Pengikut

Jumat, 06 Oktober 2017

Berhijrah dijaman Milinia (digital) - Ustad Asep Asobari

Hijrah di jaman Milenia belajar dari Kisah Abdullah bin Umar

Ustad Asep Asobari 
Mabit GrahaXL 29-30 September 2017


Kajian kali ini membahas tentang sosok tertentu yang disesuaikan dengan abad milinium/milenia dimana keterkaitan dengan hijrahnya para sahabat Rasulullah Shalallah Alaihi Wasallam. Menghubungkan hal ini tidaklah mudah. Definisi milenia adalah abad ke-21 (masa digital)

Bagaimana generasi muda di jaman milinea ini dapat memaknai Hijrah.

Hijrah adalah bentuk perubahan secara material / fisik dari suatu kondisi ke kondisi yang lain (tidak bisa dijadikan patokan), untuk hijarah di jaman Rasulullah dengan jaman sekarang pastilah banyak perbedaannya. Pada saat ini memahami hijrah lebih kemasalah non fisik, tetapi sewaktu dulu hijrah adalah gabungan dari fisik dan non fisik (sangat terasa sekali perbedaannya). Spektrum hijrah dijaman Rasulullah dan para sahabat jauh lebih besar dari sekarang. Saat ini tidak ada tantangan fisik yang secara nyata dialami ketika kita sedang berhijrah, tetapi di jaman Rasulullah mereka saat berhijrah juga tetap mendapatkan tantangan fisik (perang) sehingga anak anak dimasa usia 15 tahun telah mengalami permasalahan yang tidak dapat kita bayangkan. Selain tantangan fisik mereka juga merasakan tantangan mental dan kejiwaan bersatu dalam satu waktu yang dihadapi secara sekaligus.

Adanya permasalahan dijaman sekarang, seakan membuat berat sekali melalui jalan hijrah. Hal ini bukan karena tabiat dari tantangannya yang berat tetapi terlihat kepada pelaku hijrah. Jika pelaku hijrah tidak berada di level ideal untuk menghadapi tantangan yang dihadapi. Berbeda dengan pelaku hijrah dijaman Rasulullah, mereka begitu menjiwai bahkan sampai ikut serta menghadapi permasalahan, mereka mempesiapkan untuk menjadi pelaku hijrah yang ideal dengan permasalahan yang dihadapi (para pelaku hijrah ikut menyelesaikan). Bahkan sebenarnya tantangan yang mereka hadapi (dijaman Rasulullah) adalah tantangan sebelum generasi mereka

Contohnya :

Abdullah bin  umar terjun untuk menyelesaikan tantangan ayahnya (umar bin khatab), awalnya tidak sebagai pelaku utama meskipun tantangan itu sejak zaman ayah mereka. Saat itu mereka tidak sama sekali berfikir bahwa saat itu mereka terlalu kecil untuk mengantikan ayah. “Tantangan ayah adalah tantangan aku juga” (ucap Abdulllah bin umar). Kondisi ini sebenarya telah dikondisikan Rasulullah.

Pada perang badar banyak sahabat cilik yang ditolak Rasulullah karena usianya masih kecil, karena diusia yang belum cukup umur tersebut mereka belum memiliki kepiawaian dalam berperang di perang badhar. Lalu apakah semua orang ditolak Rasulullah.

Ketika Anas bin Malik ditanya “apakah engkau mengikuti perang badar ?” , lalu dijawabnya  “aku adalah pelayan Rasulullah, Anas bin Malik dibawa bukan untuk sebagai prajurit. Tapi anas menjadi saksi sejarah dalam peristiwa sejarah (diusia 20 tahun) meskipun tidak mengangkat senjata.

Tetapi dijaman milenia ini, kita tidak sadar tantangan yang akan dihadapi seperti apa,

Tantangan itu bukanlah kasus, Perang badar itu awalnya adanya masalah yang mendasari bahwa saat itu Rasulullah terkesan berkejar kejaran dengan waktu. Ketika hijrah sebenarnya tidak dikuasai kaum quraish (hingga hijrah Rasulullah sebagai tantangan terbesar dari madinah ke makah oleh orang quraish) Dari awal hijrah Rasulullah sudah mempersiapkan pasukannya tinggal tunggu masanya menyerang kaum quraish. Meyiapkan madinah untuk bisa kokoh berdiri disaat Rasulullah hijrah ke mekah. Persiapan ini hanya dilakukan selama satu tahun. Pada saat seperti itu anak anak madinah telah berkeinginan “ bahwa aku harus menjadi bagian dari proyek itu “.Maka ketika diumumkannya perang badar mereka telah bersiap.

Pada saat perang salib pun, para pemuda islam sudah mengerti dan memikirkan apa yang diberikan untuk proyek besar ini dlam menghadapi pasukan salib.

Jika pada kondisi sekarang ini, apakah kalian akan tahu akan berada diposisi mana saat itu?. Tetapi saat ini yang terjadi kita tidak mengetahui apa yang akan dihadapi di jaman milinea  (ini  PR besar). Pada jaman milinea ini sebenarnya kita mengalami kekawatiran , karena dijaman digital ini sebuah tantangan juga berarti sebuah ancaman. Kita harus memikirkan “bagaimana kita keluar dari permasalahan yang dihadapi di dunia digital ini”. Tantangan yang dihadapi sebagai sebuah ancaman sehingga kita harus bisa merespon, diharapkan kita tahu bagaimana menghadapi permasalahan dan terbebas dari ancaman tersebut.

Perlu diketahui dan dipahami Generasi Milienia bahwa, 
  • Merasa ada ancaman itu penting menurut para ahli sejahrah, sehingga kita dapat mengetahui produktivitas masyarakat dapat kita ketahui ketika mereka menghadapi sebuah ancaman (teori sejarah). Teori dasar kaum muslimin adalah “bergerak gesit dan melakukan ekspansi/futuhat (apakah mereka melakukan ini karena mereka mendapatkan tantangan tentu tidak). Tapi itu bukan faktor utama mereka bergerak , mereka bergerak karena kaum muslimin terdorong dari dalam hati yang paling dalam bahwa “saya punya misi sebagai manusia yang pembawa risalah “, hal ini betul betul dipahami kaum muslimin saat itu. Hal ini yang mendorong mereka sehingga mereka berfikir “apa yang dapat saya lakukan” (terjun langsung menyelesaikan misi ini)
  • Yang disebut musuh dalam islam bukanlah orang yang membenci islam, tetapi mereka yang memusuhi Allah dan Rasulullah (memusuhi Risalah yang Allah dan Rasulullah sampaikan). Inilah yang menjadi musuh islam yang harus diperangi. Sebenarnya musuh islam ini sebagai obyek dakwah kaum muslimin, kepada merekalah kita berfikir untuk bagaimana menyampaikan Risalallah Allah dan Rasulullah kepada mereka. Jika musuh islam tersebut mengajak berperang fisik maka kewajiban kita untuk memerangi mereka secara fisik juga. Sehingga mereka paham seperti apakah kaum muslimin itu (perangilah musuh musuh kalian supaya mereka tahu kekuatan islam). Biarlah mereka merasakan kekuatan kaum muslimin supaya mereka tidak neko neko dan  memahami islam seperti apa. Setelah mereka telah memahami islam maka kita perkenalkan risalah Allah, insyaa allah hidayah akan mereka dapatkan (tanyakan apa yang membuat mereka tidak menerima kebenaran islam. Berbeda dengan bangsa barat yang menggap musuh mereka harus diperangi untuk dihabisi.
  • Pada jaman Rasulullah tawanan muslim tidak harus dijebloskan ke penjara, Tawanan muslim hanya dibuat tidak memiliki kendali secara independen lagi untuk melakukan apa apa. Apa apanya tergantung dari siapa yang menawannya. Tawanan tersebut biasanya dititipkan di rumah rumah penduduk muslim atau hanya beberapa saja yang diikat dihalaman belakang masjid agar mereka bisa melihat aktivitas kaum muslimin, diharapkan mereka akan sadar. Islam sesungguhnya seperti apa, sangat jauh dari pemikiran mereka diawal. Yang nyinyir kepada islam sebenarnya mereka masih memiliki masalah mendasar untuk memahami dan menerima islam. Sebenarnya mereka belum memahami hakekat islam. Sehingga kebencian mereka merajalela dan macem macem terhadap islam. Mereka tidak mengerti islam seperti apa, sehingga mereka memusuhi islam. Tetapi ketika mereka telah memahami islam kebencian mereka berbalik menerima islam. Contohnya, Hadi bin hatib adalah musuh islam, saat itu ia mendatangi Rasulullah untuk memenuhi permintaan andiknya yang saat ini menginginkan dirinya untuk menemui Rasulullah. Saat itu Rasulullah menerima dengan baik kedatangan tamunya, dan hadi ditanya “apa yang membuatmu belum mau menerima kebenaran islam, suatu saat kau akan melihat kekuasaan persia akan ada di madinah, jika kau berfikir kami lemah tidak  sebenarnya kami kuat “. Hal ini yang membuat hadi berfikir ulang dan akhirnya mau menerima kebenaran islam.


Sebagaimana genarasi para pemuda dijaman Rasulullah paham akan misi islam

Perang badar dan perang uhud adalah peristiwa penting yang didalamnya banyak para pemuda yang telah memahami misi besar islam, mereka berjuang bukan untuk gagah gagahan. Awal tahun 8H osama bin zaid yang berusia 15tahun diperintahkan Rasulullah untuk menemani ayahnya (zaid bin harisyah) dimana 3000 pasukan mut’ah (kaum muslimin) melawan 200.000 pasukan romawi. Saat itu osama bin zaid telah melihat ayahnya sebagai pemimpin perang yang membawa panji islam, tetapi sayang ayahnya (zaid bin harisyah) terbunuh dimedan perang didepan mata anaknya. Osama melihat ayahnya tersungkur dengan luka didadanya (70 luka), pada saat berperang ayahnya tidak pernah berbalik kebelakang meninggalkan medan perang meskipun dalam kondisi kristis sekalipun (inilah kesatria sejati). Sejak saat itu 2-3 tahun kemudian Rasulullah kembali membentuk pasukan perang menunjuk osama bin zaid untuk memimpin perang pasukan abubakar sidiq, umar bin kahatab, dan abdurhman bin auf (anak muda yang memimpin senior berkelas). Tapi hal ini tidak menjadikan osama gentar dan minder, ia terus maju kemedan perang membawa pasukannya sampai ditempat ayahnya gugur, tembus ke syam hingga ke gaza (perintah Rasulullah). Hal ini tidak akan dengan mudah dilakukan osama bin zaid jika dirinya tidak dipersiapkan Rasulullah sejak lama tidak bisa instan, karena kematangannya ia dapat memahami masalah inti umat.

Di jaman umar pendapatan negaranya saat itu surplus, harta kekayaan negara dibagi bagikan ke penduduk, ketika itu yang mendapatkan nominal paling besar adalah orang yang memiliki peran besar terhadap islam yakni Rasulullah, istri dan keluarganya (1000-1200 dinar setara dengan 2,5 milyar/tahun), kaum muhajirin 400 dinar/tahun, tetapi Abdulah bin ummar hanya mendapatkan 250 dinar setara dengan 500juta/tahun. Padahal Abdullah bin ummar termasuk golongan muhajirin, tetapi bukan golongan muhajirin independen. Abdullah bin ummar hijrah karena dibawa ayahnya, kalau bukan ayahnya yang membawa maka Abdullah bin ummar tidak muhajirin. Abdullah bin ummar  diterima sebagai prajurit untuk menghadapi perang qondaq pada tahun 5H, Ketika hijrah usianya 10tahun, ada 5 tahun untuk menuju 15 tahun dimana Rasulullah mengangkatnya sebagai prajurit. Qondaq terjadi ditahun ke 2 Ramadhan sehingga usianya Abdullah bin ummar adalah 12 tahun, saat itu Adullah bin umar telah dituntut untuk memahami masalah umat dan berkontribusi untuk umat.

Tetapi saat ini meskipun usia berajak remaja 20 tahun masih belum bisa memahami permasalahan umat. 

Sehinga mereka tidak pernah tahu mereka akan berdiri diposisi yang mana, ini adalah titik permasalahan sosial yang harus dipahami. Jika kita memahami misi yang akan kita jalankan untuk menghadapi permasalahan umat, ini adalah sikap yang tepat. Ingatlah umur kita terbatas dan umur produktivitas kita lebih terbatas. Ketika kita dapat menempatkan diri dalam satu posisi kita sebaiknya paham dimanakah posisi yang nantinya akan memberikan kontribusi terbesar untuk menyelesaikan masalah umat. Jangan sampai kontribusi yang kita berikan adalah kecil. Waktu akan terus berlalu melewati masa produktif, tetapi generasi muda belum paham apa yang harus diberikan. Setidaknya orang disekitarnya mampu memberikan kerangka besar untuk mengarahkan mereka, sehingga generasi muda kaum muslimin tersebut sadar dan memiliki komitmen bahwa “ harus menjadi bagian dari cita cita umat” dan memahami bahwa umat islam membawa misi dari Allah”. 

Tanyakan kepada diri sendiri
  1. Apa arti keberadaan, kejiwaan, dan ragaku untuk islam
  2. Ketika aku muslim apa arti keislamanku
  3. Apa peranku untuk islam.

Generasi Abdullah bin umar dan belasan anak lainnya (dijaman kepemimpinan Rasulullah) merupakan contoh untuk generasi saat ini. Peran kitalah yang menciptakan generasi muda mereka bermanfaat untuk umat, kita sarankan mereka untuk membaca buku sirah Rasulullah dan buku sejarah para sahabat (dan melakukan pendampingan), dengan begitu mereka akan paham untuk memanfaatkan waktu luang mereka (membaca buku atau duduk dimajelis ilmu), sebaiknya dari aktivitas yang mereka lakukan adalah yang dapat memberikan kontribusi  terbesar dalam cita cita umat.

Ancaman teknologi  hanyalah sebuah alat yang dapat menghancurkan generasi muda milenia, tetapi jika kita sebagai pemakai/usernya bisa menempatkan diri dari awal maka tidak akan berpengaruh apalagi kita telah memiliki basic iman. Ketika para generasi muda sudah mulai tergerak berarti mereka telah terdorong untuk memiliki kesadaran dari dalam diri mereka.

Pertanyaan

1.Menciptakan pemimpin muda berkualitas dibawah usia 35 tahun

Jika kita menginginkan pemimpin muda yang mumpuni, sekarang jika itu keinginan kita maka yang harus kita ingat supaya dapat mewujudkan semua ini adalah peran dari generasi tuanya (bagaimana yang tua bisa menciptakan pemimpin muda). Sekarang kita lihat apakah yang tuda memiliki kemampuan /kapabilitas untuk melahirkan generasi muda yang kelak menjadi pemimpin yang berkualitas.  Selagi yang tua maburadul maka tidak lahir pemimpin muda yang hebat dan berkualitas. Sebelum semua terlambat maka peran orang tualah yang harus mempersiapkan generasi penerusnya (membekali ilmu ilmu yang bermanfaat untuk anak anak berusia 10 tahun), menceritakan perjuangan Rasulullah dan para sahabat dan para pemimpin muda isam

Kita lihat Muhammad Al Fatih diusia 22 tahun sudah menjadi khalifah (untuk dua kali kepemimpinan), Muhammad Al fatih telah diangkat ayahnya menjadi seorang khalifah sejak usia 18 tahun.  Sebelum mengenal muhammad al fatih sebaiknya mengenal ayahnya dulu (Raja Murad II). Raja murad II adalah ahli strategi perang, ahli administrasi, ahli sastra, ahli aristek, suka dengan tasawuf, ayah muhammad al fatih meneruskan perjuangan kakeknya untuk merebut konstantinopel, sampai akhirnya wilayah yunani bulgaria dan eropa bertekuk lutut, sehingga raja murad merasa tidak ada perlawanan dari musuhnya, sehingga diangkatlah muhammad al fatih menggantikan dirinya. (kota turkipun mendapat sentuhan artistik dari raja murad II). Raja eropa mengetahui hal ini seingga kembali menyusun trategi perang melawan muhammad al fatih, sehingga untuk menghadapi mereka muhammad al fatih mengirimkan surat kepada ayahnya untuk meminta bantuan, tapi ayahnya membalas suratnya “anakku sekarang dirimu adalah seorang khalifah yang berhak memimpin peperangan, ayahmu hanyalah rakyat jelata” tidak kehabisan akal Muhammad al fatih kembali membalas surat ayahnya “ ayah akulah pemimpin sehingga aku berhak menunjuk siapa saja yang menjadi pemimpin pasukanku, dan saat ini aku menunjukmu”

Makna keumatan jika dipahami maka permasalahan umat antar satu kelompok dengan kelompok lainnya tidak saling melemahkan. Tantangan yang harus dihadapi umat muslim sebenarnya bukan seberapa kuat kekuatan lawan tapi bagaimana kita bisa berada distandar minimal.

Kekuatan islam
  1. Kekuatan yang ideal jika 1 : 10 (jika ada 20 orang sabar maka akan mengalahkan 200 orang)
  2. Kekuatan dalam kondisi tidak ideal standar minimalnya 1000:2000 (1:2)
  3. Kekuatan dibawah standar 1:2  sudah dipastikan islam berada dalam posisi yang tidak akan bisa menang

Gambar minimal kualitas umat islam ini menjadi problem, saat ini di berbagai bidang umat islam terlihat mulai tertinggal (bukan berarti secara genetika kita lemah), sebenarnya karena pendidikan tauhid kita yang mulai melemah. Jika kita umat islam berada dalam kondisi ideal sebenarnya akan membawa dampak positif untuk masyarakat/negara. Umat islam ini tidak akan melemah dan tidak akan pernah hancur karena kekutan lawannya tetapi karena pertikaian antar sesamanya (sabda Rasulullah). Maka hal inilah yang harus kita sadari bersama, bahwa musuh musuh islam menggunakan strategi ini untuk menyerang umat islam yakni mengadu domba antar sesama adalah cara terbaik melemahkan islam. Sejak jaman bani umayah, islam tidak pernah berada dalam satu payung sehingga mudah diruntuhkan.

2. Dalam membaca supaya bisa fokus adalah

Membaca sesuatu itu tidak hanya sekedar membaca tetapi dipahami, untuk lebih mudah memahami terlebih dahulu kita menimbulkan rasa suka untuk membaca yang kita baca. Proses membaca itu harus sabar (iman safii dalam membaca dia tidak akan pernah kembali kehalaman yang telah ia baca, halaman buku yang dibacanya seolah telah terscraning ke dalam otaknya)
Dalam membaca gunakanlah cara maping (memetakan) apa saja buku yang akan dibaca dikelompokan sesuai jenisnya. Fokus dulu mana yang kan dibaca. Misalkan 
Kita memaping buku  (masa jahiliyah – masa Rasulullah – masa dakwah islam)
Lalu kita ambil masa jahiliyah untuk dibaca lebih dulu.

Dari situ kita ambil kata kuncinya dari masa jahiliyah itu apa saja petakan kembali, maka dari satu kata kunci tersebut di buku pertama kita hanya mendapatkan pembahasannya satu paragraf ya pahamilah, jika besok membaca buku kedua mendapatkan pembahasan baru tambahkanlah. Sehingga kita akan mendapatkan pembahasan dua paragraf yang harus kita pahami sebelum beranjak ke kata kunci yang lain. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar