al-Fikr, 1995 dan 1998),
- Jami' al-Bayan Fii Tafsir al- Qur'an (Beirut: Dar alKutub al-`Ilmiyyah, 1992),
Kitab tafsir karya al-Tabari terdiri dari 30 juz/jilid besar. Al-Tabari mencoba mengelaborasi takwil dan tafsir menjadi sebuah konstruksi pemahaman yang utuh dan holistik. Keduanya merupakan piranti intelektual untuk memahami kitab suci al-Qur'an yang pada umumnya tidak cukup hanya dianalisis melalui kosakatanya, tetapi memerlukan peran aktif logika dan aspek-aspek penting lainnya, seperti munasabah ayat dan atau surat, tema (ma'udu ), asbab al-nuzul dan sebagainya. Kitabnya tentang tafsir, Jami’ Al-Bayan fi Tafsir Al-Qur’an, merupakan tafsir yang paling besar dan utama serta menjadi rujukan penting bagi para mufasir bil-ma’sur. Tafsir ini menyandarkanya kepada sahabat, tabi’in dan tabi’it tabi’in.
Tafsir ini pernah menghilang, tetapi muncul kembali berupa manuskrip yang tersimpan di maktabah (koleksi pustaka pribadi) seorang Amir (pejabat) Najed, Hammad ibn `Amir `Abd Al Rasyid, bentuk tafsir yang sekarang ini adalah khulasah (resume) dari kitab orisinalnya.
Metodenya Penulisan dari Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir Al-Ghalib
- Tafsir ath-Thabari tentang ayat-ayat sifat yang penuh dengan perkataan-perkataan ulama Salaf dalam menetapkannya, bukan menafikan atau menakwilkannya. Bahwa sifat itu tidaklah menyerupai sifat-sifat para makhluk sama sekali.
- Diriwayatkan dari Abu Sa’id ad-Dinuri, orang yang mendiktekan kepada Ibn Jarir, Abu Ja’far Muhammad bin Jarir ath-Thabari memberitahukan kepada kami tentang aqidahnya, di antaranya, “Cukuplah bagi seseorang untuk mengetahui bahwa Rabbnya adalah Dzat yang meninggi di atas ‘Arsy; siapa yang melebihi dari itu, maka ia telah berbuat sia-sia dan merugi.”
Sejarah Penulisan Tafsir Ath Thabari
Di Semasa hidupnya Jarir Ath Thabari mulai dari akhir abad ke 9M hingga pertengahan abad ke-10M, kaum muslimin dimasa itu dihadapkan dengan pluralitas etnis, heterogenitas kebudayaan dan peradapan. Sehingga hal ini mewacanai cara pandang dan cara pikir kaum muslimin sebagai konsekuensi logis.
Di bidang keilmuan, tafsir telah menjadi disiplin ilmu keislaman tersendiri, setelah beberapa saat merupakan bagian inheren studi al-hadis, di samping bidang-bidang keilmuan yang lain. Tafsir telah mengalami perkembangan secara metodologis dan substansial. kemunculan aliran tafsir bi al-ma'sur dan bi al ra'yi turut memberikan warna bagi pemikiran muslim. Di sisi yang lain, ada persoalan yang cukup serius di tubuh tafsir bi al-ma'sur, yaitu dengan munculnya varian riwayat, dari riwayat yang sahih/akurat dan valid-hingga riwayat yang tidak bisa dipertanggungjawabkan menurut parameter-sanad dan rijal al-hadis- dalam disiplin `Ulumul Hadis. Itulah sebabnya, pada waktu yang bersamaan tafsir bi al-ma'sur sedang menghadapi masalah serius, karena telah terjadi pembauran berbagai riwayat. Di samping itu, orientasi kajian tafsir yang tidak mono material, tetapi telah berinteraksi dengan disiplin ilmu yang lain seperti fiqh, kalam, balagah, sejarah dan filsafat. Pengaruh unsur-unsur di luar Islam turut mewarnai corak penafsiran, termasuk Israiliyyat.
Al-Tabari ada pada saat hilangnya salah satu aliran, rasional keagamaan Mu'tazilah setelah era al-Mutawakkil, dan munculnya aliran tradisional Asy'ariyah yang belakangan disebut Sunni, belum lagi sekte-sekte yang lain turut menyemarakkan bursa pemikiran di panggung sejarah umat Islam. Kompleksitas yang dilihat dan dialami al-Tabari di negeri sendiri, menggugah sensitivitas keilmuannya khususnya bidang pemikiran Islam dengan jalan melakukan respons dan dialog ilmiah lewat karya tulis. Tentu saja pergulatan mazhab yang dialami al-Tabari, menyisakan dampak bagi dirinya. Popularitasnya di negeri sendiri dan kota-kota sekitarnya tidak terbantahkan, sampai-sampai pada hal mazhab yang diikutinya.
Pada akhir pergulatan pemikirannya, ia lebih dikenal luas sebagai seorang Sunni ketimbang seorang Rafidi-ektremis Ali yang pernah hangat diributkan oleh para ulama sezamannya ketika memuncaknya aliran-aliran teologi. Bukti bahwa dia seorang sunni terlihat dalam karya-karyanya di bidang sejarah dan tafsir. Kitab tafsir ini ditulis oleh al-Tabari pada paruh abad III H, dan sempat disosialisasikan di depan para murid-muridnya selama kurang lebih 8 tahun, sekitar 282 hingga 290 H.
Tarikh al-Umam Wa al-Muluk
- Sejarah Umat-Umat dan Para Rajanya yang dituliskan secara lengkap
- Kitab terkenal ini terdiri atas dua bahagian. Bahagian pertama mengandungi tentang sejarah Arab, Persia, Romawi sebelum Islam. Sedang di bahagian kedua pasca-Islam. Kitab ini memberi inspirasi kepada karya Ibnu Asir (al-Kamil fi al-Tarikh)
Diriwayatkan darinya, bahwa ia pernah berkata, “Tiga tahun lamanya, aku memohon pilihan terbaik kepada Allah dan meminta pertolonganNya atas penulisan karya tafsir yang aku niatkan, sebelum aku mengerjakannya, lantas Dia memberikan pertolonganNya kepadaku.”
Al-Hakim berkata, “Dan aku mendengar Abu Bakar bin Balwaih berkata, ‘Abu Bakar bin Khuzaimah berkata kepadaku, ‘Telah sampai ke telingaku bahwa engkau telah menulis tafsir dari Muhammad bin Jarir.’ Aku berkata, ‘Benar, aku menulis darinya secara dikte.’ Ia berkata, ‘Seluruhnya.?’ Aku berkata, ‘Ya.’ Ia berkata, ‘Tahun berapa.?’ Aku menjawab, ‘Dari tahun 283 H hingga 290 H.’ Ia berkata, ‘Lalu Abu Bakar meminjamnya dariku, kemudian mengembalikannya setelah sekian tahun, kemudian ia berkata, ‘Aku telah melihat isinya, dari awal hingga akhirnya. Aku tidak mengetahui di muka bumi ini ada orang yang paling berilmu dari Muhammad bin Jarir.
Pembahasan Minggu depan
- Muhammad bin Abdul Malik bin Abi Asy-Syawarib
- Ismail Bin Musa As-Sanadi
- Ishaq bin Abi Israel
- Muhammad bin Abi Ma'syar
- Muhammad bin Hamid Ar-Razi
- Ahmad bin Mani
- Abu Kuraib Muhammad Ibnul A'la
- Ash-Shan'ani
- Bundar
- Muhammad bin Al-Mutsanna
Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir Al-Ghalib memiliki murid :
- Abu Syuaib bin Abdillah bin Al-Hasan bin Al-Harani.
- Abul Qasim Ath-Thabrani
- Ahmad bin Kamil Al-Qadhi
- Abu Bakar Asy-Syafi'i
- Abu Ahmad Ibnu Adi
- Mukhallad bin Ja'far Al-Baqrahi
- Abu Mammad Ibnu Zaid Al-Qadhi
- Ahmad bin Al-Qasim Al-Khasysyab
- Abu Amr Muhammad bin Ahmad bin Hamdan
- Abu Ja'far bin Ahmad bin Ali Al-Katib
Wafatnya Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir Al-Ghalib
Abu Muhammad al-Firghani berkata, “Abu Bakar ad-Dinuri menceritakan kepadaku, ia berkata, ‘Tatkala waktu shalat Zhuhur tiba pada hari Senin di mana Ibnu Jarir wafat di akhir waktunya, ia meminta air untuk memperbarui wudhunya, ada yang mengatakan kepadanya, ‘Sebaiknya kamu shalat jamak ta`khir saja (shalat Zhuhur dilakukan pada waktu Ashar dengan menggabungkannya dengan shalat Ashar).’ Namun ia menolak dan tetap shalat Zhuhur secara tersendiri dan Ashar juga pada waktunya secara sempurna dan demikian indahnya. Saat kematian akan menjemputnya, hadir sejumlah orang, di antara mereka ada Abu Bakar bin Kamil. Lantas ada yang berkata kepadanya sebelum ruhnya keluar, ‘Wahai Abu Ja’far, engkau adalah hujjah antara kami dan Allah Subhanahu WaTa'ala dalam keberagamaan kami, tidakkah ada sesuatu yang engkau akan wasiatkan kepada kami dari perkara agama ini, dan sebagai bukti yang karenanya kelak kami berharap dapat selamat saat kami kembali kepadaNya.?’ Ia berkata, ‘Hal yang aku jadikan agamaku kepada Allah dan aku wasiatkan adalah apa yang sudah valid (dalil yang shahih) di dalam buku-buku karyaku; amalkanlah ia…’ Dan perkataan-perkataan seperti itu. Ia lalu memperbanyak bersyahadat, berzikir kepada Allah Subhanahu WaTa'ala, mengusap tangannya ke wajahnya, menutup matanya dengan tangannya sendiri dan membentangkannya, lalu ruhnya pun meninggalkan dunia yang fana ini.”
Ahmad bin Kamil berkata, “Ibnu Jarir wafat, malam Ahad, dua hari sebelum habis bulan Syawwal tahun 110 H, dan dikuburkan di kediamannya di ‘Rahbah Ya`qub’ (alias Baghdad).” Ia berkata, “Beliau tidak merubah ubannya di mana bulu-bulu hitam masih banyak. Matanya kecoklatan lebih cenderung kehitaman, tubuhnya kurus panjang dan lebar. Para pelayat dan pengantar jenazahnya tidak terhitung jumlahnya, hanya Allah Yang Maha Tahu.”
bersambung ( klik disini )
Download :
Ebook tafsir ath thabari
bersambung ( klik disini )
Download :
Ebook tafsir ath thabari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar