Hijrah di jaman Milenia belajar dari Kisah Abdullah bin Umar
Ustad Asep Asobari
Mabit GrahaXL 29-30 September 2017
Ustad Asep Asobari
Mabit GrahaXL 29-30 September 2017
Kajian kali ini membahas tentang sosok tertentu yang disesuaikan dengan
abad milinium/milenia dimana keterkaitan dengan hijrahnya para sahabat
Rasulullah Shalallah Alaihi Wasallam. Menghubungkan hal ini tidaklah mudah.
Definisi milenia adalah abad ke-21 (masa digital)
Bagaimana generasi muda di jaman milinea ini dapat memaknai Hijrah.
Hijrah adalah bentuk perubahan secara material / fisik dari suatu
kondisi ke kondisi yang lain (tidak bisa dijadikan patokan), untuk hijarah di
jaman Rasulullah dengan jaman sekarang pastilah banyak perbedaannya. Pada saat
ini memahami hijrah lebih kemasalah non fisik, tetapi sewaktu dulu hijrah
adalah gabungan dari fisik dan non fisik (sangat terasa sekali perbedaannya).
Spektrum hijrah dijaman Rasulullah dan para sahabat jauh lebih besar dari
sekarang. Saat ini tidak ada tantangan fisik yang secara nyata dialami ketika
kita sedang berhijrah, tetapi di jaman Rasulullah mereka saat berhijrah juga
tetap mendapatkan tantangan fisik (perang) sehingga anak anak dimasa usia 15
tahun telah mengalami permasalahan yang tidak dapat kita bayangkan. Selain
tantangan fisik mereka juga merasakan tantangan mental dan kejiwaan bersatu
dalam satu waktu yang dihadapi secara sekaligus.
Adanya permasalahan dijaman sekarang, seakan membuat berat sekali
melalui jalan hijrah. Hal ini bukan karena tabiat dari tantangannya yang berat
tetapi terlihat kepada pelaku hijrah. Jika pelaku hijrah tidak berada di level
ideal untuk menghadapi tantangan yang dihadapi. Berbeda dengan pelaku hijrah
dijaman Rasulullah, mereka begitu menjiwai bahkan sampai ikut serta menghadapi
permasalahan, mereka mempesiapkan untuk menjadi pelaku hijrah yang ideal dengan
permasalahan yang dihadapi (para pelaku hijrah ikut menyelesaikan). Bahkan
sebenarnya tantangan yang mereka hadapi (dijaman Rasulullah) adalah tantangan
sebelum generasi mereka
Contohnya :
Abdullah bin umar terjun untuk
menyelesaikan tantangan ayahnya (umar bin khatab), awalnya tidak sebagai pelaku
utama meskipun tantangan itu sejak zaman ayah mereka. Saat itu mereka tidak
sama sekali berfikir bahwa saat itu mereka terlalu kecil untuk mengantikan
ayah. “Tantangan ayah adalah tantangan aku juga” (ucap Abdulllah bin umar).
Kondisi ini sebenarya telah dikondisikan Rasulullah.
Pada perang badar banyak sahabat cilik yang ditolak Rasulullah karena usianya
masih kecil, karena diusia yang belum cukup umur tersebut mereka belum memiliki
kepiawaian dalam berperang di perang badhar. Lalu apakah semua orang ditolak Rasulullah.
Ketika Anas bin Malik ditanya “apakah engkau mengikuti perang badar ?”
, lalu dijawabnya “aku adalah pelayan
Rasulullah, Anas bin Malik dibawa bukan untuk sebagai prajurit. Tapi anas menjadi saksi
sejarah dalam peristiwa sejarah (diusia 20 tahun) meskipun tidak mengangkat
senjata.
Tetapi dijaman milenia ini, kita tidak sadar tantangan yang akan
dihadapi seperti apa,
Tantangan itu bukanlah kasus, Perang badar itu awalnya adanya masalah
yang mendasari bahwa saat itu Rasulullah terkesan berkejar kejaran dengan
waktu. Ketika hijrah sebenarnya tidak dikuasai kaum quraish (hingga hijrah Rasulullah
sebagai tantangan terbesar dari madinah ke makah oleh orang quraish) Dari awal
hijrah Rasulullah sudah mempersiapkan pasukannya tinggal tunggu masanya menyerang
kaum quraish. Meyiapkan madinah untuk bisa kokoh berdiri disaat Rasulullah
hijrah ke mekah. Persiapan ini hanya dilakukan selama satu tahun. Pada saat seperti
itu anak anak madinah telah berkeinginan “ bahwa aku harus menjadi bagian dari
proyek itu “.Maka ketika diumumkannya perang badar mereka telah bersiap.
Pada saat perang salib pun, para pemuda islam sudah mengerti dan memikirkan apa yang diberikan untuk proyek besar ini dlam menghadapi pasukan salib.
Jika pada kondisi sekarang ini, apakah kalian akan tahu akan berada
diposisi mana saat itu?. Tetapi saat ini yang terjadi kita tidak mengetahui apa yang akan
dihadapi di jaman milinea (ini PR besar). Pada jaman milinea ini sebenarnya kita
mengalami kekawatiran , karena dijaman digital ini sebuah tantangan juga
berarti sebuah ancaman. Kita harus memikirkan “bagaimana kita keluar dari
permasalahan yang dihadapi di dunia digital ini”. Tantangan yang dihadapi
sebagai sebuah ancaman sehingga kita harus bisa merespon, diharapkan kita tahu
bagaimana menghadapi permasalahan dan terbebas dari ancaman tersebut.
Perlu diketahui dan dipahami Generasi Milienia bahwa,
- Merasa ada ancaman itu penting menurut para ahli sejahrah, sehingga kita dapat mengetahui produktivitas masyarakat dapat kita ketahui ketika mereka menghadapi sebuah ancaman (teori sejarah). Teori dasar kaum muslimin adalah “bergerak gesit dan melakukan ekspansi/futuhat (apakah mereka melakukan ini karena mereka mendapatkan tantangan tentu tidak). Tapi itu bukan faktor utama mereka bergerak , mereka bergerak karena kaum muslimin terdorong dari dalam hati yang paling dalam bahwa “saya punya misi sebagai manusia yang pembawa risalah “, hal ini betul betul dipahami kaum muslimin saat itu. Hal ini yang mendorong mereka sehingga mereka berfikir “apa yang dapat saya lakukan” (terjun langsung menyelesaikan misi ini)
- Yang disebut musuh dalam islam bukanlah orang yang membenci islam, tetapi mereka yang memusuhi Allah dan Rasulullah (memusuhi Risalah yang Allah dan Rasulullah sampaikan). Inilah yang menjadi musuh islam yang harus diperangi. Sebenarnya musuh islam ini sebagai obyek dakwah kaum muslimin, kepada merekalah kita berfikir untuk bagaimana menyampaikan Risalallah Allah dan Rasulullah kepada mereka. Jika musuh islam tersebut mengajak berperang fisik maka kewajiban kita untuk memerangi mereka secara fisik juga. Sehingga mereka paham seperti apakah kaum muslimin itu (perangilah musuh musuh kalian supaya mereka tahu kekuatan islam). Biarlah mereka merasakan kekuatan kaum muslimin supaya mereka tidak neko neko dan memahami islam seperti apa. Setelah mereka telah memahami islam maka kita perkenalkan risalah Allah, insyaa allah hidayah akan mereka dapatkan (tanyakan apa yang membuat mereka tidak menerima kebenaran islam. Berbeda dengan bangsa barat yang menggap musuh mereka harus diperangi untuk dihabisi.
- Pada jaman Rasulullah tawanan muslim tidak harus dijebloskan ke penjara, Tawanan muslim hanya dibuat tidak memiliki kendali secara independen lagi untuk melakukan apa apa. Apa apanya tergantung dari siapa yang menawannya. Tawanan tersebut biasanya dititipkan di rumah rumah penduduk muslim atau hanya beberapa saja yang diikat dihalaman belakang masjid agar mereka bisa melihat aktivitas kaum muslimin, diharapkan mereka akan sadar. Islam sesungguhnya seperti apa, sangat jauh dari pemikiran mereka diawal. Yang nyinyir kepada islam sebenarnya mereka masih memiliki masalah mendasar untuk memahami dan menerima islam. Sebenarnya mereka belum memahami hakekat islam. Sehingga kebencian mereka merajalela dan macem macem terhadap islam. Mereka tidak mengerti islam seperti apa, sehingga mereka memusuhi islam. Tetapi ketika mereka telah memahami islam kebencian mereka berbalik menerima islam. Contohnya, Hadi bin hatib adalah musuh islam, saat itu ia mendatangi Rasulullah untuk memenuhi permintaan andiknya yang saat ini menginginkan dirinya untuk menemui Rasulullah. Saat itu Rasulullah menerima dengan baik kedatangan tamunya, dan hadi ditanya “apa yang membuatmu belum mau menerima kebenaran islam, suatu saat kau akan melihat kekuasaan persia akan ada di madinah, jika kau berfikir kami lemah tidak sebenarnya kami kuat “. Hal ini yang membuat hadi berfikir ulang dan akhirnya mau menerima kebenaran islam.
Sebagaimana genarasi para pemuda dijaman Rasulullah paham akan misi islam
Perang badar dan perang uhud adalah peristiwa penting yang didalamnya
banyak para pemuda yang telah memahami misi besar islam, mereka berjuang bukan
untuk gagah gagahan. Awal tahun 8H osama bin zaid yang berusia 15tahun diperintahkan
Rasulullah untuk menemani ayahnya (zaid bin harisyah) dimana 3000 pasukan mut’ah
(kaum muslimin) melawan 200.000 pasukan romawi. Saat itu osama bin zaid telah
melihat ayahnya sebagai pemimpin perang yang membawa panji islam, tetapi sayang
ayahnya (zaid bin harisyah) terbunuh dimedan perang didepan mata anaknya. Osama
melihat ayahnya tersungkur dengan luka didadanya (70 luka), pada saat berperang
ayahnya tidak pernah berbalik kebelakang meninggalkan medan perang meskipun
dalam kondisi kristis sekalipun (inilah kesatria sejati). Sejak saat itu 2-3
tahun kemudian Rasulullah kembali membentuk pasukan perang menunjuk osama bin
zaid untuk memimpin perang pasukan abubakar sidiq, umar bin kahatab, dan
abdurhman bin auf (anak muda yang memimpin senior berkelas). Tapi hal ini tidak
menjadikan osama gentar dan minder, ia terus maju kemedan perang membawa
pasukannya sampai ditempat ayahnya gugur, tembus ke syam hingga ke gaza
(perintah Rasulullah). Hal ini tidak akan dengan mudah dilakukan osama bin zaid
jika dirinya tidak dipersiapkan Rasulullah sejak lama tidak bisa instan, karena
kematangannya ia dapat memahami masalah inti umat.
Di jaman umar pendapatan negaranya saat itu surplus, harta kekayaan
negara dibagi bagikan ke penduduk, ketika itu yang mendapatkan nominal paling
besar adalah orang yang memiliki peran besar terhadap islam yakni Rasulullah,
istri dan keluarganya (1000-1200 dinar setara dengan 2,5 milyar/tahun), kaum
muhajirin 400 dinar/tahun, tetapi Abdulah bin ummar hanya mendapatkan 250 dinar
setara dengan 500juta/tahun. Padahal Abdullah bin ummar termasuk golongan
muhajirin, tetapi bukan golongan muhajirin independen. Abdullah bin ummar
hijrah karena dibawa ayahnya, kalau bukan ayahnya yang membawa maka Abdullah
bin ummar tidak muhajirin. Abdullah bin ummar diterima sebagai prajurit untuk menghadapi
perang qondaq pada tahun 5H, Ketika hijrah usianya 10tahun, ada 5 tahun untuk
menuju 15 tahun dimana Rasulullah mengangkatnya sebagai prajurit. Qondaq
terjadi ditahun ke 2 Ramadhan sehingga usianya Abdullah bin ummar adalah 12
tahun, saat itu Adullah bin umar telah dituntut untuk memahami masalah umat dan
berkontribusi untuk umat.
Tetapi saat ini meskipun usia berajak remaja 20 tahun masih belum bisa
memahami permasalahan umat.
Sehinga mereka tidak pernah tahu mereka akan
berdiri diposisi yang mana, ini adalah titik permasalahan sosial yang harus
dipahami. Jika kita memahami misi yang akan kita jalankan untuk menghadapi
permasalahan umat, ini adalah sikap yang tepat. Ingatlah umur kita terbatas dan
umur produktivitas kita lebih terbatas. Ketika kita dapat menempatkan diri
dalam satu posisi kita sebaiknya paham dimanakah posisi yang nantinya akan
memberikan kontribusi terbesar untuk menyelesaikan masalah umat. Jangan sampai
kontribusi yang kita berikan adalah kecil. Waktu akan terus berlalu melewati
masa produktif, tetapi generasi muda belum paham apa yang harus diberikan.
Setidaknya orang disekitarnya mampu memberikan kerangka besar untuk mengarahkan
mereka, sehingga generasi muda kaum muslimin tersebut sadar dan memiliki
komitmen bahwa “ harus menjadi bagian dari cita cita umat” dan memahami bahwa
umat islam membawa misi dari Allah”.
Tanyakan kepada diri sendiri
- Apa arti keberadaan, kejiwaan, dan ragaku untuk islam
- Ketika aku muslim apa arti keislamanku
- Apa peranku untuk islam.
Generasi Abdullah bin umar dan belasan anak lainnya (dijaman kepemimpinan Rasulullah) merupakan contoh
untuk generasi saat ini. Peran kitalah yang menciptakan generasi muda mereka
bermanfaat untuk umat, kita sarankan mereka untuk membaca buku sirah Rasulullah
dan buku sejarah para sahabat (dan melakukan pendampingan), dengan begitu
mereka akan paham untuk memanfaatkan waktu luang mereka (membaca buku atau
duduk dimajelis ilmu), sebaiknya dari aktivitas yang mereka lakukan adalah yang
dapat memberikan kontribusi terbesar
dalam cita cita umat.
Ancaman teknologi hanyalah
sebuah alat yang dapat menghancurkan generasi muda milenia, tetapi jika kita
sebagai pemakai/usernya bisa menempatkan diri dari awal maka tidak akan
berpengaruh apalagi kita telah memiliki basic iman. Ketika para generasi muda
sudah mulai tergerak berarti mereka telah terdorong untuk memiliki kesadaran
dari dalam diri mereka.
Pertanyaan
1.Menciptakan pemimpin muda berkualitas dibawah usia 35 tahun
Jika kita menginginkan pemimpin muda yang mumpuni, sekarang jika itu
keinginan kita maka yang harus kita ingat supaya dapat mewujudkan semua ini
adalah peran dari generasi tuanya (bagaimana yang tua bisa menciptakan pemimpin
muda). Sekarang kita lihat apakah yang tuda memiliki kemampuan /kapabilitas
untuk melahirkan generasi muda yang kelak menjadi pemimpin yang berkualitas. Selagi yang tua maburadul maka tidak lahir
pemimpin muda yang hebat dan berkualitas. Sebelum semua terlambat maka peran
orang tualah yang harus mempersiapkan generasi penerusnya (membekali ilmu ilmu
yang bermanfaat untuk anak anak berusia 10 tahun), menceritakan perjuangan
Rasulullah dan para sahabat dan para pemimpin muda isam
Kita lihat Muhammad Al Fatih diusia 22 tahun sudah menjadi khalifah
(untuk dua kali kepemimpinan), Muhammad Al fatih telah diangkat ayahnya menjadi
seorang khalifah sejak usia 18 tahun.
Sebelum mengenal muhammad al fatih sebaiknya mengenal ayahnya dulu (Raja
Murad II). Raja murad II adalah ahli strategi perang, ahli administrasi, ahli
sastra, ahli aristek, suka dengan tasawuf, ayah muhammad al fatih meneruskan
perjuangan kakeknya untuk merebut konstantinopel, sampai akhirnya wilayah
yunani bulgaria dan eropa bertekuk lutut, sehingga raja murad merasa tidak ada
perlawanan dari musuhnya, sehingga diangkatlah muhammad al fatih menggantikan
dirinya. (kota turkipun mendapat sentuhan artistik dari raja murad II). Raja eropa
mengetahui hal ini seingga kembali menyusun trategi perang melawan muhammad al
fatih, sehingga untuk menghadapi mereka muhammad al fatih mengirimkan surat
kepada ayahnya untuk meminta bantuan, tapi ayahnya membalas suratnya “anakku
sekarang dirimu adalah seorang khalifah yang berhak memimpin peperangan, ayahmu
hanyalah rakyat jelata” tidak kehabisan akal Muhammad al fatih kembali membalas
surat ayahnya “ ayah akulah pemimpin sehingga aku berhak menunjuk siapa saja
yang menjadi pemimpin pasukanku, dan saat ini aku menunjukmu”
Makna keumatan jika dipahami maka permasalahan umat antar satu
kelompok dengan kelompok lainnya tidak saling melemahkan. Tantangan yang harus
dihadapi umat muslim sebenarnya bukan seberapa kuat kekuatan lawan tapi
bagaimana kita bisa berada distandar minimal.
Kekuatan islam
- Kekuatan yang ideal jika 1 : 10 (jika ada 20 orang sabar maka akan mengalahkan 200 orang)
- Kekuatan dalam kondisi tidak ideal standar minimalnya 1000:2000 (1:2)
- Kekuatan dibawah standar 1:2 sudah dipastikan islam berada dalam posisi yang tidak akan bisa menang
Gambar minimal kualitas umat islam ini menjadi problem, saat ini di
berbagai bidang umat islam terlihat mulai tertinggal (bukan berarti secara
genetika kita lemah), sebenarnya karena pendidikan tauhid kita yang mulai
melemah. Jika kita umat islam berada dalam kondisi ideal sebenarnya akan
membawa dampak positif untuk masyarakat/negara. Umat islam ini tidak akan
melemah dan tidak akan pernah hancur karena kekutan lawannya tetapi karena
pertikaian antar sesamanya (sabda Rasulullah). Maka hal inilah yang harus kita
sadari bersama, bahwa musuh musuh islam menggunakan strategi ini untuk
menyerang umat islam yakni mengadu domba antar sesama adalah cara terbaik melemahkan
islam. Sejak jaman bani umayah, islam tidak pernah berada dalam satu payung sehingga mudah diruntuhkan.
2. Dalam membaca supaya bisa fokus adalah
Membaca sesuatu itu tidak hanya sekedar membaca tetapi dipahami, untuk
lebih mudah memahami terlebih dahulu kita menimbulkan rasa suka untuk membaca
yang kita baca. Proses membaca itu harus sabar (iman safii dalam membaca dia
tidak akan pernah kembali kehalaman yang telah ia baca, halaman buku yang
dibacanya seolah telah terscraning ke dalam otaknya)
Dalam membaca gunakanlah cara maping (memetakan) apa saja buku yang
akan dibaca dikelompokan sesuai jenisnya. Fokus dulu mana yang kan dibaca.
Misalkan
Kita memaping buku (masa
jahiliyah – masa Rasulullah – masa dakwah islam)
Lalu kita ambil masa jahiliyah untuk dibaca lebih dulu.
Dari situ kita ambil kata kuncinya dari masa jahiliyah itu apa saja
petakan kembali, maka dari satu kata kunci tersebut di buku pertama kita hanya
mendapatkan pembahasannya satu paragraf ya pahamilah, jika besok membaca buku
kedua mendapatkan pembahasan baru tambahkanlah. Sehingga kita akan mendapatkan
pembahasan dua paragraf yang harus kita pahami sebelum beranjak ke kata kunci
yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar